Bu Suci belum benar-benar tidur saat anak menantunya pulang. Ia sengaja sedikit berbohong agar Ramon dan Dini mau segera pulang ke rumah. Bagaimanapun ini adalah malam pengantin putrinya, tidak lucu kalau malam pengantin dihabiskan dengan menemani nenek-nenek yang sedang sakit. Bu Suci mengambil ponsel, lalu ia mengirimkan pesan pada Puspa.Assalamualaykum, Puspa, Pak RT dan kepala keamanan komplek sudah kamu beritahu perihal pernikahan Dini belum?SendPesan itu tidak langsung dibalas oleh Puspa. Mungkin anaknya itu sudah tidur. Pikir Bu Suci. PuspaWa'alaykumussalam. Iya, Ma, Puspa sudah informasikan pada Pak RT dan kepala keamanan. Kertas bukti pernikahan siri Dini dan juga foto Dini tadi sudah saya kirimkan sekalian. Mama jangan khawatir. Istirahat ya, tidurnya jangan kemaleman.Oke, terima kasih sayang. Kamu juga istirahat. Jangan lupa besok kalau kemari bawakan Mama bubur candil ya.SendBu Suci tersenyum lega setelah membaca pesan Puspa. Akhirnya ia bisa tidur nyenyak malam
"Puspa, jemuran kamu jatuh ke tanah becek nih!" Seru Bang Ramon sambil memperlihatkan baju motif macan tutul favoritku yang sudah kotor terkena lumpur. Aku yang sedang berbaring sambil melamun, langsung menghampiri suamiku dan mengambil baju basah itu."Ya ampun, harusnya besok mau dipakai undangan pernikahan anak Pak RW, Bang, malah basah dan kotor," jawabku sambil memasukkan baju macan tutul itu ke dalam ember yang ada di dapur."Pakai baju yang lain saja. Masa itu-itu lagi. Abang belikan kamu banyak baju buat undangan." Bang Ramon duduk di kursi makan sambil membuka kaus kakinya. Aku urungkan untuk mengurus pakaian yang kotor tadi, aku siapkan lebih dahulu air teh untuk suamiku.Bang Ramon membuka tudung saji. Matanya nampak berbinar saat melihat risoles masih hangat ada di atas meja makan. Ia beranjak dari kursi untuk mencuci tangan di wastafel, lalu duduk kembali dan mulai menyantap risoles hangat yang rasanya memang enak. Aku sudah mencob
"Mbak, sepertinya baju saya yang motif macan tutul ada di sini ya? Soalnya baju Mbak terbang ke teras rumah saya juga." Ayu menunjukkan baju motif macan tutul yang sudah kering ada di tangannya.Tebakanku benar, baju macan tutul ini adalah milik Ayu, sedangkan punyaku yang kini masih berada di tangan Ayu."Ini sudah saya setrika, Mbak, saya juga gak tahu tadi, main ambil saja dari teras. Saat mau saya gantung, kenapa berbeda? Maaf ya, Mbak!" Ayu pun memberikan baju macan tutul yang sudah rapi setrika dan wangi pula."Ya ampun, Ayu, maaf ya. Baju kamu ada di ember cucian, baru mau saya kucek, ini masih di ember." Aku pun menunjukkan rendaman kain macan tutul yang sama pada gadis itu."Gak papa, Mbak, biar saya kucek di rumah saja. Saya pinjam dulu embernya ya, nanti saya kembalikan, permisi." Aku pun mengangguk, lalu menutup pintu setelah Ayu kembali berjalan menuju rumahnya.
"Duh, kamu ini, jangan nyontek tetangga melulu. Udah baju sama, sekarang masakan pun kamu ikuti. Memangnya dia siapa? Pokoknya Abang gak mau kamu ikut-ikutan tetangga baru itu lagi!" Bang Ramon bangun dari duduknya dan tidak sempat menghabiskan teh manis yang sudah aku buatkan.Kekesalannya pagi ini cukup membuatku kaget. Belum pernah sama sekali ia bersuara tinggi di depanku, tetapi pagi ini, hanya karena tahu krispi resep tetangga, ia begitu marah."Kata Abang makanan ini enak, kesukaan Abang, tapi kenapa tiba-tiba marah?" tanyaku keheranan."Pokoknya aku tidak mau kamu ikuti semua yang sama dengan wanita di sebelah ini!" Bang Ramon memakai jaketnya dengan serampangan. Aku tidak ingin membantah lagi. Apa yang diinginkan suamiku, maka harus aku ikuti. Mungkin ia juga kesal karena Ayu sepertinya tipe wanita yang julid."Ya sudah, maaf, jangan marah pagi-pagi atuh." Aku bergelayut manjali
Seharian ini aku hanya bisa uring-uringan karena jemuran Ayu. Punya satu baju yang sama dengan tetangga saja sudah bikin kita malu tidak terkira, bagaimana kalau satu lemari isinya sama?Aku tidak memasak, tidak beberes rumah, dan tidak bersemangat melakukan apapun. Channel televisi daritadi sudah aku gonta-ganti karena tidak ada acara yang menarik bagiku. Padahal biasanya jam sepuluh siang seperti ini, aku akan fokus di depan TV. Saat ini, rasa penasaran siapa Ayu lebih tinggi dari hasrat menonton serial Bollywood kesukaanku.Ting!Ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk yang saat aku lihat ternyata dari Bang Ramon.Ayang SuamiMasak apa hari ini, Pa?Tidak masak, Bang. Lagi males. Nanti beli soto ayam saja di warung Bu Lilis.SendAbang punya kabar baik. Abang dapat bonus hari ini, nasabah mobil Abang gak
Aku sudah berada di mal tepat pukul empat sore lebih tiga puluh menit. Sambil menunggu Bang Ramon sampai dari tempat kerjanya, aku mampir ke sebuah toko emas. Hasil uang sewa kontrakan bulan ini masih kusimpan rapi dan ingin kubelikan cincin saja, hitung-hitung menabung.Sebuah cincin cantik berhasil melingkar indah di jari manisku. Jari jemariku yang lentik dengan dua deret cincin di kanan dan kiri pun aku potret, lalu aku kirimkan pada Bang Ramon.Uang kontrakan Puspa belikan cincin ya, Bang.SendPesan itu masih centang abu-abu, pasti Bang Ramon saat ini sedang dalam perjalanan. Aku memutuskan untuk naik lebih dulu ke bioskop untuk memesan tiket."Mbak Puspa." Aku terdiam di tempatku begitu menyadari suara yang begitu familiar di telinga ini."Ayu." Aku pun berbalik dan menatap Ayu dengan tidak percaya. Dia di sini juga? Dari sekian bany
"Maafkan Abang, Puspa, Abang gak tahu kalau di samping Abang itu, Ayu. Lagian kamu kenapa milih nonton film horor? Sudah tahu Abang takut." Bang Ramon masih saja membela diri. Padahal aku lihat sendiri dengan jelas suamiku bersembunyi di balik tubuh Ayu. Entah sengaja atau tidak, pokoknya aku tidak terima.Aku masih saja melipat kedua tangan di dada dengan kesal. Kupalingkan wajah tak ingin menatap Bang Ramon yang duduk persis di depanku."Puspa, kamu kalau mau marah, lebih baik kita pulang saja, daripada pesan makanan, bukan makanannya yang kamu telan, tapi sendoknya." Aku tahu Bang Ramon sedang mencoba membuat lelucon agar rasa marahku berkurang, tetapi aku terlanjur kesal dengan suamiku."Aku lapar, Bang," rengekku."Ya sudah kalau mau makan, wajah kamu jangan cemberut terus. Lagian, sudah bagus memilih film romantis, malah film horor yang kamu pesan. Ayu itu sukanya film horor." Kali
"Ha? Kenal Ayu sebelumnya? Maksud kamu?" Ramon menatap wajah istrinya dengan penuh tanda tanya."Yah, aneh aja sih, kayaknya dia sengaja ngikutin kita gitu. Lagian, di mana ada Abang, pasti dia ada. Aku curiga, apa jangan-jangan Abang dan Ayu adalah selingkuhan?""Sayang, kalau sudah mengantuk, mending kita pulang yuk! Mandi air hangat sampai di rumah, dibersihkan kepala sampai jempol kaki, lalu salat isya, biar bisikan setan itu tidak menempel terus di kepala istri Abang ini. Ayo, lekas habiskan makanannya, kita pulang!""Tapi aku belum beli baju, Bang," rengekku pada Bang Ramon. Aku tidak mau bajuku besok sama lagi dengan baju Ayu. Benar-benar memalukan jika diketahui oleh ibu-ibu tetangga."Jangan beli di mal ini, nanti Ayu lihat, baju kamu dia contek lagi, belinya besok saja di mal yang lain. Masih ada waktu." Aku pun mengantuk setuju. Ucapan suamiku ada benarnya. Ia tidak mungkin ju