Share

Mulai Nyaman

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-05 18:46:47

“Kamu ngantuk?” Dypta tersenyum sambil menjauhkan muka dari Audry, kembali memperbaiki posisi duduknya.

“Nggak.”

“Terus tadi kenapa memejamkan mata?”

Audry juga tidak tahu. Tadi ia melakukannya dengan impulsif, karena aroma parfum Dypta mengingatkannya pada kejadian malam itu. Andaipun ia lupa ingatan, namun aroma parfum itu begitu melekat di benaknya dan terhirup dalam oleh hidungnya.

Dypta menoleh ke sebelah ketika Audry tidak memberi jawaban apa-apa. Mungkin Audry keberatan menjawabnya. Dan ia pun tidak mau memaksa. Namun, daripada membiarkan hening mengisi kekosongan mereka, laki-laki itu lebih memilih untuk melanjutkan pembahasan mereka yang tadi tertunda.

“Ngomong-ngomong soal yang tadi, hobimu apa? Siapa tahu hobimu itu bisa dikembangkan buat ngisi waktu luang.”

“Aku?” Audry menunjuk dadanya.

“Iya, kamu. Memangnya kamu pikir aku lagi bicara sama siapa? Cuma ada kita berdua di mobil ini. Dan nggak mungkin kan aku bermonolog sendiri?”

Audry tersenyum tipis. Iya, senyum. Selama menikah dengan Jeff bisa dihitung dengan jari hanya beberapa kali ia melengkungkan bibirnya.

“Hobiku menggambar sama menulis.”

“Menulis? Menulis apa?” Dypta bertanya antusias.

“Cerita.”

“Wow? Serius?”

“Serius. Kenapa? Apa wajahku kurang meyakinkan?”

”Bukan soal wajah. Aku punya teman penulis, imajinasinya luas. Aku hanya bicara satu kalimat tapi dia menganalisis hingga jadi satu paragraf. Kamu gitu juga nggak sih?”

Audry tersenyum. Di sela-sela hidupnya yang membosankan ia menuangkan ke layar digital putih, dan tentu saja tanpa sepengetahuan Jeff. Laki-laki itu tidak akan senang Audry memiliki kegiatan tanpa sepengetahuannya. Dia tidak akan mengizinkan Audry berekspresi dan mengembangkan diri.

”Aku cuma nulis biasa dan itu pun kalau lagi sepi. Aku nggak bisa kalau nggak konsentrasi.”

Dypta manggut-manggut. “Biasanya kalau kamu nulis sukanya di mana?”

“Pokoknya di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian.”

“Apartemenku sepi. Kalau kamu mau kamu bisa gunain selama yang kamu bisa. Siapa tahu di apartemenku kamu bisa dapat banyak inspirasi.”

“Kamu serius nawarin apartemenmu?”

“Kurang serius apa lagi? Kamu kan tahu hanya ada aku sendiri di sana.”

Dypta masih ingin bertanya banyak. Akan tetapi obrolan mereka terputus ketika mereka tiba di tempat yang dituju. Café D’Blue.

”Aku boleh nunggu kamu di sini? Atau mungkin kalau kamu nggak keberatan aku bisa masuk ke dalam,” ucap Dypta sebelum Audry turun dari mobil.

“Kamu mau masuk ke dalam? Tapi di sana semuanya perempuan lho, Dyp,” kata Audry memberitahu.

“Tapi bukan perempuan jadi-jadian kan? Aku sih nggak masalah asal yang di dalam sana bukan ladyboy.”

Tawa Audry pecah mendengarnya. Ia kemudian terdiam menyadari betapa lepas ia tertawa di depan keponakan suaminya.

‘Kapan sih aku terakhir ketawa selepas ini?’ tanyanya di dalam hati.

“Jadi boleh aku masuk?” tanya Dypta meminta kepastian.

”Boleh kalau kamu mau, tapi temanku pada ganjen semua, harap maklum ya.”

“Asal jangan kamunya yang ganjen.”

Sebuah cubitan sontak bersarang di lengan Dypta yang membuat laki-laki itu tertawa dan pura-pura kesakitan.

‘Astaga, Audry, ngapain sih kamu pake cubit-cubit kayak gitu? Dasar kecentilan.’ Audry merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

Seperti dugaan Audry, teman-temannya pada heboh melihatnya datang bersama Dypta.

“Ry, lo sama siapa?” bisik Risa, salah satu temannya yang paling menonjol di antara mereka sambil meletakkan tangannya di samping mulut agar Dypta tidak mendengar.

”Ini Dypta, keponakan Jeff.” Audry mengenalkan laki-laki itu pada kelima temannya.

”Jeff kok nggak bilang punya ponakan secakep ini,” celetuk Sekar.

”Jangankan kalian, gue aja baru kenal sama Dypta,” jawab Audry.

”Lho, kok bisa?”

”Selama ini Dypta tinggal di luar negeri makanya gue baru tahu.”

Dypta berkenalan dengan para teman-teman Audry yang semuanya adalah perempuan. Setelahnya laki-laki itu meminta izin untuk duduk menepi agar mereka bisa bebas.

Dari tempat duduknya Dypta bisa mendengar bisik-bisik para ibu-ibu itu. Tampaknya Audry adalah yang paling segar di antara mereka. Wajar sih. Jeff kan menikahi perempuan yang jauh lebih muda.

“Ry, dia CEO?”

”Udah married?”

Pertanyaan-pertanyaan itu masih sempat didengar Dypta. Dan laki-laki itu hanya tersenyum sekaligus membuatnya berpikir di dalam waktu yang sama.

Apa semua laki-laki yang berprofesi sebagai CEO adalah tipe ideal para wanita di muka bumi ini? Apa sebegitu prestisenya profesi CEO itu?

Mencoba untuk mengabaikan tawa para perempuan di seberang mejanya, Dypta mengaduk-aduk caramel macchiato-nya. Namun Dypta tidak bisa melawan keinginan matanya untuk tetap memandang ke arah sana. Di antara keenam perempuan itu hanya Audry yang terlihat kalem, adem dan nggak neko-neko.

Sayangnya Audry harus menikah dengan Jeff. Dan sayangnya lagi Jeff adalah saudaranya. Andai zaman sekarang masih ada jual beli perbudakan, maka pasti sudah dibelinya perempuan itu. Bukan untuk menjadikan miliknya dan mengabdi padanya, namun agar Audry terlepas dari Jeff dan segala siksaannya.

Acara tersebut akhirnya selesai. Mereka meninggalkan Café D’Blue.

“Heboh banget tadi, seru ya kalau cewek-cewek lagi ngumpul.” Itu komentar pertama Dypta setelah mereka berada di mobil.

”Ya begitulah,” jawab Audry. Senyum merekah di bibirnya membayangkan betapa antusias para temannya atas kehadiran Dypta.

”Tapi di antara mereka semua kamu paling beda sendiri.”

”Beda gimana? Aku aneh ya? Aku memang nggak semodis mereka sih, aku nggak suka tampil heboh kayak mereka.”

Dypta yang sedang menyetir, memandang ke sebelahnya. Bibirnya menyunggingkan senyum. “Justru itu yang bikin kamu berbeda. Kamu manis dan kelihatan elegan dengan gayamu sendiri. Aku nggak mau bilang kamu cantik sih, karena cantik itu udah biasa dan bikin bosan. Tapi kamu manis. Siapa pun nggak akan pernah bosan ngeliat kamu.”

Entahlah, Audry tidak tahu apa ini efek karena Jeff tidak pernah memujinya sehingga saat mendengar sanjungan Dypta membuat pipinya bersemu.

“Aku perempuan ke berapa sih yang kamu gombalin kayak gini?”

Salah jika Dypta akan mengelak dan mengatakan, “Aku nggak gombal kok, aku serius.” Yang keluar dari mulutnya adalah, “Hm, ke berapa ya?” dengan ekspresi sedang berpikir.

Jawaban laki-laki itu membuat Audry berasumsi kalau keponakan suaminya itu memiliki banyak perempuan di dalam hidupnya. Walau begitu, Audry menyukai laki-laki itu menggombalinya. Dypta membuatnya merasa muda dan kembali belia. Dan semua ini adalah efek dari menikah dengan Jeff yang kaku dan nggak ada romantis-romantisnya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Win-Win Solution

    Rogen melangkah pelan setelah Davina menggandengnya. Anak-anak terkadang menempatkan orang dewasa dalam posisi yang tidak mudah.Athaya langsung bangun dari berbaring dan menyandarkan punggung ke headboard begitu Rogen ikut duduk di ranjang.“Istirahat aja, Ay, kamu pasti capek.” Rogen menyuruh Athaya kembali berbaring.Athaya tersenyum samar. Ia merasa canggung untuk berbaring di ranjang itu sedangkan ada Rogen di dekatnya.“Bunda kenapa bangun? Kita tidur sama-sama yuk! Papa juga.” Davina memandang Athaya dan Rogen bergantian.Rogen terpaksa menganggukkan kepala dan memberi Athaya isyarat dengan matanya agar menuruti kemauan Davina. Jadilah mereka berbaring bertiga. Rogen dan Athaya berada di sisi kanan dan kiri memagari Davina di tengah-tengah mereka.Davina tersenyum bahagia dan memandang kedua orang tuanya yang membelai kepalanya bergantian. Ini adalah pertama kalinya Davina tidur bertiga dengan Rogen dan Athaya.“Kenapa Papa dan Bunda tinggalnya pisah-pisah? Kenapa Bunda nggak ti

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Rasa Yang Tidak Pernah Mati

    Rogen dan Belva duduk dengan tegang di kursi pasien di ruangan Gatra. Mereka sedang menanti hasil pemeriksaan kesehatan. Ini adalah pemeriksaan kesekian yang mereka lakukan.“Kalian berdua sehat, nggak ada masalah apa-apa.” Entah untuk keberapa kali Gatra mengatakan hal yang sama.“Kalau memang begitu kenapa Belva masih belum hamil, Bang?” tukas Rogen.Gatra mengerti bagaimana perasaan adik ipar dan istrinya. Dan sebagai orang yang dekat dengan mereka ia juga tidak pernah henti menyemangati.“Abang ngerti perasaan kalian, tapi ini hanya masalah waktu, Dek. Percaya sama Abang, kalau sudah waktunya Tuhan pasti kasih.”Belva yang sejak tadi diam terpaku di sebelah Gatra hanya tersenyum getir. Sudah hampir empat tahun menikah namun Tuhan belum mempercayakan seorang anak pun dititipkan ke dalam rahimnya. Sementara orang-orang di sekelilingnya saat ini sedang mengandung. Mulai dari Tania hingga Athaya. Saat ini Tania sedang mengandung anak keempat,

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Yang Terbaik Untuk Kita

    “Davina! Sini, Sayang, ada papa tuh!”“Yeay … Papa datang!!!” Bidadari cilik itu berlari kecil ke depan rumah saat mendengar suara Audry yang berseru memberitahunya.Rogen baru saja turun dari mobil. Segala rasa lelahnya sirna seketika ketika melihat wajah Davina, putri kecilnya. Rogen langsung mengangkat Davina dan menggendong anak itu.Tanpa terasa, tiga setengah tahun sudah berlalu. Davina kini tumbuh menjadi anak yang manis, tidak banyak tingkah dan menggemaskan.“Udah makan, Sayang?” “Udah, Pa.”“Beneran? bohong ah!” Rogen tidak percaya. Davina memang paling susah jika disuruh makan nasi.“Cium aja kalau Papa nggak percaya, pasti ada bau ayam goreng. ” Davina menyodorkan pipinya.Rogen tertawa lalu mengecup gemas pipi chubby sang putri. “Oh iya, bau ayam goreng. Iya deh, Papa percaya.”Davina tertawa sambil membelai dagu belah Rogen. Davina sangat suka melakukannya. Biasanya sebelum tidur ia akan mengelus-elus belahan di dagu Rogen hingga akhirnya ketiduran.“Tadi Davina ngapain

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Terikat Selamanya

    Athaya mengerutkan dahi. Suara itu terdengar sangat jelas dan dekat. Suara yang sudah familier dengannya tapi sudah lama tidak didengarnya.Nggak mungkin, pikir Athaya. Pasti ini hanya halusinasinya saja. Mana mungkin Rogen ada di sini. Saat ini Rogen pasti sedang bahagia-bahagianya dengan Belva menikmati masa-masa indah pengantin baru.Athaya memejamkan mata dan mencoba untuk fokus pada dirinya sendiri sambil menahan kontraksi yang hilang timbul. Ia menepis semua pikiran dan bayangan-bayangan lain yang melintas di kepalanya.“Sombong lo ya, jauh-jauh gue datang ke sini tapi dicuekin.”Suara itu membuat Athaya terkesiap. Ini nyata dan bukan halusinasinya. Tapi masa Rogen ada di sini?Sambil menahan rasa penasaran Athaya memutar tubuhnya dengan perlahan. Tepat di saat itu ia mendapati seseorang sudah berada di belakangnya, duduk di sisi ranjang.“Adek …” Athaya menggumam tidak percaya. Rogen benar-benar ada di sana. Di dekatnya, di tempat yang sama dengannya. Dan ini bukan mimpi.Roge

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Big Surprise

    Enam bulan kemudian …Setelah kejadian malam itu, hidup Athaya berubah. Pelan-pelan ia mulai menepis Rogen dari hatinya dan membiarkan Kenzi yang mengisi. Athaya menyadari, tidak akan adil untuk Kenzi jika ia masih saja dibayang-bayangi Rogen. Mungkin Athaya harus berterima kasih pada Nora yang telah memilihkan Kenzi untuknya. Kenzi memang tidak sempurna, tapi dia adalah suami yang ideal untuk Athaya. Kenzi membuktikan kata-katanya. Dia menerima keadaan Athaya apa adanya. Dia juga tidak pernah mengungkit-ungkit kejadian itu. Malah Kenzi sangat perhatian pada kehamilan Athaya.“Ay, Rogen jadi menikah hari ini?” tanya Kenzi pagi itu sebelum berangkat ke kantor.“Jadi, Mas,” jawab Athaya.Tempo hari Belva mengabarinya dan bertanya apa Athaya bisa datang. Tapi Athaya menolak dengan alasan kandungannya sudah semakin besar dan hanya menunggu due date. Athaya sama sekali tidak mengungkit kejadian malam itu. Ia tidak ingin menyalahkan Belva. Yan

  • Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami   Keputusan Kenzi

    “Saya minta penjelasan dari kamu sekarang. Saya harus tahu semuanya. Karena apa? Karena saya adalah suami kamu. Saya pendamping hidup kamu. Dan terutama saya adalah orang yang bertanggung jawab atas hidup kamu setelah kita resmi menikah, bukan orang tua kamu. Jadi saya minta kamu untuk bicara sejujur mungkin."Suara dingin bernada tegas itu betul-betul membuat Athaya tidak berdaya. Satu-satunya yang harus ia lakukan adalah mengatakan segalanya pada Kenzi.“Pertama, saya mau minta maaf udah bikin Mas kecewa,” ucap Athaya pelan. “Saya memang salah karena nggak bilang semua ini dari awal. Saya nggak akan membela diri. Dan …” Athaya menggantung kalimatnya sembari mengamati ekspresi Kenzi.Lelaki itu masih seperti tadi. Menyorot Athaya dengan tatapannya yang datar dan penuh rasa kecewa.“Dan saat ini saya juga sedang hamil.” Athaya melanjutkan perkataannya dengan suara yang jauh lebih lirih.“HAMIL?” Kali ini Kenzi tidak mampu menyembunyikan r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status