Share

Ciuman

Penulis: Yiyuan chi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-25 23:56:51

“Tahukah kamu betapa khawatirnya aku? Rasanya hampir gila ketika aku tidak menemukanmu di mana pun,” bisik Mikhael.

Pikirannya semakin keruh seiring waktu berlalu.

Dia menempelkan wajahnya; janggut tipisnya menusuk kulit lembut Ann. Bibirnya menjelajah ke lekuk leher, lalu mencium keningnya yang berkeringat.

"Mengapa kamu selalu meninggalkanku?"

Kapan pria ini pernah memasang raut wajah menyedihkan untuk seseorang? Bahkan saat dia berada di ujung kematian berkali-kali, dia selalu meludah ke arah lawan-lawannya di ring.

Ia menciumnya dengan penuh amarah dan menyentuh tubuhnya dengan erat. Ann tercekat, sementara punggungnya bergetar hebat saat disentuh. Ia bisa merasakan tubuh pria itu menggigil dan untuk sesaat, ia berhenti bernapas karena ciuman itu.

Menyesakkan.

Mikhael kembali tersadar dan buru-buru melepaskan Ann. Napasnya memburu, dadanya naik-turun tak terkendali. Rambut hitamnya tampak berkilauan di bawah cahaya matahari. Di balik tirai air mata yang menggantung di matanya, Ann menatapnya dengan pandangan yang samar.

Wajahnya memerah, sedangkan tubuhnya sedikit panas. Ia memalingkan wajah ke samping, menghindari tatapan tajam Mikhael.

Dia tidak mengerti mengapa pria ini bersikap begitu intim kepadanya. Dia tidak akan mengerti. Bahkan jika mereka saling mengenal di masa lalu, bisakah kita tidak mengingatnya dan menjalani kehidupan masing-masing sekarang?.

“Jangan menghindar. Suka atau tidak, tak ada jalan kembali."

Ann sedikit bergetar, wajahnya memerah karena ciuman barusan—gugup. Ia mencoba menarik tangannya kembali, tetapi Mikhael memegangnya erat-erat.

"Sialan!"

"Ayo kembali, jangan pernah lari lagi atau kau tidak akan tahu betapa berbahayanya tempat ini."

Mikhael membawa Ann kembali ke tempat Jeep mereka terparkir. Perjalanan mereka berlangsung cukup sunyi, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Mobil itu melaju, dari jalanan ramai menuju jalan-jalan yang semakin terpencil, hingga akhirnya rimbunnya hutan kembali menyambut mereka.

Setelah tiba, mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Mikhael turun membawa beberapa kotak hitam dan kardus. Sesampainya di ruang tengah, ia menurunkan semua kotak yang dibawanya ke sofa besar dan melemparkannya begitu saja hingga berserakan.

“Bukalah, itu semua untukmu,” ucap Mikhael sambil berkacak pinggang.

"Apa ini?" Ann mengerutkan dahi, bingung. Tapi karena Mikhael tampak enggan memberi penjelasan, ia langsung membuka salah satu kotak yang jatuh di dekat kakinya.

Isinya adalah pakaian bermerek yang sangat mahal. Saat membuka kotak-kotak lainnya, ia menemukan pakaian dalam, produk perawatan wajah, dan kebutuhan wanita lainnya—semuanya dari brand terkenal yang jika dijumlahkan, mungkin bisa membeli sebuah mobil.

Mikhael mengambil salah satu dress dari sofa, lalu membolak-balik labelnya yang dipenuhi tulisan asing.

“Wanita selalu suka barang-barang dengan merek-merek asing ini, kan?” katanya sambil mencibir, lalu kembali melemparkan gaun itu ke atas sofa.

Barang-barang itu tampak dibungkus asal-asalan, seolah bukan benda mahal yang menghabiskan banyak uang.

“Katakan jika kau meninginkan sesuatu."

Ann menggeleng lemah, kemudian merapikan semua barang-barang yang masih berserakan itu

Semua yang diberikan Mikhael sangatlah lengkap hingga rasanya dia tidak kekurangan apapun. Tetapi mengapa menghabiskan banyak uang untuk dirinya? 

Dia akan jauh lebih senang jika Mikhael membiarkannya pulang daripada memberinya tumpukan barang mewah yang nilainya setara ratusan ribu dolar.

Melihat reaksi datar Ann, Mikhael langsung terlihat kesal.

“Bukankah seharusnya kamu berterima kasih? Dulu, saat kamu datang ke panti asuhan membawakan roti dan susu untukku, aku selalu berterima kasih. Bahkan aku membuatkanmu mahkota dari bunga liar di sekitar panti,” gumamnya, menahan emosi.

“Ya?”

“Lupakan saja.”

"Aku...tidak mengingat apapun. Bagimana kehidupanku dengan orang tuaku hanya bayangan samar, kemudian aku tidak mengingat apapun lagi selain itu. Sepertinya kamu tahu banyak tentangku?" tanya Ann dengan suara pelan, gugup, diselimuti ketakutan kecil.

Tangannya terangkat pelan, menyentuh liontin berbentuk kupu-kupu yang melingkar di lehernya—liontin yang Mikhael klaim sebagai pemberiannya.

"Kamu membuat anak laki-laki yang baru dewasa jatuh cinta kemudian meninggalkannya," Mikhael menjawab pertanyaan dari Ann dengan sarkasme.

"Tahukah kamu aku menunggumu datang dari balik gerbang? musim selalu berganti tetapi kamu tidak pernah datang lagi."

Mikhael berjalan perlahan ke arah Ann, kemudian duduk di sampingnya.

“Orang tuaku meninggal saat aku berusia delapan tahun. Aku dikirim ke sebuah panti asuhan. Kamu dan keluargamu sering datang untuk beramal.  Itu hari paling ditunggu anak-anak, karena kami bisa makan makanan layak.”

“Kita menjadi dekat. Kamu membedakanku dengan anak-anak lainnya. Kamu selalu membawa camilan untukku—roti, permen, susu. Semua yang kamu miliki.”

Mikhael mengambil beberapa helai rambut yang menutupi wajah Ann. Tatapannya menjadi lebih lembut, bahkan garis-garis dingin dan keras di wajah heroiknya menunjukkan kelembutan yang tak biasa.

Ann menatap kosong ke arah Mikhael, semua hal-hal manis tentang mereka di masa lalu, dia tidak memiliki ingatan apapun tentang itu. 

Tetapi di sisi lain, dia memiliki perasaan akrab yang tidak dapat dijelaskan.

"Aku tidak ingat apapun."

"Kamu adalah orang asing—begitu juga denganku,” bisik Ann lirih. Bulu matanya sedikit bergetar, jari-jarinya saling bertaut gelisah, kebiasaan lamanya setiap kali gugup.

Mikhael diam. Ia merasakan ketegangan dalam tubuhnya—bukan karena marah, tapi karena kecewa pada kenyataan bahwa jarak di antara mereka masih begitu dingin.

Merasakan tubuhnya yang waspada dan terguncang, Mikhael menghela napas dalam-dalam dan melingkarkan lengannya di pinggangnya.

"Kamu bisa mengingatnya pelan-pelan, bahkan jika pada akhirnya kamu tidak mengingat apapun, kita hanya perlu memulainya kembali."

Ia menatap wajah Ann dalam-dalam, lalu tersenyum samar.

“Jangan lupa, aku belum memaafkanmu.”

Ucapan itu membuat bahu Ann mengecil, wajahnya tertunduk. Kilasan ingatan tentang upayanya melarikan diri kembali menghantui pikirannya. 

Bagaimana jika Mikhae tidak datang di saat itu? apakah tubuhnya masih utuh?.

“Aku akan bertanding dua hari lagi,” Ucapan Mikhael membuyarkan lamunan kecil Ann.

Ann mendongak menatapnya, tercengang.

Hari pertama saat ia menyaksikan pertarungan brutal di arena bawah tanah masih membekas jelas—itu adalah hari paling mengerikan dalam hidupnya. Darah berceceran di mana-mana. Raungan. Tubuh yang bergelimpangan. Semua itu begitu nyata dan traumatis.

Meski Mikhael menang hari itu—dengan cara yang mengagumkan dan menakutkan—Ann tetap dihantui kekhawatiran. Perasaan aneh yang terus muncul… bahkan setelah semua yang dilakukan pria itu padanya.

Bahkan setelah ia melarikan diri darinya hari ini—kenapa hatinya tetap gelisah?

Ann ketakutan oleh perasaan itu. Ia tak nyaman dengan kedekatan yang tumbuh diam-diam di dalam dirinya.

“Untuk apa kamu melakukan itu? Uang?” tanyanya ragu, suaranya nyaris seperti bisikan.

Mikhael menatapnya lama—rumit. Ada sesuatu dalam sorot matanya, seperti beban besar yang ingin ia sampaikan. Ann telah melihat sisi tergelapnya—dan dia tak ingin menyeretnya lebih jauh.

Dendam itu miliknya sendiri.

“Bukankah... dipukul itu sakit?” suara Ann terdengar rapuh. “A-aku memang tidak tahu banyak tentang dunia pria. Tapi terus-menerus berada di tempat seperti itu...”

Ia terdiam sejenak, lalu mengumpulkan keberanian dan menyelesaikan kalimatnya.

“Kamu akan hancur.”

Mata Mikhael membulat, terkejut.

Ekspresinya berubah menjadi dingin.

Untuk sesaat, sesuatu di dalam dirinya berhenti.

Lucu. Seakan kehancurannya belum dimulai sejak lama.

Seakan dia belum dikubur hidup-hidup bersama suara ledakan, serpihan besi, dan bau daging hangus di  mobil hari itu.

...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kepemilikan   Kembali ke rumah

    "Kita akan kembali ke rumah,""Rumah?""Rumahku," jawab Mikhael, sambil memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya. Rumah di tengah hutan itu terasa semakin jauh—semakin jauh mereka pergi, semakin kecil kemungkinan Ann bisa meninggalkannya."Aku…" gumam Ann, suaranya serak dan ragu. Jari-jarinya saling meremas, tubuhnya menegang, alisnya berkerut bingung, seolah mencoba menemukan kata-kata yang tepat namun semuanya lenyap dalam ketakutan yang menekan dadanya.Ann terdiam, menatap Mikhael yang sedang memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya. Rumah di tengah hutan itu terasa semakin jauh, kemungkinan untuk pergi dari Mikhael terasa kian mengecil.Mikhael menoleh, mata gelapnya menembus kebingungan itu. Ia tahu—Ann tidak ingin ikut dengannya.Dengan cepat, ia melempar tas ke ranjang. Tangan kekarnya berkecak di pinggang, menandai kemarahan yang membara, menatap gadis di depannya yang membeku.Tiba-tiba, lengan halus Ann terjepit oleh dua tangan besar. Tubuhnya terseret maju dengan keku

  • Kepemilikan   "Apakah kamu mencintaiku?"

    Pintu berderit terbuka, menampilkan seorang pria bertelanjang dada yang berjalan dengan sempoyongan. Tangannya membawa dua tas hitam besar.Ann tertegun, matanya membesar. Tanpa pikir panjang, ia turun dari kasur, berlari menahan tubuh Mikhael yang hampir terjatuh. Tubuh mereka bertemu dalam benturan berat — perbedaan tinggi dan berat di antara keduanya hampir saja membuat Ann ikut terseret jatuh.Mikhael melemparkan kedua tas itu ke lantai dengan bunyi berat, lalu bersandar lemah pada bahu Ann. Hela napasnya hangat di kulitnya, berbau darah dan keringat.“Tahukah kamu berapa yang aku hasilkan hari ini?” suara Mikhael parau, namun di ujungnya masih tersisa senyum tipis.“Aku tidak ingin tahu,” jawab Ann, suaranya bergetar halus. Ia menuntun Mikhael ke tepi kasur, membiarkannya jatuh duduk.“Jia, bisakah kau mengambil air dan kotak obat di lemari?” Ann berkata lembut. sejak mikhael datang, dia telah berlari ke belakang sofa, bersembunyi sambil sesekali mengintip ke arah mereka.Pandang

  • Kepemilikan   Sebuah Kenyataan

    Akhir-akhir ini, Mikhael selalu pergi pagi buta dan pulang larut malam. Ann tidak tahu ke mana dia pergi — dan, sejujurnya, dia juga tidak ingin tahu. Kadang pria itu kembali dengan luka di wajah, perban di lengan, atau noda darah di kemejanya. Ia tidak menjelaskan apa pun, dan Ann pun tidak pernah bertanya.Apa lagi yang bisa dilakukan seorang pria seperti Mikhael di tempat seperti ini? Bertarung, memukul orang, hidup layaknya gladiator di neraka bawah tanah.Mikhael selalu menugaskan seorang pengawal untuknya. Pria tinggi besar yang mengikutinya ke mana pun, seperti bayangan yang tak bisa diusir. Kesempatan untuk melarikan diri? Tidak ada. Ia hanya bisa berputar-putar dalam neraka yang sama, setiap hari, setiap jam.Satu-satunya hiburan yang bisa ia lihat dari jauh hanyalah pertunjukan teater di lantai dua. Ann sering berhenti di depan balkon lantai dua, menatap pertunjukan itu dari jauh.Bukan karena ia tertarik, tapi karena itu satu-satunya hal yang bisa membuatnya bersyukur d

  • Kepemilikan   Tekad

    “Tidak ada satu pun kamera yang menangkap mereka. Tidak ada jejak, tidak ada petunjuk..."Suara Liu pecah di tengah ruangan yang pengap, menggema di antara tumpukan map dan kertas laporan yang berserakan. Ia menghantam meja dengan map berisi daftar orang hilang, hingga kertas-kertas beterbangan seperti serpihan amarahnya sendiri.Matanya merah. Sudah berjam-jam ia menatap layar monitor, memutar ulang rekaman CCTV yang sama, berharap menemukan sesuatu—apa pun—yang bisa memecahkan misteri ini. Tapi yang ada hanya kekosongan. Seolah orang-orang itu menghilang ke udara.“Terlalu rapi,” gumam seorang polisi di sudut ruangan. Ia menyesap kopi yang sudah dingin, lalu melanjutkan, “Tidak mungkin semua itu bisa terjadi tanpa perlindungan dari kalangan atas, sudah pasti mereka menyuap beberapa pejabat untuk membuka jalan atau melindungi mereka ketika melewati perbatasan.”“Pernah dengar nama Braga?” suara Joe memecah keheningan. Ia meletakkan map kusam di meja, wajahnya tenggelam dalam cahaya l

  • Kepemilikan   Tinggalkan Anak Itu

    "Jadi, apa maksudnya ini?" Mikhael meletakkan satu tangannya di pinggang. Alis tebalnya terangkat, sementara telunjuknya mengarah pada gadis kecil yang sedang tidur, setengah memeluk Ann."Bisakah kita membawanya? Jika kita meninggalkannya di sini, dia pasti akan jatuh ke tangan orang jahat lainnya," suara Ann sedikit bergetar, nadanya penuh permohonan samar."Apakah kamu masih belum mengerti situasi kita? Membawanya hanya akan menjadi beban."“Tapi… bukankah menambah satu orang dalam perlindunganmu tidak masalah? Kamu kuat, kamu berkuasa. Apa artinya membawa satu anak kecil? Aku akan merawatnya, aku akan pastikan dia tidak mengganggu.”Mikhael mendengus pendek. “Sayang, tahukah kamu terlihat bagaimana sekarang? Malaikat yang membawa setiap anak malang yang ditemuinya… sampai-sampai kau berubah jadi panti asuhan berjalan.”Ann menatapnya dengan mata yang berkaca, suaranya lirih namun penuh tekad. “Aku mohon… aku tidak akan kabur, aku akan mengikutimu. Siapa lagi yang bisa dia andalkan

  • Kepemilikan   "Jangan...Kumohon..."

    Mikhael yang selalu dikenal pemarah, ketika ada api kecil yang menyulutnya, api itu akan membesar.Dan kali ini, Ann, gadis yang ia cintai melewati garis kesabarannya.Tanpa peringatan, Mikhael membungkuk, mengangkat Ann ke bahunya seperti mengangkut karung beras.“Tidak! Lepaskan aku! Turunkan, Mikhael!” Ann memukul punggungnya, tapi itu hanya seperti sentuhan ringan di kulitnya.Ia melangkah cepat ke kamar, menendang pintu hingga terbuka lebar, lalu membantingnya kembali dengan keras. Kemudian melemparkan Ann ke tempat tidur.Kepala Ann berdenyut, pandangannya berputar. Begitu kesadarannya pulih, ia melihat Mikhael sudah naik ke ranjang, mendekat seperti hewan buas, menindih tubuh mungilnya."Tahukah kamu bagaimana para pria disini memperlakukan para pelacur?"Suara Mikhael rendah, berat, dan membuat bulu kuduknya berdiri. Jari-jari kasarnya menyibak rambut yang menutupi wajah Ann.Tatapannya menelusuri wajah Ann, lalu turun ke leher, berhenti di dada yang naik-turun cepat. Matanya m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status