Home / Romansa / Kepemilikan / Kepemilikan

Share

Kepemilikan

Author: Yiyuan chi
last update Last Updated: 2025-07-22 16:33:50

Pichai dan orang-orangnya segera pergi setelah menerima gulungan uang yang hampir memenuhi tas hitam mereka. Langkah kaki mereka mulai meninggalkan ruang gelap ini bersama dengan gadis yang tersisa seorang diri. Menghilang di balik pintu besi yang menutup dengan dentuman berat. Ann mengkhawatirkan gadis itu, tanpa ia tahu bagaimana nasib dirinya sendiri.

Mikhael masih berdiri tegak, bayangannya membungkus tubuh Ann yang sedang gemetar. Pria di depannya terlihat agung dan kasar, tingginya menjulang seperti tiang, dan Ann tidak lebih dari dadanya, bahkan sedikit kurang.

Ia mengangkat dagu gadis itu dengan sentuhan dari balik tangannya yang kasar, kontras dengan kulit lembut gadis di depannya.

“Lihat aku,” ucapnya—suara itu rendah, serak, dan berat. Ada rasa lelah diujungnya yang masih dapat dirasakan.

Ann ragu. Matanya masih dipenuhi sisa air mata, kelopak matanya gemetar seperti daun di ujung angin

Wajah pria di depannya tampak buram. Ann menyeka air matanya dengan cepat, hingga perlahan sosok itu menjadi jelas—wajah Mikhael, keras dan dingin, dengan rahang mengatup dan sorot mata yang tajam seperti bilah pisau.

Mata mereka bertemu.

Mata laki-laki itu tatapannya menusuk, dingin yang membuat orang ragu untuk mendekat. Tapi di kedalaman itu, ada sesuatu yang lebih berbahaya dari amarah—hasrat yang liar, terkekang, dan nyaris meledak.

Mungkin karena pertandingan berdarah barusan, dia merasa lebih haus darah dan dipenuhi oleh hasrat liar yang berteriak-teriak.

"Siapa namamu?"

"Ann," suaranya bergetar dan lembut, hampir tidak terdengar dengan jelas.

"Apakah kamu dari negara C?"

Ann mengangguk cepat, hampir seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri permen.

Mikhael tampak puas, ia menghela napas kemudian maju selangkah. Tangannya perlahan terulur, dan Ann menegang. Tapi bukan tubuhnya yang disentuh—melainkan liontin kupu-kupu kecil di lehernya. Jemarinya yang kasar menyentuh kalung itu dengan hati-hati, nyaris lembut. Seolah mengingat sesuatu di masa lalu.

Mikhael juga menunjukkan ekspresi terkejut, jelas bukan sesuatu yang dapat dimengerti Ann. Selain membuatnya takut, pria di depannya juga membuatnya kebingungan.

"Tahukah kamu siapa aku?" Tanyanya pelan, tetapi masih terdengar kasar dan agresif.

"Mikhael?" jawab Ann, ragu.

"Tampaknya kamu telah melupakannya," Ada sedikit nada kecewa dalam ucapannya. Nada kecewa itu menyelinap, dan entah kenapa, justru membuat Ann makin gelisah. Ia sama sekali tidak ingin tahu mengapa pria ini merasa kecewa. Ia hanya ingin pergi.

Pergi sejauh mungkin darinya dan tempat ini.

"Tolong lepaskan aku, a-aku akan membayar kembali uangnya, ini ilegal, tapi aku tidak akan memanggil polisi setelah ini, dan gadis itu, bisakah kau juga menyelamatkannya? ini pelanggaran berat! kamu bisa masuk penjara!"

Ann, dengan kepercayaan dirinya mengumpulkan keberanian untuk membuka peluang bernegosiasi.

Tetapi keberanian yang dia kumpulkan tampak seperti lelucon di mata Mikhael. Tawa seperti cemooh bagi dirinya yang terlalu naif.

"Sayang... aku bukan Buddha yang bisa menyelamatkan semua orang," ucapnya tenang, memberi penjelasan bagi gadis yang tidak tahu apa-apa di depannya.

"Lalu kenapa harus aku?" suaranya nyaris patah.

"Karena kamu menangis paling keras dan itu berisik."

Ia menunduk sedikit, suaranya nyaris seperti bisikan panas di udara yang dingin.

“Dan kalau aku menyuruh mereka membuatmu diam, kau mungkin akan dipukuli sampai mati.”

Ann menggigit bibirnya. Matanya mulai panas karena terlalu lama menangis.

"Aku hanya ingin pulang, kamu bisa mendapatkan uangmu kembali dan aku tidak akan menelpon polisi, bukankah itu sangat menguntungkanmu?" Ann kembali melembutkan suaranya, mencoba membujuk dengan nada permohonan dan putus asa.

“Tidak ada uang kembali. Tidak ada pulang.”

Mikhael mengerutkan kening, tampak frustasi dengan gadis yang masih menangis di hadapannya.

"Gadis itu..kemudian aku, kami adalah korban!" suara Ann meninggi, emosi meledak. Tangannya mengepal, seperti memeluk sisa-sisa keberaniannya.

"Ya, setiap hari selalu ada korban disini, ada yang mati kemudian ada yang datang menggantikan." Mikhael tampak santai, bahkan seperti mengatakan sesuatu yang biasa dilihatnya setiap hari, bahkan jika itu adalah faktanya.

"Orang-orang datang, orang-orang pergi. Tapi tidak semua bisa pulang." tangan kasar Mikhael mengusap lembut pipi Ann. Tangannya yang besar hampir menutup seluruh wajah kecil gadis di hadapannya.

"Tahukah kamu apa yang terjadi pada perempuan yang tidak dibeli di tempat ini?"

Ann tak menjawab. Tapi napasnya mulai memburu.

"Mereka akan dikirim ke distrik merah. Dijual. Diperbudak. Tubuh mereka akan dihargai per jam, dan tak ada yang peduli apakah mereka hidup atau mati setelahnya."

Ia menatap lurus ke arah Ann, nada suaranya dingin dan mantap.

"Tapi kamu… kamu tidak akan mengalami itu. Karena kamu milikku sekarang. Selama kamu milikku, tidak akan ada yang menyentuhmu. Tidak akan ada yang membuatmu kelaparan, atau menyiksamu."

Ann masih menggigil ketakutan dan menolak percaya apa yang dikatakan pria di depannya. Itu merangsang naluri bertahan hidup dan empatinya terhadap tempat ini.

"Ayo," ucap Mikhael tiba-tiba, memutus keheningan yang menegang.

"Ke mana?" tanya Ann dengan suara nyaris tercekat.

"Ikuti saja aku," jawab Mikhael ringan, lalu menambahkan, "Karena aku tak punya niat untuk melepaskanmu."

Sebelum Ann bisa merespons, Mikhael bergerak. Ia menunduk sedikit, mendekat, dan mengecup dahi Ann. Ringan, sekilas, namun dingin seperti cap milik.

itu membuatnya merinding dan ada sesuatu yang memintanya untuk segera melarikan sendiri.

Dia tidak tahu harus lari ke mana, atau bagaimana, tapi tubuhnya tahu… tempat ini, pria ini, bukan sesuatu yang bisa dia pahami—apalagi percayai.

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepemilikan   "Jangan...Kumohon..."

    Mikhael yang selalu dikenal pemarah, ketika ada api kecil yang menyulutnya, api itu akan membesar.Dan kali ini, Ann, gadis yang ia cintai melewati garis kesabarannya.Tanpa peringatan, Mikhael membungkuk, mengangkat Ann ke bahunya seperti mengangkut karung beras.“Tidak! Lepaskan aku! Turunkan, Mikhael!” Ann memukul punggungnya, tapi itu hanya seperti sentuhan ringan di kulitnya.Ia melangkah cepat ke kamar, menendang pintu hingga terbuka lebar, lalu membantingnya kembali dengan keras. Kemudian melemparkan Ann ke tempat tidur.Kepala Ann berdenyut, pandangannya berputar. Begitu kesadarannya pulih, ia melihat Mikhael sudah naik ke ranjang, mendekat seperti hewan buas, menindih tubuh mungilnya."Tahukah kamu bagaimana para pria disini memperlakukan para pelacur?"Suara Mikhael rendah, berat, dan membuat bulu kuduknya berdiri. Jari-jari kasarnya menyibak rambut yang menutupi wajah Ann.Tatapannya menelusuri wajah Ann, lalu turun ke leher, berhenti di dada yang naik-turun cepat. Matanya m

  • Kepemilikan   “Ini semua... karena kamu…”

    Ann duduk memeluk lutut di ranjang. Pistol kecil masih tergeletak di sampingnya—dingin, tak tersentuh. Ia menarik napas perlahan, mencoba melupakan segala hal yang baru saja terjadi.Sebuah teriakan datang. Sebuah jeritan keras.Nyaring, rapuh, tercekik ketakutan.Ann langsung berdiri. Detik berikutnya, suara jeritan lain terdengar—lebih dekat, lebih putus asa. Dia tak menunggu lebih lama. Pintu dibuka tanpa suara dan langkahnya melesat ke lorong.Lorong yang basah dan suram itu seolah menyempit setiap kali ia bergerak. Bau alkohol, asap rokok, dan suara tawa liar mengisi udara.Kemudian—"BRUK!"Sesuatu menabraknya keras.Seorang gadis kecil, mungkin berusia sekitar dua belas tahun? Tingginya hanya sampai dadanya, dengan rambut acak-acakan dan mata merah membengkak karena tangis. Tubuh mungil itu memeluk Ann erat, menggigil hebat. "Tolong..., kakak tolong aku...," suara itu lebih seperti bisikan di telinga Ann. Lemah, tak berdaya—mengingatkannya pada dirinya.Ann menahan napas, memelu

  • Kepemilikan   Percobaan Pembunuhan

    Lampu tiba-tiba padam. Ann masih terlelap di pelukannya, tapi Mikhael langsung membuka mata. Matanya menyesuaikan diri pada kegelapan total. Ada sesuatu. Ia bisa merasakannya. Seperti bayangan yang bergerak terlalu cepat. Instingnya, yang lebih tajam dari kebanyakan tentara sekalipun, langsung aktif. Mikhael akan terbangun oleh bahaya sekecil apapun. Ia mengangkat tubuhnya perlahan, melepaskan lengannya dari pinggang ramping Ann. Kulit gadis itu masih hangat di tangannya. Mikhael mendekap udara kosong untuk sesaat, merasa kesal karena harus meninggalkan sensasi yang baru saja membuatnya dapat tertidur dengan tenang sejenak. Langkah kaki terdengar. Cepat dan ringan, bergerak mendekat. Mikhael langsung sigap. Ia meraih senjata tersembunyi di bawah tempat tidur, lalu melompat keluar dari ranjang. Mikhael langsung menyetbu ke arah jendela yang . Cahaya bulan memberi siluet redup pria yang melompat masuk. Mikhael sedikit meraba, menemukan kerah pria itu yang belum sepenuhnya m

  • Kepemilikan   Permohonan

    "Kapan terakhir kali Anda melihat cucu Anda?""Seminggu yang lalu. Pagi hari, sebelum dia berangkat ke sekolah untuk menghadiri kelulusannya."Suara wanita tua itu gemetar, seperti mencoba menahan sesuatu yang hampir pecah.Polisi muda di hadapannya, Lui, memijat pelipisnya dengan lelah. Kelelahan tergurat jelas di wajahnya. Kasus perdagangan manusia makin merajalela akhir-akhir ini, dan belum lama ini ia baru saja menggagalkan pengiriman gadis-gadis muda ke Thailand dan Kamboja."Ada telepon darinya kemarin... tapi hanya sebentar. Sekitar dua menit. Dia hanya bilang kalau dia baik-baik saja..."Lui seketika menegakkan tubuhnya, menangkap harapan kecil yang muncul."Bisakah saya meminjam ponsel anda? kami bisa melacaknya dengan panggilan terakhir."Nenek Ann mengangguk cepat, tangannya gemetar saat mengeluarkan ponsel tua dari tas kecilnya. Lui menerima ponsel itu dengan hati-hati. Dia membuka log panggilan terakhir, menyalin nomor yang tertera, lalu menghubungi tim IT melalui radio

  • Kepemilikan   Neraka yang Sebenarnya

    Mikhael menarik Ann ke sebuah tempat, bukan di arena berdarah, tetapi di bagian lain yang penuh dengan suasana erotis dan sensual.Alkohol, asap rokok, dan wanita seksi, semua berhamburan di tempat ini. "Aku tidak ingin disini, ayo kita kembali, aku berjanji padamu.." kata Ann terisak. dia mencoba melepaskan genggaman tangan Mikhael yang menariknya erat. Tapi usahanya sia-sia. Tekanan itu malah semakin erat layaknya borgol."Lihat, lihat apa yang terjadi kepada gadis-gadis yang tidak memiliki dukungan disini," Suara Mikahel tajam. Tangannya memaksa wajah Ann untuk melihat ke arah panggung yang tak jauh dari mereka.Dari sudutnya, mereka dapat melihat jelas apa yang sedang terjadi.Gadis-gadis di atas panggung diberi nomor, bukan nama.Tanpa bersuara, mereka berjalan beriringan mengelilingi panggung cermin di bar dansa ruang bawah tanah; lengan terlipat di sekitar perut telanjang, mata tertuju pada lantai logam yang lecet.Di belakang panggung, seorang gadis yang berusia sekitar 14 tah

  • Kepemilikan   "Sayang, kamu selalu melanggar batas yang aku tentukan."

    Ann melepas infus dari tangannya, merasakan perih singkat yang ia abaikan begitu saja. Dengan cepat ia mengikat rambutnya, menahan gemetar di lutut, lalu berdiri dan melangkah keluar bilik.Di sudut ruangan, ia melihat seorang perawat muda duduk di balik meja logam, sedang sibuk mencatat sesuatu.Ann mendekat, berdiri di sisi meja. Suaranya pelan, tapi mendesak.“Can I borrow your phone?” tanyanya, dalam bahasa Inggris. Dia tidak tahu apakah perawat itu akan mengerti. Tapi ia tak bisa berbahasa Thailand, dan tak punya alat tulis untuk sekadar menggambar simbol ponsel.Perawat itu tampak terkejut sejenak, lalu menatap wajah Ann yang sayu. Ia menimbang, lalu menjawab dengan aksen pelat: “Why?”Ann membulatkan matanya terkejut, senang saat perawat itu mengerti ucapannya.“Just a quick call. I’ll pay you,” bisik Ann dengan nada memohon. Jemarinya menggenggam tangan dingin perawat itu “Please. Just one call, I’ll pay you. I swear—it won’t take long.”Perawat itu terdiam sejenak. Ia menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status