Home / Romansa / Kepemilikan / Transaksi

Share

Transaksi

Author: Yiyuan chi
last update Huling Na-update: 2025-07-22 16:33:07

Ann dan dua wanita lain didorong masuk ke sebuah ruangan yang tampak terpencil dari arena pertarungan. Dindingnya berlapis besi dengan pintu tebal yang berderit saat dibuka, mirip seperti penjara. 

Aroma tembakau mahal, alkohol tua, dan keringat bercampur menjadi satu.

 Ruangan itu cukup luas, Lampu kuning tua menggantung di langit-langit, berayun pelan seolah kelelahan, memancarkan cahaya redup yang hidup segan, mati pun enggan. Berusaha menerangi orang-orang di bawahnya yang sedang bermain kartu dengan santai. 

 Asap cerutu yang menari-nari menutupi wajah sang pemenang hari ini, Mikhael. Dirinya bertelanjang dada, masih ada darah lawannya yang membuat dirinya tampak lebih berbahaya. Ada satu tas hitam besar di sampingnya, terbuka lebar tepat di samping kaki Mikhael, tergeletak begitu saja di lantai semen yang dingin, seolah isinya bukan sesuatu yang perlu dilindungi.

 Tumpukan uang dolar mengisi isi tas hingga penuh, diikat rapi dalam bundelan-bundelan tebal—beberapa masih segar, kertasnya kaku dan bersih, sementara lainnya sudah lusuh dan berbau seperti telah melewati banyak tangan kotor. Sungguh menggoda siapapun untuk bertaruh hidup atau matinya demi uang sebanyak itu.

Ann menelan ludah. Sekarang dia tahu mengapa orang mau bertaruh nyawa di tempat seperti ini.

 Tempat gila yang dipenuhi orang-orang gila pula.

 "Wohoo, mari kita lihat barang apa yang kau bawa pichai," salah seorang yang bermain kartu dengan Mikhael mulai melirik para pedagang manusia ini, kehadiran mereka cukup membuat semua orang mengalihkan perhatian ke arah mereka yang berdiri di depan pintu dengan kaku.

 Keberadaan mereka—tiga gadis asing dengan pakaian lusuh dan sorot mata yang kehilangan cahaya—seolah membawa aroma darah segar di tengah kandang binatang lapar.

 “Bos Ling, kali ini barangnya bagus. Kami pilih yang terbaik,” ujar salah satu penculik, membungkuk sopan. berharap bahwa gadis-gadis yang mereka bawa kali ini mendapatkan harga yang tinggi.

 Pria-pria yang bermain kartu dengan Mikhael tampak meninggalkan aktivitas permainan yang sedang berlangsung. Beralih kepada sesuatu yang tampaknya lebih menarik bagi mereka, memilih gadis-gadis yang ditawarkan seperti barang oleh para pedagang manusia itu. 

 Mata-mata cabul itu segera menjelajahi gaids-gadis di depan mereka. Seperti meneliti barang langka berkilauan yang ditawarkan kepada mereka.

 "Aku suka yang ini," bos Ling menarik dagu gadis di sebelah Ann. Memang, diantara mereka bertiga gadis itu adalah yang paling cantik menurut Ann, bahkan pakaian yang lusuh tidak dapat menutupi kecantikannya. 

 Gadis itu menggeleng, kemudian berlutut, memohon untuk tidak dijual.

 Tangisnya tertahan di balik bibir yang gemetar, dan suaranya lirih saat memohon, “Jangan… kumohon…”

 Tetapi, dia meminta belas kasihan di tempat yang salah, tempat yang tidak memiliki empati untuk yang lemah. Ada perasaan kontras di hati Ann, antara kasihan dan rasa syukur bahwa bukan dia yang dipilih. 

 Tapi ia tahu… giliran itu hanya masalah waktu. Karena di tempat ini, semuanya akan dijual. Yang belum dipilih hari ini… hanya sedang menunggu untuk dijadikan milik seseorang. Atau berakhir di rumah bordil milik madam yang ia temui tadi.

 Pria-pria lain tampak bernegosiasi dengan pichai, tetapi mungkin mereka tidak menemukan kesepakatan lewat harga yang ditawarkan. Hanya satu gadis yang terjual, dan lainnya mungkin akan ia berikan ke madam Lin.

 Mikhael yang sedari tadi masih sibuk dengan uangnya setelah ditinggalkan bermain kartu mulai bangkit dari duduknya. Dia berdiri di hadapan pichai dan pria bertato naga disebelahnya. Tubuh Mikhael menjulang tinggi, menatap pada dua gadis yang tersisa.

 Ann dan satu gadis lainnya berdiri kaku. Yang satu menatap lantai, berusaha tak menarik perhatian. Sedangkan Ann—tangisnya telah pecah pelan. 

Ia tahu ia tak bisa bersembunyi.

 Pandangan mereka bertemu.

 Ia adalah rusa yang dipaku oleh tatapan serigala—menunggu digigit atau dibiarkan lewat.

 Matanya bertemu dengan Ann yang sudah gemetar menangis. Ann telah melihat pertarungan yang gila dan brutal tadi, jika sampai dia jatuh ke tangan pria buas seperti itu, ia akan habis tanpa tersisa tulang sekalipun.

Tetapi, jatuh ke tangan pria mesum hidung belang ataupun pria kasar tidak ada bedanya, malah sama buruknya. Satu-satunya hal yang ia inginkan adalah kebebasan dan menjauh dari tempat kotor ini sesegera mungkin.

 Dia rindu neneknya, dia bahkan belum memberitahukan neneknya bahwa dia lulus dengan nilai terbaik di sekolah dan diterima di universitas ternama. Jika neneknya tahu dia diculik dan sedang diperdagangkan di tempat yang antah berantah ini, apa yang harus ia lakukan? apakah ia akan ditemukan dalam bentuk yang masih bisa dikenali?.

 “Dia ikut denganku,” Mikhael berkata datar, suaranya tampak tidak sabar.

 Tidak menyebut harga.

 Tidak meminta persetujuan.

 Terdengar seperti titah raja, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

 Pichai melongo tak percaya, sebab, sepanjang sejarahnya, dia sudah puluhan kali menawarkan wanita kepada raja petarung paling ditakuti ini, tetapi semua tawaran tentu ditolaknya mentah-mentah. Karena itulah dia lebih memilih menawarkan kepada bos-bos lain. Lagipula Pichai sama sekali tak berani bernegosiasi dengan Mikhael.

 "Y-ya, tentu, anda bisa mendapatkannya, tentu dengan harga yang sudah kita sepakati bersama," Pichai tak ingin melewatkan kesempatan emas ini, jika dia bisa maka harus terjual dengan harga setinggi-tingginya.

 Mereka saling membuat harga dengan isyarat tangan—cepat, gelap, dan diam-diam. Dunia ini tak mengenal kuitansi. Tak ada angka yang terdengar, tapi dari cara Pichai memicingkan mata dan Mikhael menggeleng pelan, Ann tahu: harga dirinya sedang dipertaruhkan layaknya barang lelang di pasar gelap. Ia tidak tahu berapa nilai tubuhnya. Karena ia manusia, seharusnya ia bernilai, bukan? dimana tempat dia bisa menelepon polisi disini? .

 Perdebatan antara Pichai dan Mikhael tampaknya selesai, Mikhael memberikan hampir setengah uang yang ada dalam tas berisi uang yang dibiarkan terbuka sejak tadi. Ketika Mikhael memberi, orang-orang hanya menerima. Karena bukan uangnya yang paling bernilai, tapi ancaman yang melekat pada keberadaannya.

 Pria bertato naga itu segera membuka ikatan Ann sekaligus melepas plester mulut yang menutupinya. Pria itu mendorong Ann hingga terbentur ke dada Mikhael. Rasanya sama sakitnya seperti terlempar pada tembok batu besar yang kokoh.

 Satu-satunya yang pasti—ia belum bebas.

 Ia hanya berpindah kepemilikan.

 Dia tidak tahu, rasanya seperti keluar dari kandang harimau kemudian masuk ke kandang singa.

...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kepemilikan   "Jangan...Kumohon..."

    Mikhael yang selalu dikenal pemarah, ketika ada api kecil yang menyulutnya, api itu akan membesar.Dan kali ini, Ann, gadis yang ia cintai melewati garis kesabarannya.Tanpa peringatan, Mikhael membungkuk, mengangkat Ann ke bahunya seperti mengangkut karung beras.“Tidak! Lepaskan aku! Turunkan, Mikhael!” Ann memukul punggungnya, tapi itu hanya seperti sentuhan ringan di kulitnya.Ia melangkah cepat ke kamar, menendang pintu hingga terbuka lebar, lalu membantingnya kembali dengan keras. Kemudian melemparkan Ann ke tempat tidur.Kepala Ann berdenyut, pandangannya berputar. Begitu kesadarannya pulih, ia melihat Mikhael sudah naik ke ranjang, mendekat seperti hewan buas, menindih tubuh mungilnya."Tahukah kamu bagaimana para pria disini memperlakukan para pelacur?"Suara Mikhael rendah, berat, dan membuat bulu kuduknya berdiri. Jari-jari kasarnya menyibak rambut yang menutupi wajah Ann.Tatapannya menelusuri wajah Ann, lalu turun ke leher, berhenti di dada yang naik-turun cepat. Matanya m

  • Kepemilikan   “Ini semua... karena kamu…”

    Ann duduk memeluk lutut di ranjang. Pistol kecil masih tergeletak di sampingnya—dingin, tak tersentuh. Ia menarik napas perlahan, mencoba melupakan segala hal yang baru saja terjadi.Sebuah teriakan datang. Sebuah jeritan keras.Nyaring, rapuh, tercekik ketakutan.Ann langsung berdiri. Detik berikutnya, suara jeritan lain terdengar—lebih dekat, lebih putus asa. Dia tak menunggu lebih lama. Pintu dibuka tanpa suara dan langkahnya melesat ke lorong.Lorong yang basah dan suram itu seolah menyempit setiap kali ia bergerak. Bau alkohol, asap rokok, dan suara tawa liar mengisi udara.Kemudian—"BRUK!"Sesuatu menabraknya keras.Seorang gadis kecil, mungkin berusia sekitar dua belas tahun? Tingginya hanya sampai dadanya, dengan rambut acak-acakan dan mata merah membengkak karena tangis. Tubuh mungil itu memeluk Ann erat, menggigil hebat. "Tolong..., kakak tolong aku...," suara itu lebih seperti bisikan di telinga Ann. Lemah, tak berdaya—mengingatkannya pada dirinya.Ann menahan napas, memelu

  • Kepemilikan   Percobaan Pembunuhan

    Lampu tiba-tiba padam. Ann masih terlelap di pelukannya, tapi Mikhael langsung membuka mata. Matanya menyesuaikan diri pada kegelapan total. Ada sesuatu. Ia bisa merasakannya. Seperti bayangan yang bergerak terlalu cepat. Instingnya, yang lebih tajam dari kebanyakan tentara sekalipun, langsung aktif. Mikhael akan terbangun oleh bahaya sekecil apapun. Ia mengangkat tubuhnya perlahan, melepaskan lengannya dari pinggang ramping Ann. Kulit gadis itu masih hangat di tangannya. Mikhael mendekap udara kosong untuk sesaat, merasa kesal karena harus meninggalkan sensasi yang baru saja membuatnya dapat tertidur dengan tenang sejenak. Langkah kaki terdengar. Cepat dan ringan, bergerak mendekat. Mikhael langsung sigap. Ia meraih senjata tersembunyi di bawah tempat tidur, lalu melompat keluar dari ranjang. Mikhael langsung menyetbu ke arah jendela yang . Cahaya bulan memberi siluet redup pria yang melompat masuk. Mikhael sedikit meraba, menemukan kerah pria itu yang belum sepenuhnya m

  • Kepemilikan   Permohonan

    "Kapan terakhir kali Anda melihat cucu Anda?""Seminggu yang lalu. Pagi hari, sebelum dia berangkat ke sekolah untuk menghadiri kelulusannya."Suara wanita tua itu gemetar, seperti mencoba menahan sesuatu yang hampir pecah.Polisi muda di hadapannya, Lui, memijat pelipisnya dengan lelah. Kelelahan tergurat jelas di wajahnya. Kasus perdagangan manusia makin merajalela akhir-akhir ini, dan belum lama ini ia baru saja menggagalkan pengiriman gadis-gadis muda ke Thailand dan Kamboja."Ada telepon darinya kemarin... tapi hanya sebentar. Sekitar dua menit. Dia hanya bilang kalau dia baik-baik saja..."Lui seketika menegakkan tubuhnya, menangkap harapan kecil yang muncul."Bisakah saya meminjam ponsel anda? kami bisa melacaknya dengan panggilan terakhir."Nenek Ann mengangguk cepat, tangannya gemetar saat mengeluarkan ponsel tua dari tas kecilnya. Lui menerima ponsel itu dengan hati-hati. Dia membuka log panggilan terakhir, menyalin nomor yang tertera, lalu menghubungi tim IT melalui radio

  • Kepemilikan   Neraka yang Sebenarnya

    Mikhael menarik Ann ke sebuah tempat, bukan di arena berdarah, tetapi di bagian lain yang penuh dengan suasana erotis dan sensual.Alkohol, asap rokok, dan wanita seksi, semua berhamburan di tempat ini. "Aku tidak ingin disini, ayo kita kembali, aku berjanji padamu.." kata Ann terisak. dia mencoba melepaskan genggaman tangan Mikhael yang menariknya erat. Tapi usahanya sia-sia. Tekanan itu malah semakin erat layaknya borgol."Lihat, lihat apa yang terjadi kepada gadis-gadis yang tidak memiliki dukungan disini," Suara Mikahel tajam. Tangannya memaksa wajah Ann untuk melihat ke arah panggung yang tak jauh dari mereka.Dari sudutnya, mereka dapat melihat jelas apa yang sedang terjadi.Gadis-gadis di atas panggung diberi nomor, bukan nama.Tanpa bersuara, mereka berjalan beriringan mengelilingi panggung cermin di bar dansa ruang bawah tanah; lengan terlipat di sekitar perut telanjang, mata tertuju pada lantai logam yang lecet.Di belakang panggung, seorang gadis yang berusia sekitar 14 tah

  • Kepemilikan   "Sayang, kamu selalu melanggar batas yang aku tentukan."

    Ann melepas infus dari tangannya, merasakan perih singkat yang ia abaikan begitu saja. Dengan cepat ia mengikat rambutnya, menahan gemetar di lutut, lalu berdiri dan melangkah keluar bilik.Di sudut ruangan, ia melihat seorang perawat muda duduk di balik meja logam, sedang sibuk mencatat sesuatu.Ann mendekat, berdiri di sisi meja. Suaranya pelan, tapi mendesak.“Can I borrow your phone?” tanyanya, dalam bahasa Inggris. Dia tidak tahu apakah perawat itu akan mengerti. Tapi ia tak bisa berbahasa Thailand, dan tak punya alat tulis untuk sekadar menggambar simbol ponsel.Perawat itu tampak terkejut sejenak, lalu menatap wajah Ann yang sayu. Ia menimbang, lalu menjawab dengan aksen pelat: “Why?”Ann membulatkan matanya terkejut, senang saat perawat itu mengerti ucapannya.“Just a quick call. I’ll pay you,” bisik Ann dengan nada memohon. Jemarinya menggenggam tangan dingin perawat itu “Please. Just one call, I’ll pay you. I swear—it won’t take long.”Perawat itu terdiam sejenak. Ia menatap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status