Share

6. Bertemu lagi

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-26 21:53:19

DUK!!

"Auw!"

Terkejut sekaligus merasa sakit di dahi, Zoya meringis sambil mengusap-usapnya. Tidak tahu jika dari dalam butik ada seseorang yang juga meringis ngilu, seolah ikut merasakan apa yang Zoya rasakan. 'Pasti sakit," gumamnya.

"Astaga! kenapa ada kaca sebening ini." Tangan kiri Zoya terulur—menyentuh dan mengetuk kaca sekali. "Seharusnya aku melakukan ini tadi sebelum dahiku membenturnya." Sambil menggerutu ia mendorong pintu transparan tersebut lalu melangkah masuk.

"Selamat datang, Mbak Zoya."

Sontak, Zoya terjingkat. Menganggap wanita tinggi semampai yang mengenakan seragam navy bertuliskan 'Boutique LS' di dada sebelah kiri itu adalah manekin. Sehingga, tak menyadari keberadaannya di dekat pintu masuk.

"Iya, Mbak," jawabnya canggung. Heran kenapa wanita cantik yang saat tersenyum memperlihatkan kawat giginya itu bisa mengenali dirinya. Zoya sempat tertegun, menerka-nerka mungkinkah Liza memberitahu wanita itu dirinya akan datang? Sejurus kemudian, Zoya menggelang tegas—menganggap terlalu percaya diri.

"Saya Dina, karyawan di sini," Zoya menanggapi dengan senyum yang tak kalah ramah. "Silahkan, Mbak langsung saja ke ruangan ibu," jelasnya sambil menunjuk lurus ke depan.

'Tangga?' batin Zoya mengikuti tangan Dina mengarah . "Kesana Mbak?"

"Iya Mbak Zoya, mari saya antar. Ibu sudah menunggu di atas."

"I-iya mbak." Reflek, kepala Zoya terangkat, alisnya mengerut berusaha menebak apa yang akan dirinya dan Liza bicarakan di sana.

Meski ragu, namun Zoya tetap berjalan di belakang Dina menaiki anak tangga satu persatu menuju lantai dua.

"Silahkan Mbak, ini rungan ibu Liza," ucap Dian begitu mereka sudah berdiri di depan pintu yang paling dekat dengan tangga.

"Iya Mbak, terima kasih."

"Sama-sama Mbak, kalau begitu saya."

"Iya, silahkan."

Seperginya Dina, Zoya mengedarkan pandang, dan lagi-lagi kembali tercengang melihat pemandangan yang ada di lantai dua bangunan itu. Terlebih, saat matanya tertuju ke ruangan sebelah kanan. Mulutnya seketika terbuka dengan kedua mata terbelalak sempurna. Ruangan cukup luas yang Zoya yakini tidak tertutup kaca, digunakan untuk memajang puluhan gaun pengantin, berbagai model.

"Wow! cantik sekali, bagaimana rasanya bisa memakai gaun sebagus itu, ya?" Terlalu kagum, perifer saraf yang menghubungkan beberapa bagian organ tubuh telah menggerakan kaki Zoya mendekati salah satu gaun yang berhasil mencuri perhatiannya.

"Gaun ini benar-benar cantik." gumamnya dengan mata berbinar.

"Nak, kamu sudah datang?" Liza yang kebetulan keluar berniat mengambil sesuatu di bawah, terkejut melihat Zoya sudah ada di depan manekin.

"Eh tan, maaf, kalau Zo lancang." Tersenyum canggung merasa sudah tertangkap basah.

"Sudah, tidak perlu sungkan. Anggap saja milik sendiri. Masuk yuk, sebentar lagi Danu juga pasti datang." Senyum di bibir Zoya seketika memudar.

Pria itu?

'Ya Tuhan, bagaimana ini? aku belum siap bertemu lagi dengannya, huaaaa .. ternyata aku sudah memasuki kandang singa!' jeritnya dalam hati.

Semalam memang ia sudah menyiapkan mental, dan yakin itu mental baja yang tidak mudah meleleh saat diharuskan bertemu Danu lagi. Tapi nyatanya, baru mendengar nama pria itu saja, nyalinya sudah seperti kerupuk tersiram kuah bakso.

'Tenang Zo, kamu tidak sendiri, jangan terlalu takut. Ingat, disini ada pawangnya, dia tidak mungkin akan langsung menerkammu,' batinnya meringis. Mengingat bagaimana marahnya pria itu sebelum pergi meninggalkan kafe kemarin.

Sibuk menenangkan diri—Zoya terperanjat mendengar Liza kembali memanggilnya.

"Sayang, ayo masuk, kok masih disitu."

"I-iya tan.." Semakin gugup, Zoya mengepalkan tangan ke depan sambil menghela nafas kasar, lalu berseru lirih, "Semangat!"

"Ayo masuk sayang, jangan sungkat. Inilah ruangan ibu. Kamu silahkan duduk dulu ya, ibu tinggal sebentar. Ada yang perlu ibu sampaikan pada anak-anak di bawah." Tanpa berpikir curiga sedikitpun, Zoya langsung mengangguk patuh begitu melewati pintu, dan tidak lama pintu ditutup dari luar.

Sambil mengamati setiap sudut ruang itu, Zoya berjalan pelan menuju sofa berukuran panjang dan duduk.

"Rapi. Pasti tante Liza orangnya teliti atau mungkin saja perfeksionis," gumamnya dengan pandangan kembali merotasi. Sampai akhirnya menemukan satu benda yang membuat rasa ingin tahunya tergugah. Demi memastikan benda itu, ia pun bergegas mendekatinya.

"Lucu sekali bocah ini, tampan." Tangan kanannya terulur mengangkat pigura kecil yang berada di atas meja kerja Liza. Seketika sudut bibir Zoya terangkat melihat foto balita laki-laki yang tengkurap di atas ranjang. "Pipinya bulat, mirip bakpao," kekehnya gemas.

Setelah puas, Zoya meletakkan kembali figuran itu pada tempatnya. Kini pandangannya beralih pada kaca yang membentang tinggi di depannya, tepatnya berada di belakang meja kerja Liza.

Ia pun segera melangkah lebar—begitu berdiri di depan dinding kaca itu, lagi-lagi Zoya terperangah melihat pemandangan yang ada di bawah sana. "Wah! ternyata ada taman. Kapan-kapan aku akan mengajak Vina dan Melly kesana, pasti mereka senang."

"Bu …"

DEG!!

Tiba-tiba Zoya menegang. Suara itu?

Menyadari siapa pemilik suara yang ada di belakangnya, mata Zoya terpejam, bersamaan dengan jantungnya yang ikut berhenti sedetik. Sebelum akhirnya berpacu kencang hingga nyaris melompat dari tempatnya. Tidak hanya itu, Zoya juga merasa kedua kakinya tertanam di lantai granit. Nafasnya semakin tersendat. Hanya butuh hitungan mundur dari sekarang, berpikir tubuhnya akan segera di lahap singa lapar.

"Siapa kamu!"

Sementara Danu memicingkan mata setelah menutup pintu, mendapati wanita asing di ruangan ibunya, tanpa ada di rmbunya ruangan.

Hening

Tidak ada jawaban, Danu melangkah perlahan.

Semantara Zoya, dirundung kecemasan luar biasa mendengar derap sepatu Danu semakin mendekat. Ingin rasanya melesat keluar melewati dinding kaca. Namun, selaras dengan keraguannya mampu menghancurkan kaca tersebut, atau mungkin dirinya hanya akan terpental ke belakang jika memaksakan diri.

"Maaf, dimana Ibu saya? apakah anda sudah bertemu beliau sebelumnya." Kini Danu sudah berada dua meter di belakang Zoya.

Merasa tidak punya pilihan lain, akhirnya Zoya memutuskan membalik badan, dan ..

"Kamu!" pekik Danu.

"Hehe .. hai om, ki—"

"---ngapain kamu disini!" ketusnya galak, membuat Zoya seketika menelan kasar salivanya. Tapi bukan Zoya namanya jika tidak bisa mengendalikan diri dengan cepat.

"Santai om, jangan tegang dulu dong, belum saatnya, ups. Maksudku, jangan emosi dulu. Duduk yuk, nanti aku jelasin kenapa bisa ada disini." Meski bibirnya bergetar, Zoya berusaha tidak menunjukkan ketakutannya di depan Danu, yang sudah jelas siap menerkam dirinya dalam arti yang sebenarnya. "Ck, gak percaya amat sih. Aku juga kesini karena undangan tante Liza tau!"

Dan benar saja, begitu menyebut nama ibunya, sebelah alis Danu terangkat—dengan tatapan yang belum bersahabat pria itu memilih duduk di sofa tunggal.

Merasa usahanya berhasil—Zoya bergegas ikut duduk di sofa panjang mengambil jarak sejauh mungkin. Tepatnya posisi yang paling dekat dengan pintu. Tetap waspada jika sewaktu-waktu terdesak ia bisa dengan cepat menyelamatkan diri.

Namun ternyata, terjadi keheningan begitu mereka duduk. Zoya sesekali melirik ragu Danu yang terus menatapnya seolah bagian tubuh mana dulu yang akan pria itu koyak—memikirkan itu Zoya bergidik ngeri.

'Sialan. Biar penampilannya aneh, tapi dia punya aura mengintimidasi. Ck, tante Liza kemana sih lama amat perginya.' Zoya mulai gelisah, ternyata berada di ruangan hanya berdua dengan Danu, lebih menakutkan dari yang pernah ia bayangkan.

'Undangan? ibu sengaja ngundangnya? apa jangan-jangan gadis ini yang ibu bicarakan semalam?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 51 Mabuk Pesawat

    Ada banyak pertanyaan di benak Lisa setelah mendengar cerita kedua putrinya kemarin, terselip juga harapan jika sosok tak bertanggung jawab yang sempat ia dengar itu, bukanlah orang yang sama dengan yang pernah menghancurkan kebahagiaannya dulu."Ibu disini rupanya?" Mendengar suara bariton Danu, Lisa yang sebelumnya melamun terhenyak dan segera menoleh ke belakang."Iya nak, ada apa?" "Ibu melamun? Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran ibu, hm?" Tanya Danu setelah mendekat, dan mengambil alih selang yang masih teraliri air dari tangan ibunya."Tidak, ibu baik-baik saja. Apalagi yang ibu inginkan, jika Allah saja sudah mengebalikan putri ibu, bahkan sekarang ibu punya tiga putri sekaligus," ujar Lisa yang selalu berhasil menutupi kegundahan hatinya di hadapan Danu ataupun yang lain."Tapi kenapa ibu menyiram hanya satu tanaman, sampai airnya menggenang seperti ini," jelas Danu."Oh astaga! Ibu matikan dulu krannya." Melihat sang ibu buru-buru mematikan kran, Danu hanya menggeleng sama

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 50 Menuju healing

    "Kamu kenapa, bosan?" Walaupun tatapannya fokus ke layar laptop, tapi Danu tahu jika istrinya tidak sesemangat tadi ketika berangkat."Kemarin sebelum Abang berpenampilan seperti ini, bagaimana sikap wanita tadi?" "Ayu, maksudmu?""Ish menyebalkan, kenapa kembali menyebutnya Ayu!""Ya.. Karena memang itu namanya, lalu Abang harus memanggilnya apa? Sekretarisku, begitu?" Meski heran dengan sikap aneh Zoya, namun Danu tetap berusaha menyikapi dengan tenang. Zoya hanya diam tidak lagi menanggapi penjelasan suaminya, ia juga tidak paham kenapa hari itu begitu sensitif. Ada apa sebenarnya dengannya, apa mungkin akan kedatangan tamu bulanan yang membuatnya uring-uringan tidak jelas? Zoya simpan sendiri pertanyaan itu dalam hati, sebab apa yang dirasakan hari itu pertama kali ia rasakan.Bersikap acuh dan mengabaikannya mungkin lebih baik, pikirnya."Abang pikir dengan mengajakmu ke kantor akan lebih baik." Danu akhirnya bangkit dan duduk disamping Zoya."Abang kenapa melarangku ikut ke

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 49 Jealous

    "Pagi Pak.. Selamat datang Ibu."Zoya tersenyum canggung begitu hendak memasuki ruangan, mereka disambut sapaan lembut seorang wanita cantik."Terima kasih nyonya," balas Zoya tak kalah rama yang justru disertai anggukan kepala, dan itu sukses menarik perhatian Danu."Kenapa memanggilnya nyonya," tegas Danu melirik wanita yang berdiri kaku di balik meja."Haiiss tidak apa-apa.. Abang lihat! Nyonya ini cantik sekali, pakaiannya juga sangat rapi. Jelas dia bukan wanita sembarangan," bisik Zoya di ujung kalimat seraya terus menatap kagum sosok di depannya. Tanpa ia sadari jika tindakannya itu sukses membuat Danu menghela nafas dalam.'Mau heran, tapi ini istriku.' Batin Danu.'Cantik sekali nyonya ini, sesama perempuan saja aku kagum melihat kecantikannya. Apalagi para pria?' Batin Zoya yang masih menikmati keindahan di depannya, sehingga membuat objek merasa tidak nyaman karena mendapat tatapan kagum dari wanita yang jelas-jelas dia tahu apa statusnya."Ma-maaf Ibu Zoya, anda tidak perlu

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 48 Ikut ke kantor

    "Jadi yang menemukan Melly ibu Mala, Zo?""Iya Vin," jawab Zoya lirih begitu nama wanita yang paling ia rindukan kembali disebut."Bukannya Mala mendiang ibumu sayang?" Lisa menyela ketika teringat nama itu tertulis di akta kelahiran Zoya yang dia baca sebelum hari pernikahan putranya dengan gadis itu."Iya bu," jawab Zoya memaksakan diri untuk tersenyum."Ya Allah, ibu berhutang jasa padanya. Beliau orang baik, semoga surga tempatnya.""Amin," ucap mereka serentak.Zoya kembali tersenyum menyadari tangan Danu merangkul pinggangnya dan menarik pelan sehingga tubuh mereka merapat sempurna. "Terima kasih," lirih Zoya walaupun jika ditanya untuk apa, dia sendiri pun tidak tahu. Hanya saja tidak tahu kenapa mulutnya ingin sekali mengucapkan kalimat itu."Abang yang seharusnya berterima kasih padamu juga ibu mertua sayang," bisik Danu tanpa canggung dan malu sedikitpun langsung menempelkan bibir keduanya."Abang ih, malu tau!" Zoya mendengus seraya mendorong pelan dada Danu agar menjauh.

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 47 Penolong sesungguhnya

    "Kalian dari mana?" tanya Danu yang baru duduk di sofa kembali bangkit begitu melihat Zoya datang diikuti Vina di belakangnya."Dari kolam bang," jawab Zoya begitu sudah berdiri di hadapan Danu."Terima kasih, karena kamu abang bisa berkumpul lagi dengan Chika." sepertinya kali ini Zoya sudah mulai terbiasa saat Danu tiba-tiba memeluknya, hanya saja dia merasa canggung karena disana masih ada Lisa dan yang lain."I-iya bang.""Mel selamat ya, akhirnya kamu bisa bertemu ibu kandungmu." Vina memilih mendekati Melly dan duduk disampingnya."Makasih ya Vin, ini juga berkat kalian berdua." Tepat seperti yang Zoya katakan, Melly pun melakukan hal yang sama dengan Vina, dia langsung memeluk haru Vina yang awalnya enggan melakukannya lebih dulu."Terima kasih.."Hanya kalimat itu yang bisa Melly ucapkan dibalik punggung Vin, ia merasa kebahagiaan yang tengah dirasa saat itu begitu luar biasa sampai rasanya tidak cukup hanya dengan untaian kalimat."Sama-sama Mel," lirih Vina.Sebagai seorang

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 46 ikut bahagia

    Mereka langsung berlari tergopoh menuju dapur, khawatir sesuatu terjadi dengan kedua wanita yang sebelumnya masuk ke tempat itu lebih dulu."Ada apa bu!" seru Danu terengah, namun seketika langkahnya membeku begitu melihat Lisa dan Melly tengah bersimpuh di atas lantai dengan tubuh saling berpelukan."Bu.." panggil Danu setelah dirinya berdiri cukup lama."Dia memang adikmu nak," ucap Lisa di sela tangisnya."Dia memang Chika," sambung Lisa semakin mengeratkan dekapannya pada Melly yang juga ikut terisak. Danu, Zoya juga Vina yang berdiri kaku akhirnya bisa bernafas lega. Melihat Danu mendekati keduanya, Zoya memilih pergi membiarkan keluarga itu meluapkan kerinduan mereka.***"Aku ikut bahagia untuk kebahagiaan Melly, tapi sekarang aku bingung harus memanggil dia apa?" Zoya menoleh dan tersenyum begitu melihat Vina ternyata menyusulnya."Mungkin aku akan tetap memanggilnya Mel-Mel, lidahku sudah terbiasa begitu." "Heem, mungkin aku pun sama.""Gak nyangka ya ternyata sahabat k

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 45 Melly itu Chika

    Danu langsung merengkuh tubuh bergetar Melly, tanpa mengucap sepatah katapun sebelumnya. Karena rasanya bibir pria itu kaku, dan semua yang ingin diucapkan tertahan di tenggorokan."Ini sungguh nyata? Aku bisa bertemu keluargaku," gumam Melly."Iya sayang, ini abangmu yang sudah seperti orang gila karena gagal menemukanmu sampai selama ini. Maafkan abang." ada rasa yang sulit Danu jelaskan, rasa bahagia juga sesal yang membaur menjadi satu."Hiks hiks…." Melly tidak lagi bisa berkata-kata, ia hanya semakin terisak begitu mengingat ternyata keluarga yang ia cari selama ini telah hidup bersamanya selama beberapa bulan terakhir."Zo.. Ini sungguhan?" rupanya tidak hanya Melly yang terkejut, Vina juga sampai melongo mengetahui kebenarannya yang baru saja di ketahui."Iya Vin, Melly atau Chika memang orang yang sama," jelas Zoya ikut terharu melihat momen mengharukan di depannya."Syukurlah.. Aku ikut bahagia untuk ini," lirih Vina. Sebagai seorang sahabat yang sama-sama dibesarkan tan

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 44 Gelang itu

    "Kenapa aku lihatnya beda," lirih Vina"Akupun merasakan hal yang sama," sahut Melly."Abang," gumam Zoya tidak dapat menutupi keterkejutannya melihat sosok yang kini sudah berdiri tegak di hadapannya dengan kedua tangan berada di dalam saku celana."Abang." ulangnya lagi ingin memastikan jika pria yang tersenyum sejuta watt padanya itu benar-benar suaminya."Maaf membuat kalian lama menunggu." Danu dengan penuh percaya diri berdiri di hadapan ketiga gadis yang masih menatap heran dirinya."Beneran itu om Danu, Mel?" Vina kembali berbisik pada Melly yang juga ikut tertegun melihat perubahan pria yang selalu mereka tertawakan karena penampilannya yang cupu dan terkesan jadul. Tapi kini sudah bertransformasi layaknya aktor bollywood, tampan, gagah, dan berkharisma. Kemana perginya penampilan cupu yang selama ini selalu identik dengan pria itu? Bahkan rambut klimis yang dulu Zoya yakini bisa menjatuhkan seekor lalat pun sirna entah kemana. Sebab yang kini mereka lihat rambut undercut deng

  • Kepentok Cinta Om Cupu   Part 43 Kafe yang sama

    Ketiganya sudah siap dengan outfit masing-masing, dengan gaya sederhana mereka, ketiga gadis itu masih tetap menawan tak terkecuali Zoya. Menjadi istri dari pengusaha muda yang terbilang sukses dan sedang berada dipuncak kejayaan tak lantas membuat dirinya ingin merubah penampilan menjadi lebih glamor. Zoya tetap seperti gadis beberapa bulan yang lalu ketika ia masih menjadi buruh cuci dengan kedua sahabatnya, sederhana dan apa adanya. "Zo, sebenarnya ada apa sih? Sepertinya serius sekali, dan lagi semalam om Danu bener-bener aneh. Apa jangan-jangan dia nggak suka aku ikut tinggal di rumahnya ya?" terlihat jelas kekhawatiran di wajah Melly yang duduk bersisian dengan Zoya di kursi belakang. Kini ketiganya sudah berada di dalam taksi menuju kafe, sebenarnya Danu sudah menyiapkan mobil dan juga supir pribadi. Tapi Zoya bersikeras ingin naik taksi, karena merindukan masa-masa kebersamaan mereka seperti dulu."Iya Zo, aku juga merasakan hal yang sama dengan Mel-mel." Vina yang duduk d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status