Share

Kepincut Cinta Pemilik Rumah Makan Padang
Kepincut Cinta Pemilik Rumah Makan Padang
Penulis: Ratu Cleopatra

Mereka Pakai Setan Penglaris?

"Aku yakin Rumah Makan Padang di seberang itu pakai hantu penglaris! Pakai pesugihan setan!" pekik Ariadna dengan nada menggebu-gebu.

Dari balik jendela kaca restoran The Filantropi yang menyuguhkan aneka sajian khas Eropa, nampak dua wanita sebaya sedang dirundung rasa penasaran.

Ariadna—sang pemilik restoran sekaligus manager umum restoran—dibuat gusar dengan berdirinya sebuah rumah makan sederhana yang menyajikan masakan lokal.

Di samping Ariadna, May—sahabatnya sekaligus pelayan restoran—menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku nggak berani nuduh mereka. Tapi, kenapa bisa kebetulan banget, ya? Satu minggu lalu, rumah makan itu resmi dibuka. Sejak hari itu pula, pengunjung restoran kita menurun drastis,” keluh May cemas.

Pandangan keduanya lurus menatap rumah makan dengan tulisan “RM. Padang Jaya” di bagian kaca depannya. Antrean orang-orang nampak hampir menyentuh tepi jalan raya karena saking ramainya.

Beberapa ojek online pun ikut mengantre untuk memenuhi pesanan customer melalui aplikasi khusus. Iri dan kesal mendekam di batin Bos The Filantropi.

Ariadna masih ngotot. "Pasti ada pocong yang meludahi makanan-makanan di sana. Makanya jadi enak. Apa gerobaknya ditunggu sama kuntilanak?" tuduhnya.

"Emang masih jaman begituan?" sahut May.

"Masih, lah! Pemilik toko-toko di dekat pasar itu, tiap malam Jum'at pergi ritual ke lereng gunung!" omel Ariadna asal.

May hanya geleng-geleng kepala.

Saat asyik menggerutu di depan jendela, tak sengaja mata Ariadna menangkap penampakan sosok pria yang sibuk mengatur barisan antrean di depan RM. Padang Jaya. Tampan, tinggi, berkaca mata bulat.

"Itu satpam di sana? Mereka pakai satpam seganteng itu?" tanya Ariadna pada May. Heran.

Selama ini, dia tak pernah terpikir mempekerjakan penjaga atau semacamnya di restoran elitnya. Kalah telak dengan rumah makan sederhana yang baru berdiri seminggu.

May melongok keluar dan menangkap mata sosok yang dimaksud Ariadna.

"Ah, mana mungkin satpam penampilannya kayak boyband korea begitu," celetuk May.

Tiba-tiba, terbesit ide di benak Ariadna untuk mengulik informasi dari sosok yang ia anggap satpam itu.

"Bisa aja kan, May!"

Langkah Ariadna sudah meluncur tanpa mendengarkan kecemasan temannya. Keluar dari restoran minimalis yang cantik, wanita berambut ikal itu menyeberang jalan dan menghampiri antrean pembeli nasi Padang.

"Jangan berebut ya, Pak! Bu! Tolong baris yang baik!" teriak lelaki tampan yang menarik perhatian Ariadna.

Dari belakang, dengan satu tangan Ariadna menarik pundak lelaki itu dan menyeretnya ke samping bangunan Rumah Makan Padang.

"Hey! Apa-apaan ini! Siapa kamu!" pekik si lelaki.

Sampai pada lokasi yang tersembunyi dari antrean pembeli, Ariadna melepaskan tarikannya dan menghadap si pria dengan tatapan sinis, benci.

"Kamu penjaga di sini? Warung makan busuk begini punya satpam?" tanya sang wanita dengan nada ketus.

Si pria kebingungan hingga dahinya mengerut. "Warung makan busuk? Satpam?" tanyanya.

"Ah! Nggak usah bahas itu. Ngomong-ngomong, kamu bekerja di Rumah Makan Padang ini, 'kan? Pasti tahu dong bosnya pakai trik apa buat menarik pelanggan secara nggak wajar begini. Main ilmu hitam, ya? Bocorkan ke aku, aku nggak akan sebarkan ke siapa-siapa," bisik Ariadna dengan lancang.

Ujaran itu membuat laki-laki berkaca mata tersentil batinnya. Dua tangannya berkacak pinggang. Ingin marah, tapi dia tahan agar tak menarik perhatian orang.

Apalagi sosok yang ia hadapi adalah perempuan. Tak boleh main kasar.

"Apa maksudmu menuduh rumah makan ini? Ilmu hitam dari mana? Jangan sembarangan, ya!"

Ariadna tak mau kalah. "Sudahlah, ngaku saja. Pakai sesajen? Pakai tumbal?"

"Jaga mulutmu!"

"Ayolah! Aku memang orang asing, tapi kita kan sama-sama kerja di bidang kuliner. Masa pelit informasi, sih?"

Si lelaki semakin geram dibuatnya. Usai mengembuskan napas kasar, dia berkata, "Kalau kamu nggak pergi sekarang, aku suruh pekerja yang lain ngeroyok kamu di sini. Mau?"

"Ih! Satpam kok mainnya kasar?"

"Pergi!"

Bentakan dengan nada tinggi membuat Ariadna mematung sejenak. Ngeri juga rasanya.

"Hih! Ya sudah. Tolong sampaikan ke bosmu. Kalau main curang terus, aku akan obrak-abrik tempat makan ini dan membakar semua sampai jadi abu. Jangan gara-gara kalian pakai pesugihan, aku yang rugi. Oke?" tuturnya.

"Jangan asal menud–"

"Sssttt! Sudah! Pokoknya sampaikan ke bosmu. Bilang saja ada pembeli yang komplain gara-gara makanannya bau ludah pocong," sambar Ariadna.

Tanpa menunggu penjelasan dari si lelaki, wanita berambut sebahu itu melesat meninggalkan lokasi dan kembali menyeberang ke restorannya.

"Sialan. Apa-apaan perempuan tadi? Sinting! Pesugihan apa? Ilmu hitam apa? Kurang ajar," gerutu si pria.

Usai Ariadna hilang dari pandangan, tiba-tiba sesosok wanita muda bermata sipit menghampiri si pria yang masih terheran-heran di samping bangunan.

"William! Hey! Kok melamun di situ?" panggil kawannya yang bernama Tami.

Lelaki yang bernama William itu menjawab, "Nggak apa-apa. Tadi ketemu orang gila."

"Hah? Orang gila? Hahahaha! Mana?"

"Udah dibawa satpol PP."

"Sial banget jam segini udah ketemu orang gila. Bos rumah makan tuh ketemunya sama pengusaha, bukan orang sinting. Dasar!" tawa si wanita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status