Share

7 Rasa Segan

Kayla bangun lebih dahulu, itu karena Ia akan bekerja. Saat keluar kamar tidak menemukan Adrian, mungkin pria itu masih tidur di kamarnya. Kayla pun memutuskan membakar roti dahulu dan membuat susu untuk sarapan. 

"Hei Adrian, selamat pagi," sapanya melihat pria itu memasuki dapur. 

"Iya pagi juga, maaf ya kesiangan. "

"Gak papa, gimana tidur semalam? "

"Gimana apanya?" tanya Adrian balik. 

"Katanya kalau orang tidur di tempat orang lain itu susah tidur, kamu ngerasain begitu juga, gak?"

"Enggak, aku malah nyenyak banget tidur di sini."

"Bagus deh, aku ikut lega." Kayla lalu membawa dua piringnya, "Kita sarapan dulu. "

"Hm."

Dengan perhatiannya, Kayla juga membuatkan roti bakar untuk pria itu. Tidak lupa menuangkan susu ke gelasnya, setelahnya baru duduk di kursinya sendiri. 

"Kalau nanti kamu lapar, di bawah ada tempat makan kok," ucap Kayla. 

"Iya gak papa."

"Apa kamu ada uang?"

"Hah? A-ada," bohong Adrian. Ia terlalu malu kalau jujur, nanti kelihatan kere banget. 

"Untuk bayarannya itu aku akan bayar dulu setengah, setengahnya lagi setelah kita menikah."

"Iya, terserah kamu aja."

Adrian memakan roti dengan pelan, sesekali melirik Kayla yang sarapan di depannya. Masih tidak menyangka akan ada di posisi seperti ini, tapi hatinya merasa lega begitu saja karena tahu hutangnya yang banyak itu akan segera lunas. 

"Kamu kerja dimana Kay?" tanya Adrian. 

"Perusahaan Jaya Abadi, kamu tahu?"

"Oh yang itu, tahu kok. Itu kan perusahaan terkenal di Jakarta, gedungnya juga tinggi jadi mencolok."

"Iya."

"Kamu kerja jadi apa di sana memangnya?"

"Sekertaris CEO."

Kedua mata Adrian sempat terbelak, "Beneran? Wah keren," puji nya. 

"Makasih."

"Gimana rasanya jadi sekertaris CEO? Katanya pekerjaannya juga gak kalah sibuk dan berat."

"Iya sih memang, tapi aku selalu berusaha bekerja dengan baik."

Adrian tersenyum mendengar itu, rasa kagumnya pada Kayla semakin besar saja. Sudah cantik, baik hati, pintar lagi. Adrian menjadi semakin sadar diri, jika dirinya tidaklah pantas untuk Kayla. 

"Kamu mau di apartemen aja?" tanya Kayla. 

"Aku gak tahu, tapi apa boleh kalau semisal keluar lihat-lihat?"

"Ya gak papa, dari pada bosan di apartemen terus."

"Aku cuma gak enak kalau keluar masuk apartemen kamu, ini kan tempat tinggal kamu."

"Sebentar lagi kan milik kita."

Adrian berdehem pelan menghilangkan rasa gugupnya mendengar itu, sedangkan Kayla sendiri hanya tersenyum. Apakah perempuan itu sengaja menggodanya karena sebentar lagi mereka akan menikah? 

"Oh iya Adrian, aku hampir lupa. Kita kan sebentar lagi akan menikah, itu berarti keluarga kita harus saling ketemu."

Benar juga, batin Raka. 

"Orang tua kamu tinggal di mana? " tanya Kayla. 

"Orang tua aku sudah meninggal," jawab Adrian. 

"Ya ampun, maaf aku gak tahu."

"Gak papa. Aku hidup sendiri, gak punya siapapun."

Pantas saja semalam pun Adrian meminta bantuannya, batin Kayla. Tetapi pria itu cukup hebat juga bisa hidup mandiri, menyelesaikan masalah pun pasti sendirian. Kayla jadi antara kagum tapi juga kasihan. 

"Kalau kamu sendiri Kay?" tanya Adrian balik. 

"Aku masih ada Ibu, nanti kita ketemu dia ya?"

"Iya," angguk pria itu. 

Entah kenapa, tiba-tiba Adrian merasa gugup begitu saja membayangkan nanti akan bertemu Ibu dari Kayla. Pernikahan mereka memang hanya kontrak, tapi tetap saja kan pasti di depan orang lain berakting seperti pasangan. Itu berarti juga, Adrian harus meminta izin dari Ibu Kayla. 

"Ini kunci apartemen, jadi kamu bisa bebas keluar masuk," ucap Kayla memberikan benda kecil itu. 

"Makasih ya Kay sudah baik hati izinin aku numpang di sini."

"Gak papa."

"Aku janji gak akan aneh-aneh di apartemen kamu, atau sampai rusakin barang kamu. Nanti aku juga bisa bantu bersih-bersih."

Kayla terkekeh kecil, "Kamu berlebihan, aku percaya kok kamu orang baik. Sudah, tidak perlu segan begitu."

Melihat waktu semakin siang, membuat Kayla terpaksa harus segera berangkat ke kantor. Ia pun sekali lagi pamitan pada pria itu, setelahnya keluar dan turun ke lantai bawah. Perjalanan dari apartemen ke kantornya sendiri memakan waktu setengah jam an. 

Baru saja memasuki lift, Kayla berpapasan dengan Abimanyu. Ia hanya mengulas senyum tipis dan menyapa sopan, sedang pria itu hanya mengangguk. Sikap biasanya itu tidak mungkin membuat karyawan lain curiga, kan? 

"Ke ruangan saya sekarang," perintah Abimanyu pelan saat melewatinya. 

Kayla menghela nafasnya, Ia memutuskan masuk sambil membawa jadwal hari ini untuk bosnya itu. Seperti biasa, Abimanyu selalu memintanya menutup pintu dengan rapat. 

"Apa jadwal saya hari ini padat?" tanya Abimanyu. 

"Untuk hari ini ada dua pertemuan, nanti siang ada meeting dengan bagian marketing. Hanya itu saja Pak."

"Berarti lumayan kosong ya."

"Iya Pak."

"Nanti pulangnya, kita makan malam bareng."

"Memangnya gak papa?" tanya Kayla pelan. 

"Kenapa?"

"Saya hanya takut ada yang curiga."

"Gak akan, kan di apartemen kamu."

Mendengar itu, membuat Kayla tersentak kecil. Di apartemen kan ada Adrian, bisa gawat kalau Abimanyu ke sana dan mendapati ada Adrian di sana. Sekarang apa yang harus Ia lakukan? 

"Mas, aku mau ngasih tahu sesuatu," ungkap Kayla. 

"Apa?"

"Laki-laki yang akan jadi suami aku, dia sudah setuju."

"Oh ya? Terus?"

"Ya seperti kata Mas waktu itu, kalau aku sudah mendapatkannya pernikahan kita akan segera di siapkan. Aku akan mulai mengurus semuanya."

"Siapa namanya?"

"Adrian."

"Yang waktu itu kamu temui, kan?"

"Iya."

"Nanti aku harus ketemu sama dia."

"Iya Mas, tapi kayanya gak bisa sekarang-sekarang."

"Kenapa? Harus secepatnya dong, aku juga harus tahu dan bicara dengan calon suami kontrak kamu itu."

"Nanti aku akan atur."

"Kalau bisa dalam waktu cepat ini, nanti kalau aku sudah setuju kalian bisa cepet-cepet laksanakan acaranya."

Di dalam hati, Abimanyu sebenarnya tidak ikhlas sekali kekasihnya itu akan menikah. Ia juga terpaksa, tapi bukan berarti melepaskan Kayla. Status di antara Kayla dan suaminya nanti hanya pura-pura. 

"Untuk malam ini, gimana kalau kita makan di luar aja?" tawar Kayla. 

"Kenapa? Bukannya kamu selalu gak mau?"

"Ada tempat makan yang dari lama pengen aku datangi, tapi belum kesampaian sampai sekarang. Kata temen aku, makanan di sana enak-enak. Tenang aja, tempatnya juga privat begitu, ada ruangannya."

Abimanyu mengangguk-anggukan kepalanya, "Gitu ya, ya sudah boleh."

Tanpa sadar Kayla menghela nafasnya lega, bersyukur karena Abimanyu tidak memaksa dan keras kepala. Ia jangan terlihat mencurigakan juga, apalagi Abimanyu itu orang yang cukup peka. 

"Kalau begitu, saya permisi."

"Hm."

Baru saja akan membuka pintu, Kayla kembali menoleh mendengar namanya dipanggil. 

"Hari ini saya belum memuji kamu, kamu cantik banget pakai blazer warna pink begitu. Makin cantik deh," ucap Abimanyu sambil mengedipkan matanya. 

Kayla hanya tersenyum kecil tanpa membalas, Ia pun melanjutkan keluar dari ruang kerja itu. Tidak bisa berlama-lama, rasanya tidak nyaman saja. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
wong lampoeng
makin lama makin besar aja koin nya payah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status