Share

6 Tidak Ada Jalan Lain

Sepulangnya dari pertemuannya dengan Kayla, Adrian malah diam sejenak di taman yang sepi. Pria itu sedang memikirkan lagi tawaran dari perempuan itu untuk menikah. Ternyata syaratnya sangat berat, tapi hanya itu satu-satunya cara. 

"Menikah ya?" gumam Adrian. 

Adrian seperti mendapatkan keajaiban tidak diduga dari doanya agar Tuhan menolongnya. Sepertinya sudah diberikan jalan, tinggal Ia memutuskan menerima atau tidaknya. Tetapi kenapa harus dengan jalan seperti ini? 

"Tapi kenapa dia mau memilih aku? Kayla kan bisa mencari laki-laki lain yang lebih dari aku."

Saat itu mereka bahkan baru bertemu, tapi perempuan itu seperti sudah menemukan orang yang tepat saja. Mereka belum saling mengenal satu-sama lain. Mengajak menikah seperti mengajak pacaran saja, semudah itu. 

"Ahh sial, kepalaku jadi pusing," dengus Adrian. 

Melihat waktu yang semakin malam, membuat Adrian beranjak untuk pulang ke kontrakannya. Tetapi sesampainya di sana, Ia bingung melihat tas-tasnya ada di depan pintu kontrakannya. 

"Akhirnya ini anak pulang juga."

Adrian langsung berbalik, "Bu, kenapa barang-barang saya di luar?" tanyanya bingung. 

"Kamu sudah dua bulan nunggak, jadi terpaksa Ibu keluarin deh."

"Bu kok tega banget? Kasihani saya dong."

"Gak bisa Adrian, ini sudah jatuh tempo. Kamu cari lagi kontrakan lain deh, jangan melas begini."

"Tapi saya kan gak punya uang," cicit Adrian. 

"Ya itu masalah kamu. Kalau saya biarin kamu tetep tinggal di sini juga, pasti gak tahu kapan bisa bayar kontrakan. Saya bisa sewa in kamarnya ke yang lain, dari pada kamu!" ketus Ibu kost itu. 

"Huft ya sudah deh, makasih ya Bu sudah nampung saya. Maaf juga."

"Iya, mending kamu pergi sekarang."

Adrian pun terpaksa pergi sambil membawa koper dan satu tas gendongnya itu. Ia tidak tahu akan pergi kemana, hanya berjalan dulu pergi meninggalkan tempat itu. 

"Makin malem, mana lapar lagi," ucap Adrian sendiri, "Gak enak banget ya jadi miskin gini, pengen jadi orang kaya aja."

Mau kaya bagaimana, hutangnya saja sebanyak itu. Adrian bulan lalu bekerja di sebuah Kafe, menjadi koki. Tetapi minggu lalu berhenti. Gajinya selama itu selalu para rentenir ambil untuk membayar hutang. Paling hanya disisakan sedikit, untuk makan pun kurang. 

"Ya elah, mana uangnya habis lagi," dengusnya.

Sekarang Adrian bingung harus pergi kemana, waktu semakin malam juga. Tiba-tiba Ia malah teringat seseorang, siapa lagi kalau bukan Kayla. Apa Ia minta bantuan perempuan itu saja ya? 

"Hah mau bagaimana lagi, aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran dia." 

Akhirnya Adrian pun memutuskan kembali ke apartemen Kayla, dengan membawa barang-barang nya juga tentu saja. Sebenarnya Ia malu untuk meminta seperti ini, tapi hanya perempuan itu lah yang bisa membantunya. 

Tok tok! 

Butuh beberapa lama, sampai akhirnya pintu terbuka dari dalam. Saat perempuan itu menampakan diri, Adrian langsung tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Loh Adrian, kok di sini?" tanya Kayla terkejut, "Ada apa?"

Pandangan Kayla lalu turun, melihat koper dan tas hitam. Kayla lalu menduga sesuatu, membuatnya kembali menatap Adrian meminta penjelasan. 

"Kay, maaf ya kalau aku ganggu," ucap Adrian tidak enak. 

"Gak papa, ayo masuk dulu."

"Iya, makasih."

Adrian melirik gelas di atas meja, itu bekas tadi dirinya yang bahkan masih tersisa bekasnya. Sekarang sudah kembali lagi. Adrian pun menolak saat perempuan itu akan membawakan lagi minuman. 

"Kamu kenapa Adrian? Kok bawa koper begitu?" tanya Kayla penasaran. 

"Aku di usir dari kost an."

"Kenapa?"

"Aku nunggak dua bulan, jadinya di usir."

"Ya ampun, terus?"

Adrian menggigit pipi bagian dalamnya ragu untuk mengatakannya, "Aku mau minta bantuan kamu," ucapnya pelan. 

"Iya, boleh."

"Makasih." Senyuman Adrian pun dengan mudah kembali. "A-aku boleh gak malam ini tidur di sini?"

"Em iya deh gak papa, lagian kita sebentar lagi juga menikah, kan?"

"Hah? Tapi.. Aku kan belum setuju Kay."

"Sudahlah Adrian, kamu gak punya pilihan lain. Kamu terima aja ya?"

Benar juga sih, Adrian tidak ada pilihan lain untuk keluar dari masalah hidupnya ini. Perempuan itu dengan baik hati sudah menawarkan diri akan membantunya, ya walaupun harus ada imbalan juga. 

"Apalagi sekarang kamu sudah gak punya tempat tinggal. Nanti setelah kita menikah, bisa tinggal bersama di sini," lanjut Kayla. 

Adrian terlihat menghela nafasnya, "Baiklah, aku menerimanya."

Kayla langsung tersenyum, Ia pun mengulurkan tangannya. Awalnya pria itu bingung, tapi tidak lama konek dan membalas jabatan tangannya itu. Entah kenapa, Kayla tiba-tiba merasa lega begitu saja. 

"Okey deal ya," ucap Kayla, "Kamu gak bisa mundur lagi."

"Iya Kay, saya terima."

"Bagus, begitu dong."

Entah apa rencana sebenarnya perempuan itu, tapi Adrian hanya berharap tidak aneh-aneh. Sungguh dari dalam hati, tidak mau sekali mempermainkan ikatan suci itu, karena pasti berdosa. 

"Nanti untuk kontrak perjanjian nya akan segera aku berikan, setelah itu kita akan mulai memproses pernikahan."

"Iya, aku ikuti saja."

"Ya sudah, sekarang kamu istirahat saja. Aku anterin ke kamar tamu."

Adrian ikut berdiri dan mengikuti Kayla, kamar tamu itu ada di dekat pantri. Ruangannya tidak terlalu luas, namun masih nyaman dan rapih. Adrian sudah menduga jika apartemen mewah ini memang komplit. 

"Kamu bisa istirahat di sini," ucap Kayla, "Apa ada lagi yang kamu butuhin?"

"Enggak ada kok, tapi kamar mandi dimana ya?"

"Berhadapan sama kamar kamu, di sini cuma ada satu kamar mandi."

"Oh gitu ya, oke sudah kok."

"Ya sudah, aku juga mau ke kamar, istirahat."

"Iya silahkan, maaf ya kalau tadi ganggu."

"Enggak kok, aku juga belum tidur."

Selepas kepergian perempuan itu, Adrian langsung mendudukan tubuhnya di ranjang. Ia menyentuh dadanya karena merasakan gejolak tidak nyaman di sana. Apakah keputusannya tepat menerima tawaran menikah Kayla? 

"Tidak apa Adrian, lagi pula ini hanya pernikahan kontrak. Pasti tidak akan lama. Yang terpenting hutangmu itu lunas dulu, setelah itu dinikmati saja permainannya," gumamnya seorang diri.

Adrian lalu berdiri dan melihat pemandangan Kota pada malam hari yang sangat indah dengan gemerlap lampunya. Tempat ini cukup nyaman, sepertinya Ia pun akan betah nanti tinggal di sini. 

"Kok Kayla mau ya sama aku?" tanya Adrian bingung sendiri, "Aku memang tampan, tapi kan kere."

Setelah memikirkannya lagi, Adrian semakin yakin saja jika alasan perempuan itu menikah kontrak dengannya pasti ada sesuatu. Sayangnya Kayla tidak mau memberitahu, haruskah Adrian sendiri yang mencari tahu? 

"Nanti saja deh aku pikirkan lagi, sekarang lebih baik tidur."

Saat tubuhnya berbaring nyaman di ranjang empuk itu, langsung terdengar helaan nafas lega. Sepertinya malam ini Ia bisa tidur nyaman, tanpa khawatir memikirkan para rentenir itu yang menemukannya. Mereka tidak akan tahu. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status