Sepulangnya dari pertemuannya dengan Kayla, Adrian malah diam sejenak di taman yang sepi. Pria itu sedang memikirkan lagi tawaran dari perempuan itu untuk menikah. Ternyata syaratnya sangat berat, tapi hanya itu satu-satunya cara.
"Menikah ya?" gumam Adrian.
Adrian seperti mendapatkan keajaiban tidak diduga dari doanya agar Tuhan menolongnya. Sepertinya sudah diberikan jalan, tinggal Ia memutuskan menerima atau tidaknya. Tetapi kenapa harus dengan jalan seperti ini?
"Tapi kenapa dia mau memilih aku? Kayla kan bisa mencari laki-laki lain yang lebih dari aku."
Saat itu mereka bahkan baru bertemu, tapi perempuan itu seperti sudah menemukan orang yang tepat saja. Mereka belum saling mengenal satu-sama lain. Mengajak menikah seperti mengajak pacaran saja, semudah itu.
"Ahh sial, kepalaku jadi pusing," dengus Adrian.
Melihat waktu yang semakin malam, membuat Adrian beranjak untuk pulang ke kontrakannya. Tetapi sesampainya di sana, Ia bingung melihat tas-tasnya ada di depan pintu kontrakannya.
"Akhirnya ini anak pulang juga."
Adrian langsung berbalik, "Bu, kenapa barang-barang saya di luar?" tanyanya bingung.
"Kamu sudah dua bulan nunggak, jadi terpaksa Ibu keluarin deh."
"Bu kok tega banget? Kasihani saya dong."
"Gak bisa Adrian, ini sudah jatuh tempo. Kamu cari lagi kontrakan lain deh, jangan melas begini."
"Tapi saya kan gak punya uang," cicit Adrian.
"Ya itu masalah kamu. Kalau saya biarin kamu tetep tinggal di sini juga, pasti gak tahu kapan bisa bayar kontrakan. Saya bisa sewa in kamarnya ke yang lain, dari pada kamu!" ketus Ibu kost itu.
"Huft ya sudah deh, makasih ya Bu sudah nampung saya. Maaf juga."
"Iya, mending kamu pergi sekarang."
Adrian pun terpaksa pergi sambil membawa koper dan satu tas gendongnya itu. Ia tidak tahu akan pergi kemana, hanya berjalan dulu pergi meninggalkan tempat itu.
"Makin malem, mana lapar lagi," ucap Adrian sendiri, "Gak enak banget ya jadi miskin gini, pengen jadi orang kaya aja."
Mau kaya bagaimana, hutangnya saja sebanyak itu. Adrian bulan lalu bekerja di sebuah Kafe, menjadi koki. Tetapi minggu lalu berhenti. Gajinya selama itu selalu para rentenir ambil untuk membayar hutang. Paling hanya disisakan sedikit, untuk makan pun kurang.
"Ya elah, mana uangnya habis lagi," dengusnya.
Sekarang Adrian bingung harus pergi kemana, waktu semakin malam juga. Tiba-tiba Ia malah teringat seseorang, siapa lagi kalau bukan Kayla. Apa Ia minta bantuan perempuan itu saja ya?
"Hah mau bagaimana lagi, aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran dia."
Akhirnya Adrian pun memutuskan kembali ke apartemen Kayla, dengan membawa barang-barang nya juga tentu saja. Sebenarnya Ia malu untuk meminta seperti ini, tapi hanya perempuan itu lah yang bisa membantunya.
Tok tok!
Butuh beberapa lama, sampai akhirnya pintu terbuka dari dalam. Saat perempuan itu menampakan diri, Adrian langsung tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Loh Adrian, kok di sini?" tanya Kayla terkejut, "Ada apa?"
Pandangan Kayla lalu turun, melihat koper dan tas hitam. Kayla lalu menduga sesuatu, membuatnya kembali menatap Adrian meminta penjelasan.
"Kay, maaf ya kalau aku ganggu," ucap Adrian tidak enak.
"Gak papa, ayo masuk dulu."
"Iya, makasih."
Adrian melirik gelas di atas meja, itu bekas tadi dirinya yang bahkan masih tersisa bekasnya. Sekarang sudah kembali lagi. Adrian pun menolak saat perempuan itu akan membawakan lagi minuman.
"Kamu kenapa Adrian? Kok bawa koper begitu?" tanya Kayla penasaran.
"Aku di usir dari kost an."
"Kenapa?"
"Aku nunggak dua bulan, jadinya di usir."
"Ya ampun, terus?"
Adrian menggigit pipi bagian dalamnya ragu untuk mengatakannya, "Aku mau minta bantuan kamu," ucapnya pelan.
"Iya, boleh."
"Makasih." Senyuman Adrian pun dengan mudah kembali. "A-aku boleh gak malam ini tidur di sini?"
"Em iya deh gak papa, lagian kita sebentar lagi juga menikah, kan?"
"Hah? Tapi.. Aku kan belum setuju Kay."
"Sudahlah Adrian, kamu gak punya pilihan lain. Kamu terima aja ya?"
Benar juga sih, Adrian tidak ada pilihan lain untuk keluar dari masalah hidupnya ini. Perempuan itu dengan baik hati sudah menawarkan diri akan membantunya, ya walaupun harus ada imbalan juga.
"Apalagi sekarang kamu sudah gak punya tempat tinggal. Nanti setelah kita menikah, bisa tinggal bersama di sini," lanjut Kayla.
Adrian terlihat menghela nafasnya, "Baiklah, aku menerimanya."
Kayla langsung tersenyum, Ia pun mengulurkan tangannya. Awalnya pria itu bingung, tapi tidak lama konek dan membalas jabatan tangannya itu. Entah kenapa, Kayla tiba-tiba merasa lega begitu saja.
"Okey deal ya," ucap Kayla, "Kamu gak bisa mundur lagi."
"Iya Kay, saya terima."
"Bagus, begitu dong."
Entah apa rencana sebenarnya perempuan itu, tapi Adrian hanya berharap tidak aneh-aneh. Sungguh dari dalam hati, tidak mau sekali mempermainkan ikatan suci itu, karena pasti berdosa.
"Nanti untuk kontrak perjanjian nya akan segera aku berikan, setelah itu kita akan mulai memproses pernikahan."
"Iya, aku ikuti saja."
"Ya sudah, sekarang kamu istirahat saja. Aku anterin ke kamar tamu."
Adrian ikut berdiri dan mengikuti Kayla, kamar tamu itu ada di dekat pantri. Ruangannya tidak terlalu luas, namun masih nyaman dan rapih. Adrian sudah menduga jika apartemen mewah ini memang komplit.
"Kamu bisa istirahat di sini," ucap Kayla, "Apa ada lagi yang kamu butuhin?"
"Enggak ada kok, tapi kamar mandi dimana ya?"
"Berhadapan sama kamar kamu, di sini cuma ada satu kamar mandi."
"Oh gitu ya, oke sudah kok."
"Ya sudah, aku juga mau ke kamar, istirahat."
"Iya silahkan, maaf ya kalau tadi ganggu."
"Enggak kok, aku juga belum tidur."
Selepas kepergian perempuan itu, Adrian langsung mendudukan tubuhnya di ranjang. Ia menyentuh dadanya karena merasakan gejolak tidak nyaman di sana. Apakah keputusannya tepat menerima tawaran menikah Kayla?
"Tidak apa Adrian, lagi pula ini hanya pernikahan kontrak. Pasti tidak akan lama. Yang terpenting hutangmu itu lunas dulu, setelah itu dinikmati saja permainannya," gumamnya seorang diri.
Adrian lalu berdiri dan melihat pemandangan Kota pada malam hari yang sangat indah dengan gemerlap lampunya. Tempat ini cukup nyaman, sepertinya Ia pun akan betah nanti tinggal di sini.
"Kok Kayla mau ya sama aku?" tanya Adrian bingung sendiri, "Aku memang tampan, tapi kan kere."
Setelah memikirkannya lagi, Adrian semakin yakin saja jika alasan perempuan itu menikah kontrak dengannya pasti ada sesuatu. Sayangnya Kayla tidak mau memberitahu, haruskah Adrian sendiri yang mencari tahu?
"Nanti saja deh aku pikirkan lagi, sekarang lebih baik tidur."
Saat tubuhnya berbaring nyaman di ranjang empuk itu, langsung terdengar helaan nafas lega. Sepertinya malam ini Ia bisa tidur nyaman, tanpa khawatir memikirkan para rentenir itu yang menemukannya. Mereka tidak akan tahu.
Kayla bangun lebih dahulu, itu karena Ia akan bekerja. Saat keluar kamar tidak menemukan Adrian, mungkin pria itu masih tidur di kamarnya. Kayla pun memutuskan membakar roti dahulu dan membuat susu untuk sarapan. "Hei Adrian, selamat pagi," sapanya melihat pria itu memasuki dapur. "Iya pagi juga, maaf ya kesiangan. ""Gak papa, gimana tidur semalam? ""Gimana apanya?" tanya Adrian balik. "Katanya kalau orang tidur di tempat orang lain itu susah tidur, kamu ngerasain begitu juga, gak?""Enggak, aku malah nyenyak banget tidur di sini.""Bagus deh, aku ikut lega." Kayla lalu membawa dua piringnya, "Kita sarapan dulu. ""Hm."Dengan perhatiannya, Kayla juga membuatkan roti bakar untuk pria itu. Tidak lupa menuangkan susu ke gelasnya, setelahnya baru duduk di kursinya sendiri. "Kalau nanti kamu lapar, di bawah ada tempat makan kok," ucap Kayla. "Iya gak papa.""Apa kamu ada uang?""Hah? A-ada," bohong Adrian. Ia terlalu malu kalau jujur, nanti kelihatan kere banget. "Untuk bayarannya
Makan malam dengan Abimanyu itu lumayan lama, pria itu benar-benar ingin menghabiskan waktu dengannya di luar jam kantor. Di pukul sembilan malamnya, Kayla pun baru pulang. "Akhirnya kamu pulang juga."Kayla langsung menatap Adrian yang seperti menyambutnya, hampir lupa jika pria itu masih berada di apartemennya. Apakah Adrian menunggunya dari tadi? Tidak mungkin, kan? "Apa hari ini sibuk? Kamu sampai pulang larut malam begini," tanya Adrian. "Enggak terlalu, tapi tadi ada sedikit acara di luar.""Oh gitu, aku kira kamu bakalan lembur." Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Em kamu sudah makan belum Kay?""Sudah kok, kenapa?"Kayla mengernyitkan keningnya menyadari senyuman di bibir pria itu menghilang setelah Ia menjawabnya tadi. Tetapi hanya sebentar, karena Adrian kembali tersenyum walau terkesan terpaksa. "A-aku belum," jawab Adrian. "Loh kenapa? Apa kamu gak ada uang?""Bukan, masih ada kok uangnya. Cuman..""Cuman apa?""Cuma tadi aku nunggu kamu pulang, tadinya mau
"Gimana sama penampilan aku? Apa sopan untuk ketemu Ibu kamu?"Kayla tersenyum lalu mendekati Adrian, dengan santainya Ia mengancingkan bagian kedua kemeja itu. Menurutnya jika sudah memakai baju rapih dan formal begini, Adrian terlihat makin tampan. "Bagus kok, kamu cocok pakai baju begini," jawab Kayla, "Tadinya aku mau beliin, tapi ternyata kamu juga punya banyak ya?""Iya ada beberapa, tapi lebih banyak baju biasa sih.""Memangnya dulu pas jadi koki pakai baju apa?""Ada baju khusus untuk koki, sudah di siapin.""Aku jadi penasaran kamu pakai baju koki begitu."Adrian terkekeh kecil, "Kamu mau lihat?""Iya," angguk Kayla cepat. "Aku punya fotonya sih.""Aku pengen lihat langsung kamu pakai baju itu," celetuk Kayla. "Tapi aku malu.""Kenapa malu?""Ya takut aja dianggap berlebihan, ini juga kan bukan di tempat kerja.""Gak papa dong, kan yang lihat juga cuma aku. Nanti deh, pengen sekalian lihat kamu masak langsung juga.""Ya sudah deh," desah Adrian pasrah, merasa tidak sanggup
"Ibu sudah makan?" tanya Adrian. Hana menggeleng, "Belum, kamu mau makan?""Tidak, bukan saya. Apa saya boleh masak untuk makan siang?""Boleh kok, Ibu juga mau nyobain masakan buatan koki tampan ini."Adrian terkekeh kecil mendapatkan pujian itu, membuatnya jadi malu sendiri. Adrian bukan bermaksud sombong, hanya saja dengan dirinya masak dan membuat makan siang mungkin bisa membuat Ibu Kayla itu semakin menyukainya. "Biar aku bantuin ya," ucap Kayla. "Kamu kan gak bisa masak Kay, nanti malah repotin pacar kamu.""Gak papa bu," sela Adrian, "Saya malah senang kalau Kayla ikut masak, bisa sekalian saya ajarin juga.""Begitu ya, ya sudah kalau kamu gak merasa di repotkan. Adrian, Ibu titip Kayla ya. Ajarin dia masak, kan sebentar lagi mau menikah.""Iya Bu."Kayla lalu mengajak Adrian untuk ke dapur sekarang, untung saja bahan makanan di kulkas pun banyak. Ibunya tidak ikut, memberikan pasangan kekasih itu waktu untuk bersama. "Maaf ya kalau Ibu aku banyak bertanya dan buat kamu ga
Cukup lama Adrian dan Kayla berada di rumah itu, bahkan setelah makan pun sempat melihat hutan pinus di belakang rumah. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, tiba-tiba sudah sore saja. "Beneran gak akan nginep?" tanya Hana. Kayla menggeleng, "Enggak Bu, aku dan Adrian juga kan besok harus kerja lagi.""Gak papa deh, tapi nanti kalau sudah jadi suami istri sering-sering nginep di sini ya?"Kayla dan Adrian sempat bertatapan, mereka pun melemparkan senyuman satu-sama lain. Kalau sudah digoda seperti pasangan sungguhan itu merasa malu sendiri, apalagi keduanya pun baru dekat tidak lama ini."Iya Bu, nanti kita pasti akan sering berkunjung," ucap Adrian, "Ibu jaga kesehatan selalu ya.""Iya nak Adrian, kamu juga. Kamu tinggal dimana? Apa gak jauh dari apartemen Kayla?""Em itu.. I-iya, gak jauh." Kayla lah yang menjawab, tapi terpaksa harus berbohong. Masa saja Ia jujur kalau mereka sudah tinggal bersama? Yang ada detik itu juga Ibunya akan menikahi mereka. "Kalau tidak jauh, Ibu t
Keluar dari kamarnya, Kayla langsung disambut wangi masakan yang enak. Tersenyum melihat Adrian yang sedang menyimpan sepiring nasi goreng di meja makan. "Selamat pagi," sapanya. "Hai selamat pagi Kay, ayo sarapan dulu. " "Iya, kamu yang masak?" "Iya dong, kalau bukan aku siapa lagi?" "Bener juga, tapi bisa aja kamu beli terus pindahin ke piring." "Haha enggak lah, repot banget. Kan aku juga bisa masak, buat sendiri lebih enak." "Masa sih? Coba nanti cicip rasanya seenak apa." "Silahkan Nona, beri nilai juga kalau bisa." Keduanya lalu duduk saling berhadapan, menikmati nasi goreng dengan topping telur mata sapi itu. Saat nasi goreng itu masuk ke mulutnya, kepala Kayla langsung mengangguk-angguk. "Nilainya berapa?" tanya Adrian. "Sembilan." "Wah besar juga, makasih. Tapi kenapa gak sepuluh?" "Kalau mau sepuluh, kamu bisa masakin aku sesuatu." "Apa memangnya?" "Bebek betutu, bisa gak?" "Itu makanan favorit kamu ya?" "Iya, tapi sudah lama gak makan lagi. Jadi kangen s
Untung saja semua pekerjaan Kayla hari ini selesai, jadi bisa pulang tepat waktu. Sebelum pulang, Ia harus meminta izin dahulu dari Abimanyu. Semoga saja diberikan, apalagi hari ini Kayla ada kegiatan. "Kamu sudah mau pulang?" tanya Abimanyu tanpa menatap. "Iya Mas, apa tidak papa?""Kenapa buru-buru? Kangen ya sama calon suami kamu itu?" sinis Abimanyu. "Bukan Mas, hari ini aku mau fitting gaun sama Adrian. Pernikahan kita kan sebentar lagi.""Sudah berapa persiapan?""Tujuh puluh persen an.""Bagus, nanti kalau butuh bantuan kabari saja aku.""Iya Mas, kalau gitu aku permisi pulang.""Hm, hati-hati.""Iya."Padahal tadi pagi mereka sempat ribut karena Abimanyu yang salah paham, tapi sore itu sifatnya kembali tenang. Memang pria itu tidak mudah sekali ditebak, jadi Kayla pun harus menjaga sikapnya dan jangan sampai menyinggung. "Hallo Adrian, kamu dimana sekarang?" tanya Kayla pada seseorang di sebrang sana. ["Aku di apartemen kamu, kamu sudah pulang Kay?"]"Iya ini baru pulang,
Pilihan keduanya jatuh pada dua gaun dan jas yang serasi. Setelah pulang dari butik itu, Kayla dan Adrian memutuskan makan di luar. Mereka benar-benar terlihat sedang kencan saja. "Aku hampir lupa, gimana sama lamaran kamu di restoran itu? " tanya Kayla. "Lancar, aku langsung di interview hari itu juga," jawab Adrian. "Wah kayanya mereka memang percaya sama bakat kamu. Aku yakin, pasti akan diterima."Adrian terkekeh kecil, "Makasih do'a nya, aku juga berharap bisa diterima kerja di sana.""Adrian, tapi sebenarnya kamu masih bisa loh kerja di restoran berbintang begitu. Apa sudah pernah lamar ke tempat makan mewah begitu?""Belum sih, selesai dipecat dari kapal pesiar itu ya nganggur.""Terus kenapa malah lamar ke restoran biasa? Memang sih sudah terkenal dan selalu ramai, tapi kan bukan termasuk restoran mewah.""Kalau aku sih kerja dimana saja sebenarnya Kay, yang terpenting sekarang dapat kerjaan dulu."Jawaban yang terkesan dewasa itu, mampu membuat Kayla tersenyum dan merasa k