Share

Bab 3

Penulis: Nobelia
Aku merasa waktu berlalu sebentar saja dan dia sudah selesai memeriksa. Aku mengenakan kembali pakaianku yang basah dan menatapnya dengan sedikit gugup.

Saat menunduk, aku jelas melihat benda miliknya yang terbangun.

Dia membetulkan letak kacamatanya, lalu menatapku dengan serius, “Setelah pemeriksaan, terlihat jelas ini memang kecanduan dan intensitasnya cukup kuat. Aku sarankan kamu datang ke sini setiap hari untuk pelepasan tekanan, sampai ada perubahan yang baik.”

Aku sempat ragu, tapi begitu teringat kondisi ini akan terus berlanjut ke depannya, aku pun langsung menyetujuinya.

Saat aku datang untuk sesi pertama pada sore hari, aku sengaja menenangkan taman bungaku lebih dulu di rumah.

Saat kembali berbaring di ranjang besar yang familiar itu, aku dengan malu-malu melepas pakaian. Jari yang agak kasar itu menggesek-gesekkan area pribadiku, terus-menerus menggesek putikku. Sementara di bagian bawah, dia merangsang taman bungaku yang mungil.

Mataku tidak lagi bersinar, melainkan diselimuti kabut air mata tipis.

“Aku nggak nyaman,” ujarku yang sudah tidak bisa menahan lagi.

Aku merasakan jari-jarinya yang panjang dan ramping bergerak ke bawah dan dengan lembut memasuki taman bungaku.

Bagian yang kosong terisi dan kali ini, aku merasa sedikit lebih baik.

Di bawah serangkaian rangsangannya, desahan tertahanku terdengar di balai kesehatan yang sunyi itu.

Dia menekan taman bunga dengan jari kasarnya dan suaranya terdengar serak, “Bagaimana kalau begini? Merasa lebih baik? Atau….”

Belum selesai dia bicara, jari-jarinya sudah mulai mengelus taman bunga dengan lebih kuat. Dengan rangsangan seperti ini, aku menggeliat tak tertahankan, rasa perih bercampur geli terasa menyiksa.

“Dok, aku hampir nggak kuat lagi.”

Saat aku mengatakannya, dia mengambil benda berbentuk silinder dari laci dan membawanya ke hadapanku, “Nggak bisa, kamu harus bertahan sedikit lagi. Kalau hari pertama saja kamu nggak tahan, sesi berikutnya akan lebih sulit.”

Aku hanya bisa menurut dan mengangguk. Alat yang dingin itu menyumbat taman kecilku yang mungil. Seketika, aku mengeluarkan erangan tertahan. Seketika, aku merasa tubuhku terisi penuh. Taman bunga terus menerima silinder yang dingin itu.

Seluruh tubuhku gemetar dan air mata keluar karena rangsangan yang terlalu kuat.

Dia mengamati dan mengangguk puas, “Adaptasi yang baik. Lain kali, kita bisa mencoba ukuran yang lebih besar.”

Aku meraih jari-jarinya yang panjang itu dengan sedikit kesakitan, mataku berkaca-kaca dan bertanya, “Dok, kapan ini akan berakhir? Terlalu dingin, aku nggak tahan.”

Dokter itu membelai rambutku, lalu tiba-tiba mengeluarkan alatnya. Setelah itu, dia perlahan menundukkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya, menjilati putikku sekali dan kemudian, sekali lagi….

Udara terasa bercampur dengan sesuatu yang aneh. Suasana intim menyelimuti kami dengan erat. Aku merasa sangat nyaman hingga ujung kakiku gemetar. Aku menatapnya dengan pandangan sayu, ingin dia semakin dekat dan semakin dekat….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 9

    Mereka pun mengadakan pesta. Aku adalah satu-satunya wanita di pesta itu dan juga satu-satunya hidangan di meja makan mereka malam itu.Di tengah pesta pora, aku menggigit kepala jamur salah satu bos hingga terluka. Suara jeritan kesakitan bergema di seluruh vila. Aku tertawa gembira, sudut bibirku terangkat.Akibatnya, aku dikurung. Aku melihat mereka berdua tersenyum dan meminta maaf pada bos itu, “Bos, maafkan kami. Setelah kembali, kami pasti akan meningkatkan dosis obatnya. Hal ini nggak akan terjadi lagi. Kami punya beberapa stok yang bagus. Kamu bisa mencobanya selanjutnya.”Usai bicara, mereka menampar wajahku. Seketika, wajahku terasa terbakar dan perih.Mereka meminta maaf seperti anjing peliharaan. Kemudian, aku dibawa ke dalam mobil, berencana kembali ke desa yang penuh dosa itu.Dokter sedang bereksperimen dengan obat baru yang baru dia teliti pada tubuhku. Aku terbaring lemas di kursi belakang, tubuhku terasa seperti digerogoti jutaan semut.Hendy meludah di depanku, “Nil

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 8

    Jari-jari panjang dokter mencengkeramku, “Kak, jangan marah. Bukannya kamu juga sangat menikmatinya saat itu? Tubuhmu jauh lebih jujur daripada mulutmu. Sekarang, kamu pasti akan lemas hanya dengan sentuhan ringan dari pria, ‘kan?”“Aku tahu semua gosip di desa. Kalau video ini kami kirim ke setiap dari mereka, sepertinya kamu juga nggak bisa tinggal di sini lagi.”Kalau kedua bajingan ini menyebarkan videoku, aku benar-benar tak bisa mengangkat wajah lagi.Air yang kuminum tadi bermasalah. Entah berapa banyak orang yang telah menikmatiku tanpa sepengetahuanku….Aku sungguh gila bisa menyetujui mereka. Aku terpaksa bekerja sama, merasa seolah-olah mereka telah menahanku secara tidak langsung di tempat ini.Kini, setiap malam aku bekerja sama dengan mereka berdua untuk siaran langsung. Entah apa yang dokter berikan, setiap malam aku selalu mendambakan lebih banyak, hasrat ini datang lebih kuat daripada sebelumnya.Aku melihat taman bungaku yang lembut di layar, kulit putih berseri berpa

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 7

    Aku agak menjauh dari jangkauan kamera. Hendy yang melihatku tidak ada di layar, tersenyum ke arah penonton di layar, “Pemeran utama kita agak malu, mohon maaf. Tapi, pemeran utama ini sangat terbuka di sisi lain, kalian mengerti, ‘kan?”Usai bicara, dia memberiku isyarat mata. Hatiku terasa tidak nyaman dan aku langsung pergi.Namun, aku tak menyangka, ternyata mereka langsung membawa orang-orang ke tempat ini.Aku kembali diundang ke tempat itu. Begitu masuk, aku menemukan wajah-wajah yang tak kukenal di dalam ruangan. Tatapan panas mereka menatapku, membuatku gelisah.Begitu melihatku, mereka tersenyum dan berkata, “Pemeran utama, akhirnya bertemu dengan pemeran utamanya.”Aku tidak mengerti apa yang mereka maksud dengan pemeran utama dan aku hanya bisa tersenyum canggung di samping.Hendy menyodorkan sebotol air padaku. Aku mengambil dan meminumnya tanpa curiga sedikit pun, karena kebetulan aku memang haus.Setelah meminum air yang diberikan Hendy, dokter terlihat menjadi beberapa

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 6

    Pakaian terasa tidak nyaman menempel di tubuh yang lengket dan tubuhku masih lemas. Saat kaki menyentuh lantai, diriku hampir jatuh terduduk.Beberapa saat kemudian, mereka berdua masuk dengan lengan saling merangkul. Pria yang satu lagi memegang remote yang tadinya ada di tangan dokter. Aku merasa malu karena ketahuan orang lain.Mereka berdua mengepungku secara bersamaan. Aku tidak tahu apakah kamera di belakangku sudah dimatikan?Hawa hormon pria pun menyebar. Aku merasa seperti krim yang terjepit di dalam biskuit. Napas dokter menyembur di leherku dan terdengar suaranya yang jernih di telinga, “Jangan takut, ini semua demi pengobatan yang lebih baik untukmu. Berdua juga akan lebih cepat, kamu juga mau penyakit ini cepat sembuh, ‘kan?”Kata-kata dokter menyentuh lubuk hatiku. Aku juga ingin penyakit aneh ini cepat hilang, jadi aku mengangguk tanpa sadar dan bekerja sama dengan mereka berdua.Setiap bagian tubuhku diperhatikan oleh mereka berdua. Tak hanya itu, aku merasa seolah-olah

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 5

    Aku merasa diriku hampir tidak tahan lagi. Aku merasakan ada benda asing yang menyumbat taman bungaku. Saat aku melihatnya, itu adalah kedua tangan dokter dan kepala jamur yang sangat besar itu.Muncul pikiran yang mustahil di benakku, jangan-jangan orang di ladang jagung hari itu adalah dia?Kepala jamur terus menggoda putik mungilku, menyiksaku hingga mataku memerah.Aku reflek menggenggam jari-jari dokter yang panjang. Aku merasa sudah mencapai batas toleransiku dan tanganku sedikit menyentuh kepala jamur yang panas itu. Suasananya sulit untuk diungkapkan.Jari-jarinya tiba-tiba mencengkeram taman bunga mungilku dan seiring aku menjerit, kepala jamur itu pun masuk.Perasaan tubuh terisi ini sungguh luar biasa. Aku tak menyangka dokter ini punya stamina yang sedemikian menakjubkan.Aku teringat bahwa suamiku yang berumur pendek tidak pernah memberiku sensasi seperti ini.Taman bunga mungilku akhirnya menemukan batang yang cocok dengannya dan terdengar suara desahan halus.Tak disangk

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 4

    Ujung lidah yang kasar itu terus mendorong ke dalam, menyebabkan saluran gairahku mengalirkan banyak cairan.Dia tampak sangat haus, menghisap cairanku hingga kering.Wajahku memerah. Aku agak bingung melihat dokter desa yang masih muda ini, apakah nektarku seenak itu?Namun, rangsangan dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi batinku.Terlihat dari bentuk yang menonjol di balik pakaiannya, dokter desa yang muda ini juga punya keperkasaan yang luar biasa.Setelah sesi terapi selesai, aku merasa sangat malu untuk bicara, tapi rasa geli di tubuhku sudah diredakan.Masih ada noda air yang memalukan di sudut bibir dokter. Aku teringat itu adalah….Dia dengan santai mengambil tisu untuk membersihkan sudut bibirnya, lalu duduk dan menatapku, “Setelah pengobatan pertama, tampaknya tubuhmu cukup sensitif. Aku akan meresepkan beberapa obat salep, oleskan setiap malam. Besok malam, datang lagi untuk pengobatan.”Aku mengambil obat dan segera pergi. Setiap kali memikirkan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status