Share

Bab 2

Penulis: Nobelia
Sesampainya di rumah, aku kehilangan nafsu makan. Aku terus membayangkan kepala jamur yang kulihat di ladang jagung.

Aku berbaring di ranjang, bahu sedikit terbuka dan dahiku agak berkeringat. Tanpa sadar, aku merapatkan kedua kakiku yang jenjang.

Meskipun usiaku hampir empat puluh tahun, bentuk tubuhku selalu terjaga dengan baik, semua yang dibutuhkan masih ada. Melihat payudaraku yang penuh dan berisi, aku tanpa sadar menegakkan tubuh.

Akhir-akhir ini sudah musim panas, entah mengapa penyakit aneh ini terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Aku mendengar ada dokter desa baru yang datang. Aku menggigit bibir, lalu membulatkan tekad, sebaiknya aku pergi memeriksa. Bagaimana jadinya kalau penyakit ini semakin parah ke depannya?

Memikirkan hal itu, pagi-pagi buta, aku sudah berganti pakaian dan pergi ke balai kesehatan desa.

Sesampainya di sana, ternyata dokter di dalamnya adalah seorang pria muda, dengan tubuh yang tampak bagus.

Dia mendekat sambil tersenyum padaku, “Ada keluhan apa dengan tubuhmu?”

Mataku berkedip, wajahku agak canggung. Bagaimanapun, penyakit aneh ini sulit dijelaskan dan rasanya sulit untuk membicarakan hal seperti ini dengan pria yang bugar.

Dia menyadari kegelisahan dan rasa maluku, lalu membawaku ke ruang pemeriksaan dalam.

Dia menatapku dengan pandangan yang ramah dan hangat, memberikan rasa nyaman, “Nggak apa-apa, aku ini dokter, kamu nggak perlu malu.”

Dengan wajah memerah, aku pun menjawab, “Aku… punya… kecanduan seksual.”

Setelah mendengar itu, keterkejutan melintas di wajahnya dan kemudian wajahnya juga sedikit memerah.

“Kak, aku akan melakukan pemeriksaan terlebih dulu.”

Aku mengangguk, tanpa sadar meremas rokku. Aku berbaring di ranjang yang lebar, area selangkanganku terasa dingin. Tiba-tiba, aku teringat bahwa diriku terburu-buru pagi ini dan hanya mengenakan celana dalam thong.

Dia perlahan mendekat dan berdiri di samping ranjang. Di balik kacamata berbingkai emasnya, tatapannya lembut dan tenang, membuatku merasa aman.

Aroma tubuh pria menyebar dan seketika tubuhku pun melemas. Aku secara tak sadar memejamkan mata.

Dia memisahkan kedua kakiku hingga membentuk posisi terbuka dan tentu saja dia juga melihat celana dalamku yang basah. Kain sekecil telapak tangan itu terbuka ke bagian paha. Aku merasakan tubuhku menegang, matanya menatap taman bungaku dengan seksama.

Mungkinkah dia bergairah pada tubuhku? Memikirkan hal ini, taman bungaku tidak sadar mengeluarkan cairan.

Dia berdiri di tengah tubuhku, memegang spekulum cocor bebek di tangannya, “Aku akan mulai pemeriksaan. Tolong rilekskan tubuhmu. Kalau terasa nggak nyaman, bilang henti saja.”

Wajahku memerah saat mengangguk. Dia dengan serius mengenakan sarung tangan dan mendekatkan kepala untuk mengamati taman bungaku dengan cermat.

Jari yang dingin menyentuh taman bunga yang kecil. Rasa geli di tubuh menjadi semakin tak tertahankan. Jari-jarinya tanpa sengaja menyentuh kelopak bunga yang lembut dan aliran panas pun menyembur keluar.

Taman bunga yang kecil itu semakin membesar di bawah sentuhannya. Dalam hatiku, aku berharap dia bisa bertindak lebih kasar dan lebih kasar lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 9

    Mereka pun mengadakan pesta. Aku adalah satu-satunya wanita di pesta itu dan juga satu-satunya hidangan di meja makan mereka malam itu.Di tengah pesta pora, aku menggigit kepala jamur salah satu bos hingga terluka. Suara jeritan kesakitan bergema di seluruh vila. Aku tertawa gembira, sudut bibirku terangkat.Akibatnya, aku dikurung. Aku melihat mereka berdua tersenyum dan meminta maaf pada bos itu, “Bos, maafkan kami. Setelah kembali, kami pasti akan meningkatkan dosis obatnya. Hal ini nggak akan terjadi lagi. Kami punya beberapa stok yang bagus. Kamu bisa mencobanya selanjutnya.”Usai bicara, mereka menampar wajahku. Seketika, wajahku terasa terbakar dan perih.Mereka meminta maaf seperti anjing peliharaan. Kemudian, aku dibawa ke dalam mobil, berencana kembali ke desa yang penuh dosa itu.Dokter sedang bereksperimen dengan obat baru yang baru dia teliti pada tubuhku. Aku terbaring lemas di kursi belakang, tubuhku terasa seperti digerogoti jutaan semut.Hendy meludah di depanku, “Nil

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 8

    Jari-jari panjang dokter mencengkeramku, “Kak, jangan marah. Bukannya kamu juga sangat menikmatinya saat itu? Tubuhmu jauh lebih jujur daripada mulutmu. Sekarang, kamu pasti akan lemas hanya dengan sentuhan ringan dari pria, ‘kan?”“Aku tahu semua gosip di desa. Kalau video ini kami kirim ke setiap dari mereka, sepertinya kamu juga nggak bisa tinggal di sini lagi.”Kalau kedua bajingan ini menyebarkan videoku, aku benar-benar tak bisa mengangkat wajah lagi.Air yang kuminum tadi bermasalah. Entah berapa banyak orang yang telah menikmatiku tanpa sepengetahuanku….Aku sungguh gila bisa menyetujui mereka. Aku terpaksa bekerja sama, merasa seolah-olah mereka telah menahanku secara tidak langsung di tempat ini.Kini, setiap malam aku bekerja sama dengan mereka berdua untuk siaran langsung. Entah apa yang dokter berikan, setiap malam aku selalu mendambakan lebih banyak, hasrat ini datang lebih kuat daripada sebelumnya.Aku melihat taman bungaku yang lembut di layar, kulit putih berseri berpa

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 7

    Aku agak menjauh dari jangkauan kamera. Hendy yang melihatku tidak ada di layar, tersenyum ke arah penonton di layar, “Pemeran utama kita agak malu, mohon maaf. Tapi, pemeran utama ini sangat terbuka di sisi lain, kalian mengerti, ‘kan?”Usai bicara, dia memberiku isyarat mata. Hatiku terasa tidak nyaman dan aku langsung pergi.Namun, aku tak menyangka, ternyata mereka langsung membawa orang-orang ke tempat ini.Aku kembali diundang ke tempat itu. Begitu masuk, aku menemukan wajah-wajah yang tak kukenal di dalam ruangan. Tatapan panas mereka menatapku, membuatku gelisah.Begitu melihatku, mereka tersenyum dan berkata, “Pemeran utama, akhirnya bertemu dengan pemeran utamanya.”Aku tidak mengerti apa yang mereka maksud dengan pemeran utama dan aku hanya bisa tersenyum canggung di samping.Hendy menyodorkan sebotol air padaku. Aku mengambil dan meminumnya tanpa curiga sedikit pun, karena kebetulan aku memang haus.Setelah meminum air yang diberikan Hendy, dokter terlihat menjadi beberapa

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 6

    Pakaian terasa tidak nyaman menempel di tubuh yang lengket dan tubuhku masih lemas. Saat kaki menyentuh lantai, diriku hampir jatuh terduduk.Beberapa saat kemudian, mereka berdua masuk dengan lengan saling merangkul. Pria yang satu lagi memegang remote yang tadinya ada di tangan dokter. Aku merasa malu karena ketahuan orang lain.Mereka berdua mengepungku secara bersamaan. Aku tidak tahu apakah kamera di belakangku sudah dimatikan?Hawa hormon pria pun menyebar. Aku merasa seperti krim yang terjepit di dalam biskuit. Napas dokter menyembur di leherku dan terdengar suaranya yang jernih di telinga, “Jangan takut, ini semua demi pengobatan yang lebih baik untukmu. Berdua juga akan lebih cepat, kamu juga mau penyakit ini cepat sembuh, ‘kan?”Kata-kata dokter menyentuh lubuk hatiku. Aku juga ingin penyakit aneh ini cepat hilang, jadi aku mengangguk tanpa sadar dan bekerja sama dengan mereka berdua.Setiap bagian tubuhku diperhatikan oleh mereka berdua. Tak hanya itu, aku merasa seolah-olah

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 5

    Aku merasa diriku hampir tidak tahan lagi. Aku merasakan ada benda asing yang menyumbat taman bungaku. Saat aku melihatnya, itu adalah kedua tangan dokter dan kepala jamur yang sangat besar itu.Muncul pikiran yang mustahil di benakku, jangan-jangan orang di ladang jagung hari itu adalah dia?Kepala jamur terus menggoda putik mungilku, menyiksaku hingga mataku memerah.Aku reflek menggenggam jari-jari dokter yang panjang. Aku merasa sudah mencapai batas toleransiku dan tanganku sedikit menyentuh kepala jamur yang panas itu. Suasananya sulit untuk diungkapkan.Jari-jarinya tiba-tiba mencengkeram taman bunga mungilku dan seiring aku menjerit, kepala jamur itu pun masuk.Perasaan tubuh terisi ini sungguh luar biasa. Aku tak menyangka dokter ini punya stamina yang sedemikian menakjubkan.Aku teringat bahwa suamiku yang berumur pendek tidak pernah memberiku sensasi seperti ini.Taman bunga mungilku akhirnya menemukan batang yang cocok dengannya dan terdengar suara desahan halus.Tak disangk

  • Keputusasaan Wanita Desa   Bab 4

    Ujung lidah yang kasar itu terus mendorong ke dalam, menyebabkan saluran gairahku mengalirkan banyak cairan.Dia tampak sangat haus, menghisap cairanku hingga kering.Wajahku memerah. Aku agak bingung melihat dokter desa yang masih muda ini, apakah nektarku seenak itu?Namun, rangsangan dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi batinku.Terlihat dari bentuk yang menonjol di balik pakaiannya, dokter desa yang muda ini juga punya keperkasaan yang luar biasa.Setelah sesi terapi selesai, aku merasa sangat malu untuk bicara, tapi rasa geli di tubuhku sudah diredakan.Masih ada noda air yang memalukan di sudut bibir dokter. Aku teringat itu adalah….Dia dengan santai mengambil tisu untuk membersihkan sudut bibirnya, lalu duduk dan menatapku, “Setelah pengobatan pertama, tampaknya tubuhmu cukup sensitif. Aku akan meresepkan beberapa obat salep, oleskan setiap malam. Besok malam, datang lagi untuk pengobatan.”Aku mengambil obat dan segera pergi. Setiap kali memikirkan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status