Share

Bab 8

Author: Tarasari Thalia
Pembantu pun menanggapi dan mulai membereskan, menumpuk semua album foto dan bingkai foto berbagai ukuran di halaman.

Stella membuka beberapa botol koleksi anggur merah Felix dan menuangkannya di atasnya.

Dia menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri dan memberikan satu gelas kepada pembantunya.

Prang! Suara hancurnya botol anggur itu seolah melambangkan hancurnya hubungan mereka yang telah dibangun selama 5 tahun ini.

Stella menyalakan korek api dan melemparkannya ke tumpukan sampah.

Di bawah cahaya api, dia mengangkat kepalanya, meminum anggur dalam gelas dan air matanya mengalir dari sudut matanya ke kerah bajunya.

Yang tersisa adalah hadiah yang diberikan Felix padanya selama bertahun-tahun ini, ada tas, gaun dan perhiasan.

Stella mengemas semuanya dan mengunggahnya di aplikasi jual barang bekas, lalu menaruh rekening panti asuhan sebagai rekening pembayaran.

Saat ini Felix menerima telepon dari asistennya, "Nyonya jual semua barang yang kamu berikan padanya secara online."

Ekspresi wajahnya langsung berubah dan dia segera mengenakan pakaiannya.

Dalam perjalanan, Felix terus menelepon Stella, tetapi dia tidak menjawab.

Kepanikan dan kecemasan membuatnya ingin bergegas, hingga dia menerobos beberapa lampu merah.

Dia pun bergegas masuk bahkan sebelum mobil berhenti sepenuhnya.

Saat ini Stella sedang duduk di kursi malas dengan gelas anggur di tangannya. Di bawah kakinya, tampak tumpukan botol anggur berantakan.

Pipinya memerah dan dia menyenandungkan lagu yang tidak terkenal.

Hati Felix akhirnya tenang, dia berjalan ke arahnya dan berjongkok di dekat kakinya.

"Stella, kenapa kamu nggak jawab telepon? Aku takut setengah mati."

Stella perlahan menoleh dan menatapnya, "Kenapa kamu takut setengah mati?"

Felix mengulurkan tangan dan membelai wajahnya yang panas, "Tentu saja aku pikir kamu marah padaku, bersembunyi dan nggak mau menemuiku lagi."

Di bawah pengaruh alkohol, Stella bertanya tentang keraguan di hatinya.

"Felix, apa kamu sembunyikan sesuatu dariku?"

Jantung Felix berdetak kencang, dia menundukkan kepalanya, bergulat dalam hati untuk waktu yang lama.

Ketika dia mengangkat kepalanya lagi, ekspresinya polos dan bersih dari rasa bersalah.

"Tentu saja nggak, kita suami istri adalah satu kesatuan dan kita harus perlakukan satu sama lain dengan tulus."

Stella menoleh ke belakang dan menatap abu yang tak jauh darinya.

Percikan api terakhir di hatinya telah padam sepenuhnya saat Felix memilih untuk menyembunyikannya lagi.

Felix saat ini menyadari bekas luka di telapak tangannya, "Stella, kenapa tanganmu bisa terluka?"

Stella ingin mengatakan bahwa itu semua karena dia.

"Digigit anjing."

Felix membawakan kotak obat dengan khawatir dan setengah berlutut di lantai untuk mendisinfeksi dan membalutnya.

"Kamu selalu ceroboh, entah gimana nasibmu kalau aku nggak ada di sisimu."

Stella mencibir dalam hatinya.

Sebelumnya dia mengira pria ini adalah sebuah payung yang dapat melindunginya dari angin dan hujan, tetapi pada akhirnya dia sadar, pria inilah yang datangkan badai.

"Ngomong-ngomong, aku dengar dari asistenku, kamu jual semua hadiah yang kuberikan padamu?"

Stella menarik kembali pandangannya dan berkata, "Nggak apa-apa, semuanya sudah tua, aku mau ganti."

Felix dengan hati-hati mengikat simpul pada kain kasa dan berkata, "Kalau kamu nggak suka, buang saja. Nanti aku belikan yang baru dan lebih bagus untukmu."

Dia lalu berdiri dan memeluk Stella, napasnya terasa di telinganya.

"Stella, hari Senin aku mau adakan pesta penyambutan untuk Debora."

Melihat Stella tidak mengatakan apa-apa, dia melanjutkan, "Bukannya kamu selalu mau pergi ke Omana di Asia Barat Daya untuk lihat bintang-bintang? Setelah pesta penyambutan, kita bertiga satu keluarga pergi lihat bintang-bintang, oke?"

"Gunung Hijau" di Omana berada lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut dan merupakan tempat pengamatan bintang yang sangat bagus.

Stella selalu ingin pergi ke sana.

Sayangnya, baru kemarin dia menerima email dari Negara Ingdran.

[Nona Stella, dengan berat hati kami sampaikan bahwa menurut pengamatan observatorium, bintang birumu akan jatuh dalam tiga hari.]

Cinta yang dikiranya tak terhancurkan ternyata sudah penuh dengan lubang.

Bintang-bintang yang diperkirakan tidak akan pernah jatuh ternyata akan jatuh juga.

Felix menariknya keluar dari pelukannya, "Stella, kalau kamu nggak senang, pesta penyambutan bisa nggak..."

Stella sadar dari mabuknya, dan berkata dengan santai, "Apa yang sedang kamu bicarakan? Tentu saja kita harus adakan pesta penyambutan. Aku akan urus sendiri."

Mata Felix dipenuhi dengan keterkejutan dan dia memeluknya lagi.

"Aku akan menurutimu, Stella. Aku sudah siapkan kejutan lainnya untukmu."

Felix berencana menyerahkan akta nikah yang sah kepadanya pada hari itu dan ke depannya mereka akan jadi pasangan sungguhan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
sibego mau ngapain lg?? jd jalang permanen
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 26

    “Sekarang, mari kita sambut pengantin wanita kita hari ini, Stella!”Pintu ruangan perlahan terbuka dan seberkas cahaya bersinar. Iring-iringan acara pernikahan pun terdengar saat Stella berjalan menuju Eric sambil membawa bunga di tangannya. Ini adalah kedua kalinya Stella memasuki acara pernikahan, pernikahannya yang pertama bahkan berakhir hancur. Sementara kali ini, dia juga tidak cukup yakin dia bisa bahagia. Pada detik ini, dia bahkan ingin berbalik dan melarikan diri. Di atas panggung, Eric sangat gugup hingga jari-jarinya sedikit tertekuk. “Stella!”Di meja pengantin wanita di bawah panggung, orang tua Stella menatapnya dengan air mata membasahi mata mereka.Di meja yang sama, ada kerabat Stella, teman sekolah dan sahabat Stella. Mereka melambaikan tangan padanya dan berkata, “Selamat.” Stella pun berdiri di tempat dan tertegun, air mata mengalir di matanya. Pembawa acara hendak mendesaknya, tetapi dihentikan oleh Eric. Eric merapikan dasi kupu-kupunya dan berjalan me

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 25

    Felix sangat bangga sekaligus kecewa karena semua orang hanya diam. “Aku datang ke sini hari ini tanpa diundang karena aku ingin ucapkan selamat pada Tuan Eric secara langsung atas pernikahannya.” Eric tetap tenang dan membiarkan Felix menggila.“Aku punya beberapa foto di sini yang ingin aku tunjukkan pada keluarga dan teman-teman pengantin wanita.” Sambil berkata demikian, dia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Eric dan Stella yang tengah bertingkah mesra.Eric menyarankan dengan bijaksana, “Layar ponsel Tuan Felix terlalu kecil, gimana kalau diproyeksikan ke layar besar?”Felix mencibir, “Itu lebih bagus.” Setelah petugas mengaturnya, ponsel Felix berhasil dihubungkan ke layar elektronik besar di belakangnya.Felix sangat bangga, “Apa wanita dalam foto itu kekasih Tuan Eric yang diam-diam ditemui tanpa diketahui tunangannya? Aku mau tahu gimana Tuan Eric mau jelasin ini?”Eric mendengus dingin, “Tuan Felix, apa kamu mengenali wanita di foto itu?”“Tentu saja! Dia itu

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 24

    Malam sebelum acara pernikahan, Stella mengusir Eric dengan alasan kedua mempelai tidak boleh bertemu sebelum acara pernikahan.Eric berkata dengan sedih di balik pintu, "Istriku, gimanapun besok kita akan tidur bersama, jadi biarkan aku masuk."Tapi Stella malah mengunci pintu. "Nggak, ini adalah tradisi. Kalau aku izinkan kamu masuk, nanti jadi sial."Mendengar itu adalah hal yang sial, Eric langsung setuju. "Hanya saja aku sangat merindukanmu, aku harus gimana?"Stella memutar matanya tak berdaya, "Eric, kita baru berpisah kurang dari lima menit."Stella tidak pernah menyangka Eric ternyata adalah budak cinta dan manja. Setelah Eric pergi dengan tidak rela, Stella berbaring di tempat tidur, tapi sama sekali tidak bisa tidur. Besok sudah akan menikah dengan Eric. Meski selama beberapa hari ini, mereka sangat bahagia bersama, tapi pernikahan dan pacaran adalah dua hal yang sangat berbeda, jadi dia tentu saja tetap merasa gugup. Terlebih lagi, setelah dikecewakan oleh Felix, dia b

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 23

    Stella berpikir bahwa karier Eric sepuluh kali lebih sukses daripada Felix, jadi dia pasti punya lebih banyak kerjaan.Jadi dia tidak memiliki harapan apapun terhadapnya dalam pernikahan yang akan datang. "Itu cuma pernikahan bisnis tanpa dasar perasaan."Itulah yang dikatakannya kepada sahabatnya. Namun Eric malah muncul di setiap sesi persiapan pernikahan. Dia sendiri yang memilih tempat acara pernikahan dan mengawasi semua dekorasi interiornya. Bagaimanapun, dia adalah lulusan dari sekolah seni terbesar di Eropa, Universitas Seni Dolon, dengan gelar ganda dalam kurasi desain dan manajemen industri kreatif. Cincin pernikahannya juga dia minta seseorang untuk mendesainnya secara khusus, tidak ada duanya. Bahkan dalam pemilihan gaun pengantin, dia menghormati pendapatnya dan memberikan rasa partisipasi yang cukup. Sebagai contoh, gaun pengantin model putri duyung ini adalah hasil karya kelulusan Eric. Eric tampak duduk di sofa rendah, tidak ada tempat untuk meletakkan kakinya y

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 22

    Tania segera merapikan dirinya dan tersenyum, yang menurutnya adalah senyuman manis. Dia mencondongkan tubuh ke depan, setengah memperlihatkan payudaranya. "Tuan Eric, kamu yang telah menyelamatkanku? Apa kamu mau aku balas dengan tubuhku?"Sekretaris itu segera menarik kerah bajunya dan menariknya ke samping. Eric pun duduk dan berbicara dengan suara acuh tak acuh. "Kamu? Emang kamu pantas?"Ekspresi wajah Tania berubah. Meskipun dia tidak secantik Stella, tapi dia juga cukup manis dan cantik. Mengapa di mata Eric, dia sejelek ini? Dia pun duduk kembali di meja makan, "Bilanglah, apa yang harus aku lakukan?"Eric berjanji memberinya sepuluh miliar, dia bisa bawa Debora pergi dari panti asuhan dan mereka berdua bisa pergi jauh. "Siapa ayah kandung Debora?"Jika Eric ingin menggunakan Tania yang tidak stabil untuk melawan Felix, tentu saja dia harus mengetahui kelemahannya. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan wanita gila ini saat dia menjadi gila. Tania mengerutkan bib

  • Kerinduan Tak Berujung   Bab 21

    Begitu Felix terbangun pagi itu, dia mendapat kabar baik.Dia sudah dapat undangan pernikahan Eric. Felix memandanginya dan melihat undangan itu terbuat dari emas murni dan bertatahkan safir utuh di dalamnya. "Gampang banget dapat undangannya, tampaknya Keluarga Sumanto nggak semisterius rumor yang beredar.""Keluarga Sumanto sangat aneh, hanya ada nama pengantin pria di undangan, nggak ada nama pengantin wanita."Namun, Felix tidak peduli siapa pengantin wanitanya, palingan adalah salah satu putri keluarga kaya raya. Dia menoleh ke asistennya dan bertanya, "Apa sudah siap?"Asistennya mengangguk. Dulu, Stella dengan tegas batalin perjanjian pernikahannya dan menikah dengan Felix meskipun ada tentangan keras dari orang tuanya. Jadi selain dia, tidak ada seorang pun lagi yang bisa dia andalkan di dunia ini. Kalaupun mau cari bantuan, dia pasti akan cari Eric. "Haha, pasti akan ada wartawan di pernikahan Tuan Muda Kota Sulin, setelah skandal itu terbongkar, kurasa dia nggak akan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status