Share

03 - Senjata Iblis

Anak tersebut mulai kesulitan mempertahankan pikiran sehatnya dengan kengerian mimpi buruk yang dialaminya. Lebih-lebih harus melihat ibunya mulai digerayangi oleh laki-laki yang tak dikenalnya. Pandangannya semakin kabur tak kuasa mengalami semua kengerian itu.

Lalu tiba-tiba saja, terlihat olehnya laki-laki itu berhenti seperti tak lagi berniat meneruskan keinginan untuk melampiaskan hawa nafsunya.

“Seperti yang kau katakan, sama sekali tidak ada kepuasan jika aku melakukannya seperti ini,” kata laki-laki itu, nampak menjauhi wanita tersebut.

Dia pun mulai berjalan menuju ke arah keris yang ditancapkannya ke lantai. Laki-laki itu memegang keris tersebut dan mulai memejamkan matanya sesaat. Tiba-tiba seisi ruangan mulai dijalari oleh daging-daging yang berdenyut-denyut.

Seisi rumah itu sekarang diliputi oleh daging berdenyut di segala sudutnya. Situasi mereka sekarang tak ubahnya seperti sedang berada di dalam perut iblis.

Ruangan mulai semakin gelap meski masih ada sedikit berkas cahaya masuk dari celah-celah di atap rumah. Seisi ruangan itu dipenuhi bau amis darah dan daging yang berlendir menutupi seluruh isi rumah.

Dari lantai muncul tentakel baru, menjalar merayapi tubuh wanita tersebut. Bagian ujungnya mulai memekar seperti muncul sebuah kelopak bunga. Bunga itu pun mulai mengeluarkan sejenis serbuk berwarna hijau.

“Aku masih bisa membuatmu ikut bergairah dengan rangsangan serbuk itu,” ujar laki-laki tersebut penuh nafsu. “Dan kita bisa saling menikmatinya bersama-sama,” lanjutnya diselingi tawa.

Namun tiba-tiba laki-laki tersebut kembali terdiam. Setelah itu dia nampak menggeleng-gelengkan kepala, seperti enggan meneruskan niatnya.

“Tidak, tidak!” ujarnya.

“Aku tidak akan membiarkanmu ikut merasakan kenikmatan itu,” lanjut sang laki-laki kembali menyeringai begitu sadis.

Diapun segera kembali memegang keris tersebut, dan bunga itu pun langsung berhenti mengeluarkan serbuk aneh tersebut.

“Dasar iblis. Sedari dulu pikiranmu memang sudah tak waras. Kau terlalu lemah dan rendah, tak mampu mengendalikan tuntutan seonggok daging yang terselip di selangkanganmu itu,” bentak wanita tersebut yang sudah mulai terengah-engah karena kesulitan mempertahankan kesadarannya.

Seringai laki-laki tersebut langsung berubah menjadi raut wajah yang begitu bengis. Dia kembali memegangi gagang keris aneh yang masih tertancap di lantai. Setelah itu, beberapa sulur daging baru menyeruak dari bawah, menggerayangi tubuh mulus wanita tersebut.

Baju dan sarungnya dicabik-cabik hingga tak ada yang tersisa. Wanita itu mulai mengerang kesakitan dengan nafas yang semakin pendek bersahut-sahutan.

Tiba-tiba terdengar sesuatu dari atap rumah. Sesaat kemudian, seorang laki-laki misterius dengan jubah lusuh datang mendobrak atap rumah, langsung turun menebas laki-laki itu dengan sebilah pedang. Laki-laki itu pun mati seketika saat bilah pedang tersebut terhujam cukup dalam membelah kepalanya.

Meski begitu, sulur-sulur daging yang berlendir itu belum berhenti menggerayangi tubuh wanita tersebut. Sementara anak laki-lakinya sudah pingsan, dan sulur daging yang seperti mulut belut itu sudah sampai di lututnya, masih mencoba menelannya.

Laki-laki misterius yang baru datang itu langsung memotong pangkal dari sulur yang seperti mulut belut tersebut. Seketika, anak kecil itu terlepas dari lilitan yang menjeratnya, dan juga dari sulur yang hendak menelannya.

“Dasar laki-laki tak berguna, menggunakan benda yang sangat berharga seperti ini untuk hal murahan,” ujar laki-laki tersebut.

“Aku masih tak mengerti bagaimana senjata iblis seperti ini bisa jatuh ke tangan laki-laki seperti dia,” lanjutnya setelah mencabut paksa keris itu dari jeratan daging berdenyut di lantai itu.

“Semoga aku masih sempat menghentikan semuanya.”

Sepertinya sosok misterius itu cukup mengenal keris tersebut. Dari pada memotong sulur-sulur daging yang begitu banyak menjerat dan memperkosa wanita itu satu persatu, dia lebih memilih mencabut kerisnya.

Begitu dia berhasil mencabutnya, sulur-sulur daging itu kembali menyusut dan tertarik ke lantai. Seisi rumah yang sudah bagaikan berada di dalam perut iblis itu mulai kembali berangsur normal. Daging-daging berdenyut yang menutupi semua areanya menyusut ke titik di mana keris tersebut sebelumnya tertancap.

Begitu juga dengan kelopak bunga bangkai raksasa yang menutupi seisi rumah tersebut dari luar, langsung berubah menjadi tanah dan berjatuhan ke bawah. Sesaat kemudian, semua kembali hening dan kengerian itu pun hilang meski kondisi rumah tersebut juga sudah porak-poranda tak karuan.

Sayangnya, wanita itu sudah mati meregang nyawa dengan begitu tragisnya. Pria misterius yang baru datang tadi bahkan tak berani melihatnya terlalu lama.

“Sepertinya aku terlambat,” gumamnya.

Dia memalingkan wajahnya. Entah karena kasihan, atau sekadar tak ingin pemandangan tragis itu menghantui dan menghilangkan selera makannya.

Laki-laki itu terdiam cukup lama. Dia hanya fokus menatapi keris di tangannya, seperti terhipnotis sesaat dengan senjata aneh yang beriak dan bergelombang tersebut. Sesaat kemudian, dia menoleh ke arah pedangnya yang masih terhujam di kepala laki-laki yang baru saja dibunuhnya.

Laki-laki tersebut mencabut pedangnya dengan sadis, membuat isi kepala pria itu berserakan di lantai.

“Dasar bodoh. Kau bisa saja mendapatkan begitu banyak hal dengan keris ini,” ujarnya setelah menghentakkan pedangnya itu untuk membuang darah yang masih membasahi kedua sisinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
mantaf sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status