Share

04 - Keris Para Raja

Setelah itu, dia memungut sarung keris dari tubuh pria yang dibunuhnya dan memasukkan keris tersebut kembali ke dalam sarungnya.

“Yah, setidaknya kebodohanmu membuat urusanku menjadi sedikit lebih mudah,” jelas laki-laki itu.

Gumamannya baru terhenti setelah mendengar suara batuk dari anak lak-laki dari wanita tersebut. Diapun menghampiri anak tersebut dan memeriksa keadaannya.

“Tak kusangka dia masih hidup. Hei bocah, sadarlah!” seru laki-laki itu menepuk pipinya.

Mata anak itu seperti terbuka sedikit tapi tak jelas apakah dia kembali sadar atau tidak. Laki-laki tersebut melihat ke sekelilingnya, dan mulai khawatir kalau-kalau dia yang nanti dituduh sebagai pelaku atas kejadian naas tersebut. Meski senja sudah berangsur semakin gelap, siapa saja bisa datang ke tempat itu dan akan salah paham bila mendapati dirinya yang orang asing masih berada di sana.

Akhirnya dia bergegas memungut anak laki-laki tersebut. Dia langsung melompat ke atas atap rumah yang sudah dia bolongi sebelumnya, dan kemudian menghilang di kegelapan malam.

Malam tragis itu pun kembali hening. Hanya sesekali diisi oleh suara jangkrik bersahut-sahutan. Seakan para serangga itu mencoba memberitahu seisi alam akan kematian mengenaskan dari seorang wanita tepat di hari yang sama setelah suaminya dikuburkan.

Pria misterius tersebut membawa anak itu bersamanya terus menuju ke pedalaman hutan di sebuah kaki gunung. Sampai akhirnya dia tiba di sebuah pemukiman kecil yang hanya terdiri dari tiga rumah berdekatan. Beberapa orang laki-laki datang menghampirinya, dan menyambut kedatangan pria misterius tersebut.

“Anak bangsawan mana yang kau bawa ini, Mergo?” tanya salah seorang dari mereka.

“Apa sekarang kita akan beralih profesi dari perampok gunung jadi penculik anak?” lanjutnya bertanya.

“Jangan banyak tanya, cepat sediakan air hangat!” serunya sembari membawa anak tersebut menuju ke arah satu rumah yang paling besar di antara yang lainnya.

“Cepatlah, anak ini mengalami trauma dan demamnya mulai tinggi,” jelasnya lagi sebelum meninggalkan rekan-rekannya.

Begitu dia membiarkan anak tersebut terbaring di kamar, Mergo langsung bergegas keluar menuju dapur. Namun di pintu dapur itu dia terperangah. Beberapa roh jahat menyelinap masuk dari sela-sela dinding papan.

Mergo mencoba menjauh dan keluar dari dapur. Namun ada begitu banyak roh-roh jahat lain memasuki rumah tersebut. Semuanya berterbangan dan melesat begitu cepat menuju kamar di mana tadi dia meninggalkan anak tersebut.

“Celaka, jangan-jangan anak itu...”

Begitu dia sampai di bibir pintu, dilihatnya roh-roh jahat mengitari anak tersebut. Sebagian sudah ada yang mulai menggerayangi dan menjilati kakinya. Seperti tahu apa yang sedang terjadi, Mergo mencabut keris misterius yang baru diperolehnya dan menebaskannya pada roh-roh jahat itu.

Dalam kekalutan tersebut, teman-temannya pun datang masuk ke dalam kamar.

“Mergo, ini airnya,” ujar salah seorang dari temannya yang baru saja datang.

Dua orang teman Mergo yang baru datang membawa air terperanjat melihat kondisi di dalam kamar. Air itu tumpah karena keterkejutan mereka. Mereka segera mencabut pedang dan mencoba mengusir roh-roh jahat yang melayang-layang di dalam sana. Akan tetapi, tak satupun tebasan pedang mereka bisa menyentuh roh-roh jahat itu.

Namun anehnya, roh-roh yang terkena tebasan keris di tangan Mergo tercabik-cabik dan berangsur lenyap di udara. Sebagian besar dari mereka kabur karena ketakutan dengan keberadaan keris misterius tersebut.

Mergo bergegas memeriksa kaki anak tersebut yang sepertinya mengundang ketertarikan para roh jahat untuk datang mendekatinya.

“Celaka, sepertinya tubuhnya sudah ditandai sebagai tumbal sang iblis,” gumam Mergo saat melihat ada beberapa luka bekas gigitan di betis anak tersebut.

“Mergo, keris itu?” tanya salah seorang sahabatnya.

“Akhirnya kamu menemukannya juga,” lanjutnya.

“Ya!” jawab Mergo singkat.

“Ini adalah keris para penguasa. Siapapun yang memiliki ambisi besar dan tahu mengenai keris ini, pasti menginginkannya,” jelasnya.

Meski dia sudah memperoleh senjata yang sudah lama dicari-carinya itu, namun dia nampak tak begitu bersemangat seperti ekspresi kedua temannya. Wajahnya begitu serius menatapi keris aneh tersebut. Dia terlihat sedikit khawatir dengan resiko yang mungkin sudah terbayangkan olehnya.

“Perlu aku ingatkan dari sekarang, mungkin dengan ini peluang bagi kita akan terbuka lebar. Tapi justru kondisi kita akan semakin sulit setelah ini,” jelasnya.

“Tidaklah mudah berurusan dengan senjata iblis ini. Kita perlu berhati-hati untuk ke depannya,” pesannya mengingatkan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nina Milanova
Kakinya ditandai apa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status