Pagi berikutnya, Ellena terkejut saat mendapati dirinya sedang berada di ranjang besar dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.
“Dimana ini?” Dia segera duduk di ranjang itu dengan selimut menggulung tubuhnya. Beberapa saat lamanya gadis itu kebingungan, lalu terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Dia langsung teringat dengan semua yang terjadi tadi malam. Wajahnya menjadi pucat. Tiba-tiba, dia mendengar suara air di dalam kamar mandi berhenti. Pikirannya langsung ikut berhenti dan dia segera melompat dari ranjang, lalu dengan cepat mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai serta langsung mengenakannya. Setelah itu dia berbalik badan dan perlahan pergi dari kamar itu. Ellena berjalan keluar dari hotel. Begitu dia keluar dari gerbang, dia langsung berlari ke arah jalan. Setelah lama berlari, dia kelelahan dan mencari tempat untuk beristirahat. Dia belok ke arah taman, bersandar dibawah pohon yang ada disana dan termenung. Dia mengingat semuanya dengan jelas sekarang. Dia meneteskan air mata ketika mengingat semua itu. Tunangannya sudah mengkhianatinya dengan adik tirinya sendiri. Lalu sekarang, dia juga telah kehilangan keperawanan. Ellena mengusap air matanya, lalu dia menguatkan hatinya dan berdiri. Saat dia akan melangkah pergi, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang. “Tunggu.” Ellena mendongak, melihat Salma yang menatap sinis padanya. Baru saja dia ingin menjawab, Salma sudah menariknya dan membawanya ke sebuah bangku taman yang tidak jauh dari mereka. “Kak, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” Salma berkata sambil melepaskan tangan Ellena. Ellena mengambil napas dalam-dalam lalu berkata dengan dingin. “Sepertinya, nggak ada hal apa pun yang perlu kita bicarakan.” “Benarkah? Kalau itu ada hubungannya dengan Kelvin, bagaimana? Kakak juga nggak mau membicarakannya?” Ekspresi Ellena tiba-tiba berubah saat mendengar nama Kelvin. Dia menggertakkan gigi dan bertanya dengan geram, “Apa maksudmu, Salma?!” “Ayo duduk dulu.” Ellena hanya berdiri di samping bangku dan menatap Salma dengan dingin. Tapi Salma tidak memperdulikan tatapan itu, dia mengeluarkan selembar cek dari tasnya dengan tenang dan meletakkannya di atas bangku itu. “Ini cek bernilai 500 juta. Dengan uang ini, kamu bisa membayar biaya pengobatan Kelvin.” Salma mengangkat kepalanya dengan sombong. “Aku tahu, Kelvin memerlukan banyak uang untuk pengobatannya, ‘kan? Kamu nggak punya pekerjaan tetap. Dengan uang ini, Kelvin bisa bertahan hidup lebih lama.” Ellena memandangi cek di atas meja itu tanpa ekspresi di wajahnya. Salma berkata lagi, “Kak El, aku nggak ingin ada yang ditutupi lagi.” Salma tersenyum, dia mengeluarkan tangan untuk menyentuh perutnya dan berkata lagi, “Tadi malam, kamu pasti sudah mendengarnya kan, kalau aku hamil anak Reno? Kamu dan Reno harus membatalkan perjodohan kalian. Kalau nggak, aku dan anakku nggak bisa bersamanya. Kamu juga tahu kan, kalau Reno akan mengambil alih perusahaan Sanjaya, jadi Reno nggak mungkin membatalkan perjodohan kalian karena itu nggak akan disetujui oleh orang tuanya. Jadi aku harap, kamu bisa berinisiatif untuk pergi ke rumah Sanjaya dan mengusulkan untuk membatalkan perjodohan itu.” Meski mendengar semua perkataan Salma yang begitu tidak tahu malu itu, Ellena tidak merasa marah. Dia hanya merasa konyol dan ironis. Lalu dia bertanya, “Salma, apa Reno tahu apa yang kamu lakukan ini?” Tadi malam saat Salma memberitahu Reno jika dia hamil, pria itu terlihat tidak terlalu senang. Jelas kehamilan Salma ini adalah kecelakaan bagi Reno. Karena dia akan segera mengambil alih kekuasaan keluarga Sanjaya. Sebelum saat itu tiba, dia pasti tidak akan mengungkapkan hubungannya dengan Salma. Karena masalah ini bisa saja mempengaruhi reputasinya. Reno pasti tidak tahu kalau Salma sendiri sengaja mencari Ellena untuk membicarakan hal ini. Benar saja, wajah Salma seketika berubah dan mulai terlihat gelisah. “Kak El, tolong lepaskan Reno. Orang yang disukainya itu aku dan dia sudah lama nggak mencintaimu lagi. Kalau bukan karena perjodohan keluarga ibumu dan keluarga Sanjaya, apa kamu kira Reno akan memilihmu? Kamu jangan menahan pria yang nggak mencintaimu!” Ellena tercengang saat mendengar perkataan Salma, tapi dia mencoba untuk tetap tenang. “Kamu nggak perlu ikut campur dengan hubunganku dan Reno.” Ekspresi wajah Salma membeku. “Kalau begitu, apa kamu bersedia untuk membatalkan pernikahan kalian?” Salma bertanya lagi. Ellena tersenyum sinis, “Kalau kamu mencariku hanya untuk membicarakan masalah ini, aku sama sekali nggak tertarik.” Setelah selesai bicara, dia segera berbalik badan dan bersiap untuk pergi. “Tunggu!” Salma menarik tangan Ellena dengan kuat. “Berapa banyak uang yang kamu butuhkan agar kamu mau meninggalkan Reno? Kalau 500 juta ini nggak cukup bagaimana dengan satu Milyar? Atau, kamu mau dua milyar? Aku akan berikan.” Plak! Ellena tidak bisa menahan diri lagi, dia langsung memutar tubuhnya dan menampar wajah Salma. Tamparan itu membuat Salma merasa pusing, dia menutup wajahnya. Merasa terkejut dan tidak percaya, kemudian dia mengangkat tangannya dan ingin menampar balik. Tapi tiba-tiba dia melihat sosok Reno muncul dari mobil yang baru saja berhenti di ujung sana. Wajahnya langsung berubah. Dia pun segera menarik tangannya dan mundur perlahan. Ellena belum menanggapinya, dia melihat Salma yang tampak terkejut dan tiba-tiba berteriak. “Kakak, aku minta maaf! Aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar nggak bisa mengendalikan perasaanku. Aku sangat mencintai Reno. Kakak tolong maafkan aku, jangan sakiti anakku.” Ellena sedikit heran melihat Salma memohon padanya dan tiba-tiba menjatuhkan diri di tanah. Kemudian terdengar suara langkah kaki terburu dari arah belakangnya dibarengi suara terseru, “Salma!” Reno berjalan dengan cepat melewati Ellena. Dia langsung ke sisi Salma dan memegangnya dengan erat. “Kamu nggak apa-apa?” Salma mengangkat kepalanya, matanya sudah dipenuhi air mata dan dia berkata dengan sedih. “Reno, aku sangat takut. Kalau terlambat sedikit saja, bayi kita hampir–” Air matanya jatuh di pipinya, “Aku harus minta maaf padanya. Meskipun mungkin dia nggak bisa memaafkan aku. Kalau Kak Ellena ingin memukulku dan marah, aku nggak apa-apa. Tapi, bagaimana bisa dia melakukannya pada bayi kita yang nggak berdosa ini?” Wajah Salma yang baru saja ditampar masih terlihat bengkak, matanya juga terlihat merah. Dia menunjukkan ekspresi ketakutan di wajahnya, seakan dia sedang diintimidasi dan tubuhnya yang lemah bergetar. Reno menjadi menyesal saat melihat kondisi Salma yang seperti ini. Dia kemudian menatap Ellena dengan tatapan marah. “Ellena, anak di dalam kandungan Salma baru berumur satu bulan. Kehamilannya masih sangat rentan. Kamu tahu akibatnya kalau tadi kamu mendorongnya sampai jatuh? Aku pikir selama ini kamu adalah orang yang selalu baik dan lembut. Bagaimana bisa kamu kejam seperti itu?” “Aku kejam?” Ellena menggelengkan kepalanya dan menatap pria yang berdiri di depannya itu dengan perasaan tidak percaya. Reno memiliki wajah yang tampan dan sifat yang lembut. Ellena sudah menyukainya selama bertahun-tahun, tapi saat dia melihat wajahnya yang sekarang, dia merasa asing. Seperti tidak mengenalnya lagi. ---“Kimmy, maaf ya, agak lama menunggu,” kata Intan, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandi. “Oh, tidak kok.” Kimmy menjawab dengan sedikit gugup. Entah kenapa melihat Intan dan tahu jika Intan sedang hamil, dia menjadi gugup. “Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tunggu sebentar ya?” Intan melangkah menghampiri lemari. Sedangkan Kimmy menunggu dengan jantung yang berdebar. Intan pasti akan menunjukkan hasil lab atau USG dari dokter. Memikirkan hal itu Kimmy semakin berdebar. Dia tidak tahu harus bicara apa nantinya. Dia sibuk merangkai kata terlebih dahulu. Dia sedikit tercengang ketika melihat Intan menghampirinya dengan membawa sebuah gaun. “Menurutmu apa gaun ini bagus?” Intan menunjukkan gaun itu ke depan Kimmy. “Selama pacaran, baru malam ini kita akan pergi kencan. Jadi aku sedikit gugup untuk memilih gaun. Aku memintamu datang untuk memberi pendapat tentang gaun ini. Aku tidak ingin membuatmu malu.” Intan adalah gadis yang berkelas, tetapi di
Sekarang tidak ada lagi namanya keresahan ataupun kegelisahan dan kekhawatiran. Baik untuk Hanzero, Ellena, maupun untuk Evelyn sang Nyonya besar Brahmana.Keluarga Brahmana semakin sejahtera dan juga bahagia. Hanya tinggal menunggu sang penerus terlahir dari rahim Ellena.Semua berjalan normal.---Keluarga Lewis sudah menerima karmanya. Meskipun Tiara dan Revan Lewis masih bersama, tetapi kehidupan mereka semakin sulit dan penuh pertengkaran. Sekarang bukan hanya Villa keluarga Lewis yang telah diambil alih oleh Ellena, tetapi perusahaan Lewis pun telah diakuisisi oleh Hanzero.Usut punya usut, perusahaan tersebut dulu pernah mengalami kemunduran yang sangat berat bahkan hampir bangkrut ketika masih ada di tangan Tommy Lewis. Lalu perusahaan itu bisa bangkit kembali karena adanya Clarissa. Meskipun dia adalah seorang anak yatim piatu, tetapi ternyata Clarissa mempunyai aset besar yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Setelah dia menikah dengan Revan, pada akhirnya Clarissa pun memban
Mendengar kata-kata Nyonya besarnya, Roy langsung menghela napas lega. “Nyonya benar-benar orang yang baik. Semoga keluarga Brahmana selalu dalam kesejahteraan. Kalau begitu, saya pergi dulu.”Evelyn mengangguk, mempersilakan Roy untuk pergi.Agak lama Evelyn termenung, lalu ketika dia baru saja hendak berdiri, dia mendengar suara lembut dan manis memanggilnya dari ujung sana.“Ibu.”Dia melihat Ellena sudah berjalan menghampirinya.“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Evelyn.“Kami baru saja pulang, tapi Hanzero langsung pergi ke kantor lagi.”“Kenapa kamu malah kemari? Bukannya pergi ke kamar dan istirahat?”“Tadi aku mencari Ibu. Kata Paman Fatih, Ibu sedang ada di taman belakang. Aku mengkhawatirkan Ibu karena seharian ini kami pergi. Maafkan aku ya, Bu. Pergi dari pagi baru pulang sore hari. Ibu pasti kesepian.”Evelyn tertegun, hatinya berdesir saat Ellena mengambil tangannya dan mencium tangannya dengan keningnya. Dia menatap wajah cantik dan lembut menantunya itu. Terbayang bagaima
Setelah mendengar penjelasan dari Paman Fatih, Evelyn mengepalkan tangannya erat-erat. Kemudian dia langsung berdiri dan segera pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Paman Fatih. Paman Fatih merasa sedikit heran, tetapi karena dia tidak tahu apa-apa, Paman Fatih hanya diam meskipun dia merasa jika sepertinya ada yang salah.Sampai di kamarnya, Evelyn langsung menghubungi seseorang.“Nyonya besar, tumben sekali Anda menelponku?” tanya orang di ujung telepon itu dengan sopan.Setelah menarik napas panjang, Evelyn kemudian berkata, “Aku memerlukan bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang. Aku membutuhkannya secepatnya.”“Baik, Nyonya besar. Saya akan melakukannya sebaik mungkin dan segera melaporkannya pada Anda.”Begitu Evelyn selesai menelpon, dia langsung mengirim sebuah foto sekaligus nama Ellena pada seseorang tersebut.Evelyn terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan beberapa kali mengusap wajahnya dengan kasar.Dia sudah bisa menebak jika
Diam-diam sekarang Kimmy mulai berterima kasih pada Resta. Jika bukan karena kehadiran Resta yang telah berhasil mendapatkan hati Hanzero, mungkin Intan juga tidak akan pernah melirik kehadirannya.Hari kembali berlalu.Semua berjalan dengan pelan tapi pasti. Biarpun hubungan Kimmy dan Intan yang telah resmi berpacaran tidak seromantis pasangan lainnya. Tetapi Kimmy masih tetap bersyukur, setidaknya hubungannya dengan Intan telah ada kemajuan.Begitu juga dengan hubungan Ellena dan Hanzero. Jika dulu mereka bertemu dan menikah secara kilat tanpa ada perasaan cinta baik antara Hanzero maupun Ellena sendiri, tapi sekarang keduanya sudah saling mengakui jika sama-sama saling menyukai dan mencintai bahkan telah mengucap janji untuk saling menemani dan setia sampai akhir hayat.Operasi Kelvin pun telah berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang positif. Sekarang Kelvin telah tinggal di villa milik Hanzero sedangkan Hanzero dan Ellena sudah tidak diperbolehkan lagi untuk keluar dari rumah b
Membaca balasan Intan yang ini bukan hanya kedua matanya yang terbelalak tetapi jantung Kimmy pun berdebar sangat kuat.Tapi lagi-lagi belum sempat dia menjawab satu pesan kembali masuk.|Kamu tidak perlu buru-buru untuk menjawabnya. Kamu bisa memikirkannya dulu. Aku juga tidak akan memaksamu. Aku tahu selama ini aku banyak menyakiti hatimu, jadi aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu.|Sudah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, bagaimana mungkin Kimmy bisa sesantai itu dan harus berpikir dulu?Pria itu segera mengunci ponselnya dan kembali melemparnya di atas kasur. Dia segera pergi ke kamar mandi dan buru-buru mandi.Dia harus segera menemui Intan dan membicarakan hal ini dengan serius secara langsung.Siang ini Kimmy tidak lagi memikirkan pekerjaan kantor. Dia segera pergi ke rumah Intan untuk menemui Intan. Sampai di sana dia disambut oleh seorang bibi pelayan.Rumah itu terlihat begitu sepi. Orang tua Intan memang sedang berada di luar negeri. Kimmy duduk di ruang tamu menungg