LOGIN“Aku tidak melakukan apapun, sungguh,” kata Katya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tak menyangka gerakan refleksnya tadi membuat sang ibu mertua terjatuh dan kepalanya membentur kursi. Lukanya memang tak terlalu parah, hanya perlu dibersihkan dengan anti septik dan diperban. Akan tetapi mereka orang kaya apalagi bagian wajah menjadi hal yang sangat krusial. Katya tidak akan heran jika perawatan wajah ibu mertuaya mencapai ratusan juta perbulannya dan wanita itu yang menjerit-jerit heboh membuat semua orang panik, bahkan ambulan di panggil saat itu juga tapi sang ayah mertua tak setuju jadi sebagai gantinya mereka memanggil dokter keluarga. Setelah kehebohan itu semuanya sekarang duduk di ruang keluarga dengan pandangan mata penuh tuduhan pada Katya, tapi yang membuat wanita hamil itu ketakutan adalah sang suami yang terlihat tak percaya dengan apa yang baru terjadi. “Kamu masih menyangkal setelah melihat wajahku seperti ini!” Katya menghela napas, wanita ini tidak tahu malu da
“Mas hati-hati! Di depan ada motor!” Suara Katya yang penuh ketakutan bahkan tak mampu membuat laki-laki itu menurunkan kecepatan mobilnya, rahang laki-laki itu mengeras dengan wajah memerah menahan amarah. Katya memejamkan matanya saat motor di depan mereka hanya berjarak beberap senti saja, tangannya memegang erat perutnya, kalaupun dia celaka dia berharap anak-anaknya baik-baik saja. Kemampuan mengemudi sang suami memang tak perlu diragukan lagi di saat kritis, mobil mewah itu berbelok sedikit dan kembali melaju dengan kecepatan tinggi dibarengi dengan umpatan pengemudi motor yang hampir bertabrakan dengan mereka. Katya menatap marah suaminya. “Turunkan aku!!!” Entah keberanian dari mana wanita yang biasanya penuh pengertian dan lebih sering bersikap malu-malu itu kali ini membentak suaminya, laki-laki itu juga sepertinya tak menyangka sang istri akan membentaknya. Wajahnya yang semula tegang, menatap pada jalanan, kini menoleh sedikit tapi tak juga menurunkan kecepatan mo
“Erland! Ini istri kamu kok jauh dari yang dulu.” Katya hanya bisa menunduk, sambutan luar biasa panas dari wanita paruh baya berpenampilan mewah ini hampir membuatnya ingin kembali pulang andai dia tidak ingat dia datang kemari untuk memenuhi permintaan ayah mertuanya. “Maksud tante apa! jangan membuat pernyataan sembarangan kalau hanya ingin membuat istriku malu. Kami datang karena diundang.” Sikap manis dan penuh perhatian sang suami selama ini membuat Katya lupa kalau laki-laki itu biasanya bersikap datar, dan saat-saat tertentu bisa sangat mematikan. Jangan sampai acara kunjungan ke rumah mertua malah menjadi ajang saling caci dan maki. “Oh, tante hanya kaget.” Bahkan sang suami sama sekali tidak mau repot-repot mendengarkan ucapan wanita yang dipanggil tante oleh suaminya itu. Laki-laki itu sudah membimbingnya masuk ke dalam ruang keluarga yang super mewah. Andai saja keadaannya tidak seperti ini, Katya bahkan dengan senang hati akan mengagumi desain ruangan yang in
“Tidur saja dulu, perjalanan masih lumayan jauh. Kalau sudah sampai nanti aku bangunkan.” Seolah alam juga sangat mengerti keraguan Katya saat akan berkunjung ke rumah mertuanya, awan hitam bergulung-gulung di langit, meski belum turun hujan tetap saja cuaca yang tak menentu membuatnya khawatir. Katya sudah mencoba merayu suaminya untuk membatalkan saja keberangkatan mereka tapi laki-laki itu jelas menolak. “Kamu sudah effort membeli oleh-oleh segala masa harus balik.” “Kan bisa aku makan kuenya.” “Kamu ingin makan kue itu? Nanti pas pulang kita beli lagi.” “Bukan karena kuenya juga, ini mau hujan gede lho. lihat sudah gelap padahal masih setengah lima.” “Kita pakai mobil, tak akan kehujanan, aku juga akan menyetir sangat hati-hati.” Katya tak punya lagi bantahan, dia hanya bisa pasrah melanjutkan apa yang memang sudah mereka rencanakan, meski sejak tadi jatungnya berdetak tak nyaman. Rasa cemas itu terus membayanginya hingga menimbulkan ketakutan yang tak masuk akal. Bisa
“Kamu lihat apa sih sejak tadi, tumben sejak tadi malam sibuk banget dengan ponsel ? “Katya yang sedang duduk sambil memperhatikan ponselnya dengan serius, menoleh kaget pada sang suami yang tiba-tiba saja sudah meletakkan kepalanya di puncak kepalanya. “Tutorial make up memang boleh?” tanya laki-laki itu. Maksudnya benar-benar bertanya tapi siapa sangka reaksi sang istri malah menatapnya ketakutan. “A–aku tidak mungkin datang ke rumah orang tua mas dengan wajah pucat seperti ini kan.” Diamnya sang suami membuat Katya makin takut saja. “Mas marah,” katanya lagi lalu meletakkan ponselnya dengan gugup. Laki-laki itu tak menjawab hanya menatap sang istri dengan dalam. “Kamu tetap cantik meski nggak pakai make up tapi kalau itu bisa membuatmu lebih percaya diri, pilih yang cocok untuk kondisimu sekarang,” jawabnya sabar. Pada dasarnya Katya memang tidak bisa berdandan, tapi hari ini dia tidak boleh mempermalukan suaminya dengan wajah dekil dan kampungan ini. Meski dia tahu keluarg
Katya sebenarnya tidak setuju yang mendoktrin semua ibu tiri itu jahat seperti ibu tiri cinderella, dia seseorang yang berpikiran q. Memang ada wanita-wanita yang ditakdirkan untuk menjadi wanita kedua entah itu karena wanita pertama meninggal atau bercerai, tapi melihat bagaimana ibu tiri sang suami menatapnya, dia sekarang berubah pikiran, apalagi setelah dia mendengar secara keseluruhan cerita hidup suaminya. Anggaplah dia memang terlalu subjektif yang hanya menilai seseorang hanya dari cerita orang lain saja, Sulit sekali berpikir baik pada wanita ini. Dan cara wanita ini menatapnya juga membuat Katya tak nyaman, seumur hidupnya dia sering menerima hinaan dan cemohan dari orang sekitarnya, tapi belum pernah menerima tatapan tajam yang seolah bisa membunuhnya hanya dengan pandangan mata. “Seharusnya kamu tidak perlu repot mengantar istrimu, mama bisa menemaninya.” Itu berlebihan. Katya pasti akan menolak jika “Kebaikan hati” itu ditawarkan kepadanya secara langsung. Dia







