Share

Ch 3. Kak Ana, wanita yang menangis dihari yang cerah

"Tenangkan dirimu sebentar, aku sungguh tidak ada hubungan apapun lagi dengannya. Aku sudah tidak penasaran lagi dengannya. Kamu disana dulu bentar aku harus pergi mengurus sesuatu, nanti malam aku jemput kamu!" Ana melihat sebuah pesan masuk dari Rico. tidak ada sedikitpun rasa menyesal dari diri Rico setelah dia meninggalkan Ana.

Ana pun segera membalas pesan tersebut dengan singkat.“Tidak perlu aku bisa pulang sendiri!” 

Semua kenangan masa lalu teringat kembali oleh Ana. "Aku tidak menyangka kamu setega ini Ric. Kamu terus-terusan menduakanku." Ana menangkup kedua wajahnya yang kini sedang menangis. "Bodohnya aku terus memaafkanmu."

Entah karena rasa cinta Ana yang terlalu besar terhadap Rico. Mungkin juga karena obsesi yang ada pada dirinya sendiri.  Obsesi Ana untuk menikah dengan orang yang telah merenggut segalanya dari hidupnya.

Ana terlalu takut membayangkan. Akan seperti apa dia dipandang oleh lelaki lain selain Rico. Dia takut bila lelaki lain tahu bahwa wanita yang dia nikahi sudah kehilangan semuanya. Bahkan diusia yang cukup muda kala itu.

***

"Kardigan abu dan rambut coklat yang mana yah?" Novan mulai berguman sendiri sambil melihat sekeliling. Sebenarnya dia sudah cukup kecewa dengan fakta bahwa Ana memiliki pacar.

Tapi entah kenapa hal itu tidak menyurutkan niat Novan untuk menemui Ana. Dia ingin sekali akrab dengan Ana. Setidaknya bisa dekat sebagai teman pikir Novan kala itu.

Tak perlu waktu lama dia sudah menemukan Ana tengah tertunduk lesu menatap tanah. Dia langsung mendekati Ana. “Kenapa dia begitu sedih?” Novan khawatir telah terjadi sesuatu. Terlebih dengan kepergian Rico yang tergesa-gesa.

***

Ana tidak menyadari bahwa Novan sedari tadi memperhatikannya. "Kenapa aku bodoh sih!" Ana mulai menaikan suaranya.  Dia  terisak menyesali ketidakberdayaan nya selama ini menghadapi Rico. 

Dia sudah tidak memperdulikan orang-orang yang berlalu lalang dihadapannya. Orang-orang yang sedari tadi saling bergumam. Bertanya kenapa wanita itu menangis, apa dia sakit, apa dia terluka.

Perkataan-perkataan tersebut terus Ana dengar samar-samar dari setiap orang yang berjalan didepannya.

"Maaf apa benar kamu kak Ana?" Sebuah suara asing menyapanya. Ana seketika memandangnya. Samar namun perlahan terlihat oleh Ana.

Seorang pria yang tidak dia kenal, sepertinya lebih muda darinya. Tubuh yang cukup tinggi, berkulit putih bersih, rambut yang agak gondrong dan pakaian yang sangat rapi berdiri tak jauh dihadapannya.

Ana hanya bisa memaku menatap pria tersebut dengan nanar. 'Siapa orang itu?' Pikir Ana. dahinya mulai mengernyit keheranan. 

Ana terus memandang Novan dengan mata sembabnya. 'kenapa dia begitu sedih?' pikir Novan.

Mata mereka bertemu satu sama lain. Saling berpandangan tanpa ada satupun kata yang terucap.

Ana tersadar. Dia memalingkan pandangannya dan mengusap air matanya. “Iya, aku Ana kamu siapa ya?” jawab Ana pelan.

Novan tersenyum lega. Dia segera mendekati Ana kembali. "Aku Novan. Aku satu projek dengan mu bareng sama ka Izal.” Novan mulai berjongkok didepan Ana.

Dia mencoba untuk menahan tangisnya. Ana mengusap-usap mukanya sedikit kasar. “Ah, iya Novan. Maaf kamu harus melihat ku dalam keadaan berantakan kayak gini,” ucap Ana llirih.

Novan hanya tersenyum. Dia tidak tega wanita yang dia sukai bersedih dihadapannya. "Kamu, kenapa menangis disini kak?” 

Sebenarnya ini baru pertama kali ada yang menanyakan hal seperti itu kepada Ana. Selama ini Ana selalu menyembunyikan kesedihannya, apalagi itu berkaitan dengan Rico didepan siapapun. 

Ana selalu menjaga nama baik Rico dihadapan teman-teman dan keluarganya. Tidak ada satupun yang tahu kalau Rico sering memperlakukannya dengan tidak baik. "Aku gak apa-apa kok."

Alis Novan sedikit terangkat. Dia tahu bahwa Ana sedang menutupi sesuatu. "Kakak kalau mau bisa cerita sama aku."

Ucapan Novan saat itu bak sihir untuknya. Entah apa yang ada di benak Ana hingga dia pun berkata yang sejujurnya. “Aku beneran gak apa-apa kok. Ini hal yang sangat biasa. Aku diselingkuhin lagi oleh pacarku.” Ana mengakhiri kalimatnya dengan senyum tipis.

Mendengar hal itu, jujur harapan Novan yang beberapa waktu lalu pudar kembali bangkit. 'Apa ini kesempatan bagiku?' pikir Novan.

Novan menggelengkan kepalanya. Dia menyadari bahwa kedekatannya dengan Ana mungkin saja membawa masalah dihidupnya. Tapi tetap,  dia ingin menjalin sesuatu hubungan dengan Ana. Rasa penasaran Novan lebih besar dibanding akal sehatnya kala itu. 'Yang nanti aku pikirkan lagi nanti saja,' pikirnya kembali.

Dia pun menghela nafas cukup panjang. Mengumpulkan semua keberanannya. "Kalau dia aja selingkuh. Kamu juga bisa kok jalan sama aku kak!” Ana menatap Novan tajam.

Pria yang baru dia kenal pekan lalu itu, dengan yakin menawarkan hubungan yang asing untuknya. 

"Orang gila." Mata Ana melebar tak percaya dengan apa yang diucapkan Novan. Tidak pernah ada didalam benak Ana untuk membalas perlakuan Rico dan melakukan hal yang sama dengannya.

Seakan belum cukup dengan pertanyaannya. Melihat tatapan tajam Ana,  dia malah tersenyum lebar. "Bagaimana kak?"

Sebenarnya mudah saja bagi Ana untuk menolak pertanyaan Novan itu, dia tahu bila dibiarkan ini semua akan semakin salah. Tapi, entah kenapa alih-alih menolak Ana malah terus menatap Novan.

Novan mulai menutup matanya. "Kayaknya gw bakalan dimaki atau ditampar nih," gumamnya pelan. Dia menyadari tingkahnya yang kelewat nekat tadi.

Namun Ana masih terus menatap Novan dalam-dalam. "Kamu bercanda?" Respon Ana tersebut diluar perkiraan Novan.

Tangan Novan kini telah menggenggam tangan Ana. Hangat itu yang Ana rasa kala itu. Entah kenapa, genggaman tangan Novan menenangkan hatinya. Tidak ada kesepakatan atau penolakan dari Ana.

Tapi satu hal yang pasti, saat itu Ana menyadari sesuatu bahwa dia tidak akan pernah lepas dari orang itu ataupun memilikinya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status