Share

Ch 2. Zona nyaman Rico, kamu adalah rumahku!

Kriiiingggg, kriiiinnnggg

"Akhirnya pagi juga," Ucap Novan. Tepat pukul sepuluh pagi, ia terbangunkan oleh alarm miliknya.

Dia bangun dengan begitu semangat. Pasalnya hari ini adalah kali pertama dia menghadiri pertemuan organisasi kesenian yang baru dia ikuti minggu lalu. 

“Jangan lupa hari ini kumpul jam 1 siang ya!” Terlihat notif pesan di hp Novan.

“Siap kak Izal aku pasti datang dong!” Novan membalas pesan tersebut dengan cepat.

Melihat reaksi Novan. Salah satu anggota grup pun mulai menggodanya. "Ini mah Novan ada mau nya kan, semangat banget nih.

“Aku kan mau ketemu kalian ya kan, harus semangat dong ya.” Novan tersenyum. Dia tidak bisa menyangkal bahwa memang itu yang sebenarnya ia nantikan. 

“Ketemu kita atau Ana Van?” Tanya Izal menegaskan.

Novan sudah tidak bisa berkutik. Dia membalas pesan tersebut dengan stiker malu-malu.

"Semoga aku bisa ketemu sama Kak Ana." Novan bergumam dan tersenyum.

Dia sangat tertarik dengan Ana. Mereka sama-sama tertarik dengan seni meskipun bukan berasal dari pendidikan kesenian.

***

"Rico, kenapa kamu tega sama aku?" Ucap Ana lirih. Ana sangat kecewa dengan apa yang baru saja dia lihat.

Tidak puas dengan apa yang dia temukan. Ana terus mencari chat lain di Hp Rico. Namu nihil, tidak ada satupun riwayat chat disana.

Hanya ada satu pesan baru. Hal itu membuat Ana semakin yakin, bahwa Rico selalu menghapus seluruh chat dirinya.

Rico tersentak. Dia melihat Ana kini sedang sibuk mengotak-atik hp miliknya. “Na, kita bicarakan baik-baik ditempat lain.” Rico menarik tangan Ana pelan. 

"Tunggu sebentar." Ana menepis pelan tangan Rico. 

"Tolong Na. Jangan bikin semua makin buruk." Rico berbisik pelan ditelingan Ana. 

Ana mengangguk, dia takut membuat suasana yang tidak enak dengan yang lain.

Mereka pun berpindah ke spot yang lebih privat ditaman tersebut.

***

“Na, maafin aku kali ini. Ini yang terakhir aku janji.”  Rico berlutut didepan Ana. 

“Rico, dari dulu ternyata kamu memang seperti ini, tidak pernah berubah sedikitpun! Aku yang bodoh sudah berharap kamu akan berubah.” Ana menatap mata Rico dengan nanar. 

"Kamu pasti bakal maafin aku kan?" Tidak ada sedikitpun rasa menyesal di raut muka Rico. Selama ini dia merasa bahwa Ana akan dengan mudah memaafkannya. 

Bukan rahasia lagi, Rico memiliki banyak teman wanita dibelakangnya. Wanita-wanita itu hanya berakhir sebagai partner ONS atau one night stand saja dengannya.

"Rico, aku sudah berulang kali meminta kamu untuk menjauhi Nisa. Kenapa tidak bisa. Apa bedanya dengan wanita-wanita lain yang selalu kamu tiduri?" Nada suara Ana bergetar. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi.

Nisa memang berbeda dengan wanita lainnya. Jarak mereka yang jauh membuat Rico selalu penasaran dengannya. Selama ini hanya permainan virtual saja yang bisa mereka mainkan.

"Kamu tahu kan. Meski banyak wanita yang aku temui. Aku mencintai tetap kamu Ana! " Ucap Rico. Dia pun menghela nafasnya panjang. "Kamu itu zona ternyaman dalam hidupku. Sebuah rumah, yang menjadi tujuan buat aku pulang."

Menurut Rico tidak ada yang sebaik Ana. Entah itu dalam urusan perhatian, kepintaran masak, memanjakan, ataupun ketika diranjang. Rico merasa kalau selama ini cuman Ana yang dapat memuaskan fantasi dia.

Mata Ana membulat. Dia tidak tau lagi apa yang sebenarnya terjadi. "Rico sebentar lagi kita akan tunangan, kamu masih saja berhubungan dengan wanita itu?” Ana menaikan nada bicaranya. Dia sangat marah kala itu. 

Rico terdiam sejenak. Dia menyadari dirinya telah salah bertindak. Dibenaknya satu-satunya kesalahan dia adalah keteledorannya menitipkan HP kepada Ana. Membuat Ana melihat sesuatu yang harusnya tetap disembunyikan.

Rico mulai memutarkan matanya keatas. “Ini hanya kesalahan kecil Na, kamu sudah biasa kan tahu aku seperti apa. Kenapa sekarang kamu mempersulit keadaan seperti ini sih?” Dia sedang mencari akal bagaimana cara untuk meluluhkan hati Ana kembali.

“Kamu lagi capek Ana dan gak bisa berfikir jernih.” Dia mulai berdiri. "Ini bukan hal serius dan asing lagi untuk kamu. Lebih baik kamu dinginkan dulu pikiran kamu."

Rico pergi meninggalkan Ana yang tertunduk lesu. Air mata mulai mengalir di pipinya. 

***

"Malah telat lagi gw," gerutu Novan. Dia harus rela datang terlambat. Pasalnya dia mendadak mengerjakan tugas kampusnya terlebih dahulu. Novan melihat sekelilingnya dengan intens. "Mana yah kak Izal?"

"Van sini!" Izal berteriak seraya melambaikan tangannya. Novan pun berlali menghampirinya. Dia tidak sengaja berpaoasan dengan Rico yang hendak pergi. 

“Zal, gw pulang duluan yah. Titip Ana masih disana yah,” ucap Rico. Dia memandang sekilas Novan. Dibalas dengan sebuah anggukan kecil dan senyuman oleh Novan.

“Ah, oke Ric santuy.” Izal menepuk pundak Rico pelan. Dia pun pergi meninggalkan taman kota.

Setelah Rico menjauh. Novan langsung duduk disamping Izal. “Hey kak Izal, maaf aku telat nih tadi ada urusan dulu.”

Ditepuklah pundak Novan pelan. “Gapapa Van, kita juga baru mau mulai kok ini.”

Novan menyebarkan pandangannya. Dia mencari sosok yang sangat ingin dia temui. “Kak izal, kalau kak Ana dimana?” 

“Oh, Ana pergi kesana sama cowoknya. Tapi itu tadi cowoknya malah pulang,” jawab Izal pada Novan.

Novan kaget mendengarnya. Dia tidak nenyangka bahwa yang dia berikan senyuman adalah pacarnya Ana. “Yang tadi papasan sama aku itu kak? Yang setelan oppa-oppa korea tadi kak?”

“Ah iya itu Rico namanya, dia gak masuk ke grup chat kita soalnya gak ikut project sama kita,” jawab Izal singkat.

Novan, dalam benaknya sedikit kecewa. Ternyata dia tertarik pada wanita yang sudah memiliki pacar. Terlebih Rico tidak kurang apapun menurut Novan, bahkan cukup tampan. 

***

Cukup lama Novan duduk disana berbincang dan bercanda dengan anggota lainnya.

Sosok Ana tidak muncul juga membuat Novan jadi penasaran. “Kak Izal, aku mau coba kesana bentar yah, kak Ana lama banget dari tadi.”

“Ah iya Van, itu Ana tadi yang pake cardigan abu, rambutnya agak coklat ya,” sahut Izal.

“Iya kak, aku kesana bentar yah.” Novan mulai beranjak dari duduknya. Dia pergi kearah yang ditunjukan oleh Izal. 

Tidak butuh waktu lama. Novan pun bisa mengenali Ana. Namun ada sesuatu yang mengusiknya saat itu. “Kenapa dia begitu sedih?”

Perlahan Novan pun mendekati Ana. Dia memberanikan diri untuk bertanya padanya. "Maaf apa benar kamu kak Ana?"

Ana seketika memandangnya. Satu hal yang tanpa Novan ketahui. Itu adalah awal bagi surga dan neraka untuk mereka berdua disaat yang bersamaan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status