Home / Romansa / Kesalahan yang Tak Terhindarkan / Ch 2. Zona nyaman Rico, kamu adalah rumahku!

Share

Ch 2. Zona nyaman Rico, kamu adalah rumahku!

Author: Amethystia
last update Last Updated: 2021-08-22 22:20:34

Kriiiingggg, kriiiinnnggg

"Akhirnya pagi juga," Ucap Novan. Tepat pukul sepuluh pagi, ia terbangunkan oleh alarm miliknya.

Dia bangun dengan begitu semangat. Pasalnya hari ini adalah kali pertama dia menghadiri pertemuan organisasi kesenian yang baru dia ikuti minggu lalu. 

“Jangan lupa hari ini kumpul jam 1 siang ya!” Terlihat notif pesan di hp Novan.

“Siap kak Izal aku pasti datang dong!” Novan membalas pesan tersebut dengan cepat.

Melihat reaksi Novan. Salah satu anggota grup pun mulai menggodanya. "Ini mah Novan ada mau nya kan, semangat banget nih.

“Aku kan mau ketemu kalian ya kan, harus semangat dong ya.” Novan tersenyum. Dia tidak bisa menyangkal bahwa memang itu yang sebenarnya ia nantikan. 

“Ketemu kita atau Ana Van?” Tanya Izal menegaskan.

Novan sudah tidak bisa berkutik. Dia membalas pesan tersebut dengan stiker malu-malu.

"Semoga aku bisa ketemu sama Kak Ana." Novan bergumam dan tersenyum.

Dia sangat tertarik dengan Ana. Mereka sama-sama tertarik dengan seni meskipun bukan berasal dari pendidikan kesenian.

***

"Rico, kenapa kamu tega sama aku?" Ucap Ana lirih. Ana sangat kecewa dengan apa yang baru saja dia lihat.

Tidak puas dengan apa yang dia temukan. Ana terus mencari chat lain di Hp Rico. Namu nihil, tidak ada satupun riwayat chat disana.

Hanya ada satu pesan baru. Hal itu membuat Ana semakin yakin, bahwa Rico selalu menghapus seluruh chat dirinya.

Rico tersentak. Dia melihat Ana kini sedang sibuk mengotak-atik hp miliknya. “Na, kita bicarakan baik-baik ditempat lain.” Rico menarik tangan Ana pelan. 

"Tunggu sebentar." Ana menepis pelan tangan Rico. 

"Tolong Na. Jangan bikin semua makin buruk." Rico berbisik pelan ditelingan Ana. 

Ana mengangguk, dia takut membuat suasana yang tidak enak dengan yang lain.

Mereka pun berpindah ke spot yang lebih privat ditaman tersebut.

***

“Na, maafin aku kali ini. Ini yang terakhir aku janji.”  Rico berlutut didepan Ana. 

“Rico, dari dulu ternyata kamu memang seperti ini, tidak pernah berubah sedikitpun! Aku yang bodoh sudah berharap kamu akan berubah.” Ana menatap mata Rico dengan nanar. 

"Kamu pasti bakal maafin aku kan?" Tidak ada sedikitpun rasa menyesal di raut muka Rico. Selama ini dia merasa bahwa Ana akan dengan mudah memaafkannya. 

Bukan rahasia lagi, Rico memiliki banyak teman wanita dibelakangnya. Wanita-wanita itu hanya berakhir sebagai partner ONS atau one night stand saja dengannya.

"Rico, aku sudah berulang kali meminta kamu untuk menjauhi Nisa. Kenapa tidak bisa. Apa bedanya dengan wanita-wanita lain yang selalu kamu tiduri?" Nada suara Ana bergetar. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi.

Nisa memang berbeda dengan wanita lainnya. Jarak mereka yang jauh membuat Rico selalu penasaran dengannya. Selama ini hanya permainan virtual saja yang bisa mereka mainkan.

"Kamu tahu kan. Meski banyak wanita yang aku temui. Aku mencintai tetap kamu Ana! " Ucap Rico. Dia pun menghela nafasnya panjang. "Kamu itu zona ternyaman dalam hidupku. Sebuah rumah, yang menjadi tujuan buat aku pulang."

Menurut Rico tidak ada yang sebaik Ana. Entah itu dalam urusan perhatian, kepintaran masak, memanjakan, ataupun ketika diranjang. Rico merasa kalau selama ini cuman Ana yang dapat memuaskan fantasi dia.

Mata Ana membulat. Dia tidak tau lagi apa yang sebenarnya terjadi. "Rico sebentar lagi kita akan tunangan, kamu masih saja berhubungan dengan wanita itu?” Ana menaikan nada bicaranya. Dia sangat marah kala itu. 

Rico terdiam sejenak. Dia menyadari dirinya telah salah bertindak. Dibenaknya satu-satunya kesalahan dia adalah keteledorannya menitipkan HP kepada Ana. Membuat Ana melihat sesuatu yang harusnya tetap disembunyikan.

Rico mulai memutarkan matanya keatas. “Ini hanya kesalahan kecil Na, kamu sudah biasa kan tahu aku seperti apa. Kenapa sekarang kamu mempersulit keadaan seperti ini sih?” Dia sedang mencari akal bagaimana cara untuk meluluhkan hati Ana kembali.

“Kamu lagi capek Ana dan gak bisa berfikir jernih.” Dia mulai berdiri. "Ini bukan hal serius dan asing lagi untuk kamu. Lebih baik kamu dinginkan dulu pikiran kamu."

Rico pergi meninggalkan Ana yang tertunduk lesu. Air mata mulai mengalir di pipinya. 

***

"Malah telat lagi gw," gerutu Novan. Dia harus rela datang terlambat. Pasalnya dia mendadak mengerjakan tugas kampusnya terlebih dahulu. Novan melihat sekelilingnya dengan intens. "Mana yah kak Izal?"

"Van sini!" Izal berteriak seraya melambaikan tangannya. Novan pun berlali menghampirinya. Dia tidak sengaja berpaoasan dengan Rico yang hendak pergi. 

“Zal, gw pulang duluan yah. Titip Ana masih disana yah,” ucap Rico. Dia memandang sekilas Novan. Dibalas dengan sebuah anggukan kecil dan senyuman oleh Novan.

“Ah, oke Ric santuy.” Izal menepuk pundak Rico pelan. Dia pun pergi meninggalkan taman kota.

Setelah Rico menjauh. Novan langsung duduk disamping Izal. “Hey kak Izal, maaf aku telat nih tadi ada urusan dulu.”

Ditepuklah pundak Novan pelan. “Gapapa Van, kita juga baru mau mulai kok ini.”

Novan menyebarkan pandangannya. Dia mencari sosok yang sangat ingin dia temui. “Kak izal, kalau kak Ana dimana?” 

“Oh, Ana pergi kesana sama cowoknya. Tapi itu tadi cowoknya malah pulang,” jawab Izal pada Novan.

Novan kaget mendengarnya. Dia tidak nenyangka bahwa yang dia berikan senyuman adalah pacarnya Ana. “Yang tadi papasan sama aku itu kak? Yang setelan oppa-oppa korea tadi kak?”

“Ah iya itu Rico namanya, dia gak masuk ke grup chat kita soalnya gak ikut project sama kita,” jawab Izal singkat.

Novan, dalam benaknya sedikit kecewa. Ternyata dia tertarik pada wanita yang sudah memiliki pacar. Terlebih Rico tidak kurang apapun menurut Novan, bahkan cukup tampan. 

***

Cukup lama Novan duduk disana berbincang dan bercanda dengan anggota lainnya.

Sosok Ana tidak muncul juga membuat Novan jadi penasaran. “Kak Izal, aku mau coba kesana bentar yah, kak Ana lama banget dari tadi.”

“Ah iya Van, itu Ana tadi yang pake cardigan abu, rambutnya agak coklat ya,” sahut Izal.

“Iya kak, aku kesana bentar yah.” Novan mulai beranjak dari duduknya. Dia pergi kearah yang ditunjukan oleh Izal. 

Tidak butuh waktu lama. Novan pun bisa mengenali Ana. Namun ada sesuatu yang mengusiknya saat itu. “Kenapa dia begitu sedih?”

Perlahan Novan pun mendekati Ana. Dia memberanikan diri untuk bertanya padanya. "Maaf apa benar kamu kak Ana?"

Ana seketika memandangnya. Satu hal yang tanpa Novan ketahui. Itu adalah awal bagi surga dan neraka untuk mereka berdua disaat yang bersamaan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 33. Aku yakin, kamu masih milikku

    “Sudah tenang?” Novan segera menyambut Ana yang baru masuk ke dalam mobil.Ana mengangguk pelan, “keluar bentar yuk, biar lebih enak ngobrolnya.”Mereka pun duduk berdua dibawah pohon yang rindang.Ana menarik nafas panjang, “Novan, I love you. Really loving you. Tapi kita harus sadar, kadang tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.” Ana mulai meraih tangan Novan, “maafkan aku terlalu pengecut untuk memilih bersama kamu. Aku pun sadar kita sangat berbeda baik dari keluarga dan lainnya, hal itu akan menyusahkan kamu kedepannya.”Novan menggenggam tangan Ana dengan kuat. “Me too, Ana. Aku dari awal menyerahkan semua pilihan padamu. Maafkan aku telah menempatkan kamu ke dalam situasi yang rumit ini.” Omongan Novan sedikit tertahan, “andai, maksudku aku berharap kamu selalu mendapat yang terbaik.”Dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya, “tidak Novan, aku bisa memilih untuk menolakmu dari awal. Tapi aku tetap bersama mu pada akhirnya. Terimakasih telah memberikan ku kepercayaan

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 32. Penyesalan

    “Aaaargh gila lu Rico, gue belum mau mati!” Vania memegang seat beltnya erat-erat.Rico tetap tidak memperhatikan sepupunya tersebut. Kini dia hanya ingin melampiaskan emosinya dengan melaju mobilnya secepat mungkin.“Anj*ng Rico! Lu kalau mau mati jangan ajak-ajak gue tolong!” kali ini dia mengerahkan sekuat tenaganya untuk berteriak dan berhasil menyadarkan Rico.‘Kriieeeeet….’ Rico menginjak rem mobilnya mendadak membuat bunyi deritan yang cukup panjang.“Sumpah yah lu gak ada otak!” Vania terus saja berteriak, meluapkan kekesalannya.“Sorry gue gak sadar Van,” dengan gelagapan Rico menjawab.Vania menarik nafas dalam, mencoba mengatur emosinya. “Okee.. Sekarang lu tenang dulu, abis itu baru cerita sama gue yah.”Rico mengangguk lemas, dia sudah sangat kalut dan tenggelam dalam pikirannya. Tak terasa air matanya mengalir.“Gila gue nangis cuman gara diselingkuhi si Ana. Bangsat emang tu cewek!” Rico memukul dasboard depan mobilnya.Vania mengelus punggung Rico pelan. Mencoba menena

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 31. Awal kepedihan

    Kembali ke masa SMA di tahun dua ribu lima belas. Rico tengah berjalan santai menuju ruang OSIS untuk menemui Ana sore itu. “Astaga dia bisa tertidur dengan pulas ditempat seperti ini.” Rico bergumam pelan. Dia tersenyum melihat Ana, pacarnya yang merupakan kakak kelas sekaligus ketua Osis disekolahnya. “Teledor banget sampai gak nyadar ada orang yang membuka pintu,” dengan pelan dan hati-hati Rico mendekati Ana. Dia terus menatap Ana penuh kasih. ‘Memang cantik banget cewekku ini!’ batinnya. Kini tangan usilnya tengah memainkan ujung rambut Ana pelan. Membuat kening Ana mulai berkerut dan membuka matanya perlahan. “Aaaaawww..” rintih Rico saat dengan cepat Ana malah memelintir tangannya. “Rico!” Ana lekas melepaskan tangannya begitu menyadari pria yang dihadapannya adalah kekasihnya. “Maaf, habisnya kamu mengagetkan aku sih salah siapa coba!” dengan kesal Ana menggembungkan pipinya. Melihat Ana yang begitu lucu, Rico pun tidak tega untuk memarahi Ana. “Kamu yang budeg sayang, a

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 30. Akhir dari semua

    Di lain tempat Nisa tengah sibuk mempersiapkan kepergiannya menemui Rico. Dia bersemangat sekali untuk bertemu dengan lelaki pujaannya itu. ‘Sayang aku kesana yah minggu depan!’ tulis Nisa dalam pesan singkatnya. Namun pesan tersebut ternyata bertanda ceklis satu. “Apa dia lagi sibuk yah?” pikir Nisa dalam hatinya. Namun dia segera menepiskan kecurigaannya tersebut dan lebih memilih untuk fokus terhadap barang yang akan dia bawa nanti. ***”Kak, kita makan disini aja yuk!” Novan mengelus pundak Ana pelan. Ana pun duduk mengikuti permintaan Novan. “Kakak mau pesen apa? Aku yang traktir deh kali ini!” “Terserah kamu aja Van,” jawab Ana lemas. Ana terus tertunduk lesu. Pikirannya sedang kacau saat ini. Kenapa dengan mudahnya dia percaya ucapan lelaki dihadapannya saat ini. “Kak… kak Ana!”, panggilan lembut Novan tidak dapat menyadarkan Ana dari pikirannya. Seketika Novan menangkup kedua pipi Ana, membuat Ana sedikit tersentak dan tersadar dari lamunannya. “Ah Van, maaf aku sedang me

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 29. Sepasang mata yang Cemburu

    “Habis ini kita langsung pulang yah Ric, aku udah capek.” Ana berdiri dan membereskan barang bawaannya. Rico memberikan buket bunga yang tertinggal pada Ana. “Iya aku antar kamu pulang langsung, yuk!” “Makasih yah.” Ana langsung pergi begitu menerima buket dari Rico. Saat didalam mobil terjadi keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada satupun yang memulai percakapan. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. “Ana, sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Novan?” Seperti tersambar petir, pertanyaan Rico tersebut membuat Ana tidak bisa berkutik. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Terlihat sedang mencari alasan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan Rico. “Hmmm.. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Novan. Kenapa kamu nanya kayak gitu?” Rico tahu dengan pasti gelagat Ana ketika berbohong. Penyangkalan Ana semakin membuatnya penasaran. Ini pertama kali Ana melakukan hal seperti itu padanya. “Kamu yakin? Aku merasa kalian memiliki sesu

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 28. Jalan Keluar?

    “Nia, kamu kenal sama Novan?” tanya Rico. Dia mulai curiga dengan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua. Rico terus memperhatikan Ana dengan sangat lekat. Dia melihat wajah Ana semakin memucat. Vania segera melepas gandengan tangannya dari Rico. Dia mulai mendekati Novan dan merangkulnya. “Iya kak, ini yang tadi sempet aku ceritain pas mau kesini. Beberapa minggu ini aku lagi deket sama dia. Seneng deh ternyata kalian semua udah saling kenal, jadi aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.” Ana hanya bisa memandang mereka dengan tatapan sendu. Dia terus berusaha untuk tersenyum dan menyembunyika perasaan yang sesungguhnya. “Kakak dukung kok Nia hubungan kamu sama Novan. Dia ini anak yang baik pasti bakal jagain kamu dengan baik.” Rico mulai menerka-nerka situasi yang terjadi. Dia langsung memamerkan kemesraan didepan Novan. Rico mulai merangkul pinggang Ana dan mencium pucuk kepalanya sekilas. “Makasih yah, kalian udah datang ke wisuda Ana. Habis ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status