Share

Ch 4. Novan, pria aneh dengan tawarannya

Izal mulai merasa khawatir terhadap Novan yang mungkin saja kesulitan menemukan Ana. Dia kemudian beranjak untuk menyusul mereka.

Pandangan Izal terheran-heran melihat sesuatu yang tidak biasa dihadapannya. "Kenapa Ana nangis kayak gitu. Itu si Novan lagi malah megangin tangannya," gumamnya. Namun dia mencoba untuk tidak berfikir negatif dan memanggil mereka.

“Ana, Novan yuk dimulai yang lain udah nunggu tuh!” Teriak Izal cukup kencang.

Ana sangat kaget mendengar Izal. Dia langsung melepaskan tangan Novan. “Iya Zal, gw kesana tunggu bentar!” Ucap Ana setengah berteriak. 

Sama seperti Ana. Novan pun kaget dengan teriakan Izal. Dia sedikit kecewa dengan Ana yang melepas genggamannya. Novan pun akhirnya mengikuti Ana berjalan dibelakangnya.

***

“Oke kumpulan pertama kita sampai disini dulu yah. Kalau ada pertanyaan nanti dilist di grup aja biar kita bahas di pertemuan minggu depan!” Izal pun menutup pertemuan mereka. Cukup lama perbincangan mengenai project kesenian itu berlangsung. Hingga gari pun mulai malam.

Ana terlihat langsung membereskan barangnya. “Sip pak bos! Btw gw laper nih mau makan dulu gak?”

Izal mengangguk. Dia lantas bertanya kepada anggota lainnya. “Boleh tuh Na, disini ada yang mau ikut makan dulu gak?”

“Ditraktir gak nih kak?” celetuk fitri. Salah satu anggota grup disana.

Izal mendecik pelan. Dia pun balik menggoda Fitri. “Nanti kalau kakak udah tajir melintir baru bisa traktir kalian semua.” Semua orang pun tertawa mendengar pernyataan Izal tersebut.

Akhirnya Izal, Ana dan tiga orang anggota lain termasuk Novan dan Fitri ikut dalam acara makan malam dadakan.

Saat itu Ana pergi dibonceng oleh Izal dan mereka pun sedikit berbincang dimotor. Izal sangat khawatir dengan keadaan Ana tadi siang. “Na, tadi lu gak di apa-apain si Novan kan?” 

Mendengarnya membuat Ana sedikit kaget. “Ah, diapa-apain gimana? Lu ada-ada aja!”

“Tadi gw lihat Novan pegang-pegang tangan lu gitu, lu kenapa? Lagi ada masalah sama Rico?” Izal penasaran dengan reaksi Ana yang terkesan berlebihan.

Ana sedikit terdiam, ingatannya kembali ke tadi sore. Namun yang diingat oleh Ana saat ini hanya ucapan Novan padanya.

Karena masih tidak ada jawaban dari Ana. Izal pun kembali bertanya padanya. “Na, lu gapapa kan sama Rico?”

Hal tersebut mulai menyadarkan Ana dari lamunannya. “Gak ko Zal, makasih udah khawatir. Tadi itu gw cuman berantem dikit sama Rico, biasalah buat acara nanti,” jawab Ana mengalihkan percakapan.

Rizal pun mengangguk pelan. Dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan sahabatnya tersebut.  Dia pun kembali fokus menjalankan motornya.

***

Tempat makan yang mereka tuju adalah model restauran All You Can Eat.  Hal itu membuat mereka harus mengambil makanan mereka sendiri.

Saat Ana sedang sibuk memilih makanannya. Novan dengan tergesa berdiri disampingnya. “Kak, aku serius loh sama yang tadi siang,” ucap Novan setengah berbisik ke Ana.

Ana langsung menoleh kepada Novan dan menatapnya. Raut muka Ana penuh tanda tanya. “Pikirkan baik-baik ya kak, gak dijawab sekarang juga gapapa,” lanjut Novan kepada Ana. Dia pun segera duduk menghampiri teman-teman lainnya.

“Kak Ana, tadi yang balik duluan itu pacar kaka?” tanya Fitri disela-sela makannya.

Ana  sedikit tidak nyaman dengan pertaanyan Fitri. Dia pun balik bertanya pada Fitri. “Ah, iya kenapa gitu fit?” 

“Gak papa kak. Kenapa dia gak ikut project kita juga?” Kini Fitri mulai mendekatkan dirinya pada Ana.

Izal melihat Ana tidak nyaman dengan pertanyaan yang dilontarkan Fitri. Dia segera menjawab pertanyaan Fitri. “Dia udah ada project yang lain di waktu yang sama kayak kita fit.” 

“oh gitu ya kak, pantesan tadi pulang buru-buru.” Fitri pun melanjutkan makannya. Sikapnya yang polos membuat dia tidak bisa membaca situasi.

Novan terus memperhatikan Ana. Dia terlihat khawatir terhadap Ana. Terlebih Ana menunjukan ekspresi kurang nyaman dengan obrolan tersebut. Dia tahu pasti alasan kenapa Rico pulang tadi siang.

“Eh kak, jadi nanti apa aja sih yang harus aku siapin?” Novan mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tidak tega bila Ana merasa tidak nyaman.

“Tar kamu siapin tatto temporary, terus kayak anting-anting gitu lah Van,” jawab Izal cepat. Saat itu Izal mengetahui pasti bahwa ada masalah antara Ana dan Rico yang Novan ketahui.

***

“Kita pulang dulu ya ka,” kata fitri dan satu anggota lain. Makan malam pun berakhir dengan perut masing-masing yang sudah membuncit.

“Iya hati-hati kalian berdua yah.” Ana melambaikan tangannya kepada Fitri. Dia pun segera mendekat pada Izal yang akan meninggalkan tempat duduknya. “Zal gw nebeng yah?”

“Sorry Na, gw  mau jemput doi dulu. Lu yang bayar ya Na, tar gw transfer” Izal dengan tergesa pergi keluaran restauran.

Tersisa Novan dan Ana berdua. Dia langsung membereskan barangnya dan pergi ke kasir. “Aku duluan deh ya Van.”

Novan pun mengikuti Ana ke kasir. Dia sedikit membungkung badannya. “Aku antar pulang gimana kak?” Bisiknya pelan.

Sejujurnya Ana ingin menolak ajakan Novan saat itu. Tapi takdir berkata lain. Ojek online yang dipesan Ana tidak ada yang mem pick-up. Akhirnya karena merasa sudah larut malam, Ana pun terpaksa mengiyakan ajakan Novan.

***

Selama diperjalanan mereka berdua terdiam terlarut dalam pikiran masing-masing. Ana sedang berfikir keras dengan apa yang sebenarnya diinginkan Novan.

Novan yang kini mulai menyadari bahwa mungkin saja perlakuannya tadi membuat Ana malah akan membenci dia. “Maaf kak,” Ucap Novan memecah keheningan diantara mereka

Ana sedikit terkejut dengan pernyataan Novan tersebut. “Maaf buat apa Van?”

“Maaf karena ucapanku tadi siang dan tadi ditempat makan. Mungkin itu buat kaka jadi canggung.” Novan menjelaskan dengan perlahan.

Ana tersenyum tipis saat itu. “Gapapa, aku tahu mungkin tadi kamu hanya kasian sama aku.” .

Mendengar hal itu, membuat hati Novan seakan sakit. “Kak, aku serius. Itu bukan karena kasian, aku beneran ngajak kakak jalan. Murni karena aku tertarik sama kakak. Bukan karena kasian." Dengan tegas Novan menyampaikan perasaannya.

“Aku tidak ada perasaan apapun sama kamu Van. Lagi pula aku punya pacar.” Ana menekankan setiap perkataannya. Dia ingin membuat garis batas yang jelas untuk Novan.

“Kita gak perlu pacaran kak, cukup jalan berdua dan saling memiliki satu sama lain. Aku gak keberatan dengan kakak yang sudah memiliki pacar kok,” ucap Novan.

Otak Ana berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh Novan. Dia kembali bertanya pada Novan. “Aku gak ngerti apa maksud kamu Van?”

“Tawaranku sama kakak itu, waktunya cukup lama kok Kakak gak usah terburu-buru ngasih jawaban. Kalau kakak gak mau aku harap kita tetap bisa berteman seperti biasa." Novan dengan tegas menjelaskan pada Ana.

Ana tidak tahu harus merespon dengan cara seperti apa. “Kak ini Gang Veteran sebentar lagi, rumah kakak yang mana yah?” Tanya Novan. Dia berusaha membuat Ana kembali bersikap biasa padanya.

Sadar akan lamunannya. Ana pun segera menggelengkan kepaanya pelan. “Ah iya Van itu belok kiri didepan bentar lagi.”

Mereka pun sampai didepan rumah dan Ana segera turun dari motor Novan. “Makasih ya van udah nganter.”

Novan tersenyum pada Ana. “Iya kak sama-sama, istirahat yang cukup yah.”

“Iya, makasih yah sekali lagi. Hati-hati dijalan kamu, kabari kalau udah sampai rumah yah.” Ana melambaikan tangannya dengan canggung.

“Pasti kak, aku pulang dulu yah,” Ucap Novan. Dia pun segera menancapkan gas dan memutar balik motornya untuk pulang. 

***

Malam itu pikiran Ana sangat penuh. Disatu sisi dia memikirkan Rico yang tetap saja tidak berubah. Disisi lain dia memikirkan Novan. Lelaki yang baru saja menawarkan hubungn yang tidak biasa untuknya.

Tring …. Tring …

Terlihat pesan masuk dari Rico di layar Hp Ana. “Ana, kamu udah pulang kan dari kumpulan?” 

Masih merasa kesal Ana berniat untuk tidak membalasnya dan lekas tidur. Notif Hp nya berbunyi kembali. “Kak aku baru sampe rumah yah, kakak udah tidur?” pesan masuk dari Novan. Membaca pesan tersebut membuat hati Ana semakin berdegup kencang.

Ana perlahan mulai berjalan menuju neraka yang ia buat sendiri.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status