Share

Ch 8. Hanya untuk sesaat, semua terasa nyata

Ditengah derasnya hujan, Ana memasuki mobil Novan. ‘Apa dia selalu secantik ini?’ batin Novan. Dia tidak menyesali tindakannya menerjang deras hujan, demi menjemput Ana.  

Melihat Ana duduk disampinya, sangat dekat berdua. Membuat Novan sekuat tenaga mengendalikan dirinya. Dia takut akan bersikap diluar batas kembali kepada Ana.

Pada akhirnya Novan tidak tahan untuk mencubit pipi Ana karena gemas. “Van pipi ku sakit tau.” Ana menggembungkan pipinya lucu. 

“Abisnya, kak Ana gemesin banget malam ini.” dia tidak hentinya tersenyum. Dibenak Novan semua tingkah Ana sangat menarik. 

Entah kenapa malam itu pun Ana menjadi sedikit lebih santai padanya. Biasanya dia selalu menghindari sentuhan Novan. Kali ini dia tidak terlihat menolaknya sama sekali.

Melihat reaksi Ana yang cukup baik, membuat Novan lebih lega. Dia pun kini mengelus rambut Ana pelan. Namun sayang sekali keintiman mereka harus terganggu oleh pelayan yang menawarkan menu.

Setelah membeli beberapa makanan, mereka pun melanjutkan perjalanannya.

Novan sesekali melirik Ana yang berada disampingnya. “Kakak malam ini terlihat lebih rapi dan cantik dari biasanya.”

“Makasih Van, tadinya aku mau dinner sama Rico. Tapi gak tau kenapa dia malah gak dateng.” Terlihat kekecewaan di raut wajah Ana. 

Novan sedikit cemburu mendapati fakta tersebut. Namun dia berusaha tetap fokus dengan jalanan didepannya. Dia pun menggoda Ana. “Oh mau  makan malem. Makanya tadi perut kakak minta jatah yah.”

“Van udah dong malu tau. Tadinya aku mau terlihat lebih ramping aja supaya dress nya bagus. Sia-sia aku bangun lebih pagi dan dandan lebih ekstra tadi.” Ana merapikan bajunya. Dia menunjuian semua usahanya pada Ana. 

“Gak sia-sia kok, kan ada aku yang mengapresiasi penampilan kakak malam ini.” Novan memainkan rambut Ana. 

Hati Ana semakin berdebar mendengar ucapan Novan barusan. Dia tak tau harus memberi respon apa.

Novan memandang ke arah Ana sekilas, dia pun mengelus kepala Ana pelan. “Aku sangat senang. Karena malam ini cuman aku yang lihat kakak secantik ini.”

Ana semakin salah tingkah dibuatnya. Bagi Ana tangan Novan saat itu adalah hal paling menghangatkan hatinya disepanjang hari ini.

Sesampainya di depan rumah Ana, Novan pun memarkirkan mobilnya. “Makasih ya Van, maaf gak bisa ajak kamu masuk. Gak enak udah malem.” Dia segera membereskan barang bawaannya.

Novan pun mendekatkan tubuhnya dan membantu Ana melepas seat belt. Mata mereka saling bertemu satu sama lain.

Jaraknya sangat dekat bahkan hembusan nafaspun bisa saling mereka rasakan. Wajah Novan yang mulai mendekat membuat Ana hanya bisa terpaku.

Sebuah kecupan kecil dipipi Ana, didaratkan oleh bibir Novan dengan sangat lembut. “Jangan sedih ya kak!” Novan setengah berbisik ditelinga Ana.

Setelah beberapa saat mematung, Ana pun tersadar dari kebingungannya. Tanpa kata apapun dia langsung membuka pintu mobil Novan.

Melihat Ana yang seperti itu membuat Novan semakin menikmati untuk menggodanya.

Saat Ana sudah menutup kembali pintu mobil Novan, dia membuka kaca jendelanya. “Kak Ana besok ada waktu?”

Ana mengerutkan dahinya. Dia terlihat berpikir sejenak. “Besok aku ada kuliah pagi, nanti aku hubungi lagi yah.”

“Oke, aku tunggu kabar baiknya ya kak.” Novan pun mengangguk. 

“Iya makasih udah nganterin aku lagi ya Van,” jawab Ana. 

“No problem kak, aku juga senang ketemu kakak malam ini.” Dia pun menutup jendela mobilnya, menancap gas nya dan beranjak pergi. 

Jantung Ana masih berdegup sangat kencang. Meski dia kini sudah berada dikamarnya, kenangan tadi didalam mobil masih sangat terngiang. Ini kali pertama Ana merasakan hal ini selain pada Rico tentunya.

Sikap Novan mengingatkannya pada Rico di awal mereka pacaran. Menyadari hal itu membuat raut wajah Ana langsung berubah. ‘Apa dia begini karena belum mendapatkanku saja.

'Sama seperti Rico dulu,’ pikir Ana. Hatinya yang tadi dipenuhi dengan kupu-kupu, kini berubah seakan tercekik oleh sesuatu.

Untuk menepis rasa itu Ana mulai mencari Hp nya. ‘Ah sepertinya aku lupa untuk charge batrenya tadi.’

Kemudian dia menyalakan kembali Hp nya. Terlihat pesan dari Rico dan beberapa kali miss called dari nya.

Entah kenapa membaca hal itu membuat Ana merasa bersalah pada Rico. Dia merasa seperti telah berbuat curang dibelakang Rico.

Apalagi tadi Novan telah mencium pipinya dan fakta bahwa beberapa saat lalu Ana sangat senang bersama Novan. Membuat rasa bersalah Ana semakin besar terhadap Rico.

Malam itu hati Ana sangat berkecamuk. Penyesalan, rasa bersalah, rasa bahagia semua bercampur menjadi satu. “Van, sepertinya besok aku sibuk maaf yah.” 

Ana pun memutuskan untuk menjaga jarak kembali dengan Novan.

“Aku baru sampe rumah. Gapapa Ric, makan malamnya bisa kapan aja. Besok siang aku ke rumah mu yah,” tulis Ana pada Rico. Dia merasa harus meminta maaf secara langsung pada Rico. Dia bertekad akan mengakhiri kesalahpahamannya selama ini dengan Novan.

***

Saat terbangun, Rico membuka Hp nya dan melihat pesan dari Ana. “Syukurlah kalau kamu pulang dengan selamat. Hari ini samapi malam aku ada urusan, bagaimana kalau lusa aja kita ganti makan malammnya?” 

Beberapa saat kemudian Ana membalasnya, “Oke kalau gitu, take your time sayang.” 

Membaca pesan Ana yang kembali hangat padanya membuat Rico semakin senang. ‘Aneh, aku kira dia bakal makin marah.’ pikir Rico.

Namun dia tidak terlalu mau memusingkannya, yang penting kini Ana miliknya kembali lagi.

Setelah membaca balasan Rico membuat Ana sedikit kecewa.

Tak lama ada pesan masuk dari Novan yang berisi, “gapapa kak, aku juga mengajak kakak mendadak. Semangat ya kak jangan sedih lagi.”

Ana hanya membaca nya tanpa berniat untuk membalasnya sama sekali. Entah kenapa dia menjadi sangat khawatir kalau susatu saat Rico tau apa yang terjadi malam itu.

Maka dari itu Ana benar-benar berniat untuk menjaga jarak dengan Novan saat ini.

Mengetahui bahwa pesannya hanya dibaca saja membuat Novan sedikit murung. ‘Padahal tadi malam dia terlihat lebih menerimaku. Kenapa sekarang seperti menjauh kembali.’ 

Dia terus memikirkan apa mungkin tindakannya malam itu memang keterlaluan. ‘Bodoh sih lu Van. Kenapa harus mencium pipinya.’ sesal Novan dalam hatinya.

Hari itu Ana membuat dinding tinggi diantara dirinya dan Novan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status