Share

Bagian 10

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2021-12-04 12:45:04

Rombongan Kerajaan Arion tiba di Kerajaan Khaz tepat setelah matahari terbenam sempurna. Mereka segera memasuki aula utama. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para pangeran dari kerajaan lain yang telah datang lebih dulu. Tentu saja, Pangeran Heydar yang paling menjadi buah bibir mengingat kemampuan berpedangnya memang tersohor.

“Salam hormat kami kepada Raja Khamzad,” cetus Pangeran Ardavan sembari membungkukkan badan begitu mereka berada di hadapan Raja Khamzad, penguasa Kerajaan Khaz.

Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar turut membungkukkan badan di belakangnya. Putri Arezha melakukan penghormatan selayaknya seorang putri. Sementara seluruh kesatria dan pelayan yang mengiringi melakukan salam hormat dengan berlutut.

“Salam kepada para tamu agung dari Kerajaan Arion.” Hening sejenak. “Aku sudah mendengar dari Kheva bagaimana kalian menyelamatkannya dan Manvash. Kami atas nama Kerajaan Khaz mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.”

“Kami hanya melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan.” Pangeran Ardavan bersikap seolah tulus dan merendah, padahal dalam hatinya berharap menapatkan perhatian Raja Khamzad karena telah menolong putrinya.

Setelah berbasa-basi beberapa saat, Raja Khamzad memerintahkan kepala pelayan untuk mengantarkan para tamu agung itu ke kamar yang telah disiapkan. Kompetisi pedang memang baru akan diadakan besok pagi. Mereka sempat saling bertegur sapa dengan peserta kompetisi dari kerajaan lain sebelum meninggalkan aula utama Kerajaan Khaz.

***

“Gu-Gu-Gulzar, kenapa kamu di sini?”

Pangeran Fayruza tergagap saat menyadari Gulzar Heer ikut masuk ke kamarnya. Jubah yang hampir dilepas, dirapikan dengan terburu-buru. Tadinya, dia berniat langsung mandi karena tubuh sudah terasa lengket.

“Tentu saja hamba harus menjaga Anda semalaman agar bisa tidur dengan tenang tanpa gangguan, Pangeran. Pembunuh bayaran tadi bisa saja masih ada kawanannya yang berkeliaran,” sahut Gulzar Heer dengan penuh rasa hormat.

“Justru kalau kamu ada di sini aku tidak bisa tidur tenang, Gulzar!” jerit Pangeran Fayruza dalam hati.

Dia tahu tidak mungkin mengatakan alasan tersebut. Sang pangeran pun memutar otak. Senyumnya terkembang begitu menemukan ide cemerlang.

“Bukankah sebaiknya kamu menjaga Kak Arezha?”

Gulzar Heer menggeleng tegas.

“Hamba adalah kesatria Anda dan Putri Arezha juga sudah memiliki kesatria sendiri.”

Pangeran Fayruza menghela napas berat. Dia tahu jika Gulzar Heer sudah memasang wajah tegas, tidak akan bisa diganggu gugat. Tekad gadis itu sudah bulat. Pangeran Fayruza pun memutuskan untuk mandi saja. Paling tidak badan dan pikiran bisa menjadi lebih segar. Tentunya, dia terpaksa membawa serta pakaian, terlalu memalukan kalau harus menggantinya di depan Gulzar Heer.

“Ternyata, Anda mandi lama juga. Hampir saja saya membuka paksa pintu kamar mandi karena khawatir,” cetus Gulzar Heer begitu Pangeran Fayruza keluar dari kamar mandi.

“Jika kamu melakukannya, aku bisa pingsan karena malu,” jerit hati Pangeran Fayruza.

“Anda baik-baik saja, ‘kan?”

Pangeran Fayruza mendengkus. “Haruskah bersikap formal saat kita berdua saja?”

“Ah, maaf, Fay.” Gulzar Heer menatap langit gelap di luar. “Sudah larut malam, sebaiknya kamu segera beristirahat,” cetusnya sambil menutup jendela.

Pangeran Fayruza tak ingin berdebat, memilih untuk menurut saja. Dia segera berbaring di ranjang, lalu memejamkan mata, mencoba tidur, tetapi otak terus bekerja. Tubuh seketika memanas saat dirasakannya tangan kokoh merapikan selimut, juga menyentuh wajahnya dengan lembut.

“Tidurlah dengan nyaman, Fay,” bisik Gulzar Heer. Namun, dia segera berdiri tegap dengan pipi bersemu.

“Apa yang sudah kulakukan? Aku benar-benar gila! Beraninya menyentuh wajah Fay!’ Gulzar Heer mengomel sendiri dalam hati.

Sementara itu, sang pangeran berusaha keras menahan gejolak dalam dada. Pipinya terasa hangat dan jantung berdetak dengan kecepatan tinggi. Malam itu, sudah dapat dipastikan Pangeran Fayruza tidak akan bisa tidur dengan tenang.

***

Sinar mentari terasa hangat. Embun pagi masih menetes dari dedaunan. Cicit burung-burung kecil di pepohonan menambah semarak arena kompetisi. Pertandingan berpedang memang dilaksanakan di lokasi khusus. Kerajaan Khaz membangun arena kompetisi mewah dan kokoh di tengah hutan. Para penonton sudah berdesakan dan riuh.

Kompetisi akan dibagi ke dalam dua grup. Peserta pada masing-masing grup, akan duel untuk mendapatkan pemenang. Setelah itu, barulah akan diadakan pertandingan final antara pemenang dari kedua grup.

Saat wasit mengundi nama peserta yang akan dimasukkan ke dalam grup, kursi kehormatan telah diisi oleh raja dan para putri. Raja Khamzad duduk paling terdepan. Baris kedua ditempati Putri Kheva yang yang diapit oleh Putri Manvash dan Putri Arezha. Gulzar Heer berdiri tegap di belakang kursi Putri Arezha bersama Shirin. 

“Akhirnya, kakakku memiliki lelaki yang wajar untuk disukai,” goda Putri Manvash ketika menyadari sang kakak diam-diam melirik Pangeran Heydar.

“Berisik sekali kamu, Manvash!” gerutu Putri Kheva dengan pipi bersemu.

“Ya, kali ini, Kakak benar-benar menyukai lelaki normal bukan raja kejam seperti Raja Atashanoush dari Kerajaan Asytar.”

Telinga Putri Arezha langsung berdiri begitu mendengar nama raja yang terkenal dengan ketampanannya itu. Sementara itu, Shirin langsung gemetaran. Gulzar Heer menepuk pundaknya untuk menenangkan.

“Kamu tidak tahu betapa kuat dan hebatnya Raja Atashanoush.  Dia bisa membunuh belasan bozkou seorang diri.” Putri Kheva mendengkus. “Dan lagi, meski seumuran ayah, dia masih terlihat muda, juga tampan. Tidak pernah kulihat lelaki yang lebih tampan darinya."

Putri Kheva terus memuji-muji Raja Atashanoush. Namun, dia juga seolah menegaskan hanya sekedar mengagumi, tak berharap lebih karena konon katanya mendiang ratu Kerajaan Asytar begitu memesona. Kalau tak kuat hati, para lelaki bisa langsung gila saat melihatnya. Putri Manvash mendengarkan dengan ekspresi wajah malas.

Berbeda dengan Putri Arezha yang duduk di sisi kiri Putri Kheva. Matanya berbinar-binar. Ambisi untuk menyusup ke Kerajaan Asytar semakin menggebu. Dia mulai merencanakan berbagai taktik untuk merayu Delaram agar mengizinkan membawa Gulzar Heer pergi bersama.

“Pengundian telah selesai! Saya akan mengumumkan hasilnya!” Seruan wasit kompetisi mengalihkan perhatian para putri.

Lelaki berjanggut tebal itu membacakan pengumuman. Berdasarkan hasil pengundian, Pangeran Ardavan dan Pangeran Fayruza berada di grup pertama, sedangkan Pangeran Heydar di grup kedua. Sebenarnya, ada sedikit keanehan pada hasil undian tersebut, para pangeran dan kesatria yang memiliki kemampuan pedang tingkat tinggi berada di grup kedua.

Wasit mengangkat tangan dan berseru, “Kita akan memulai pertandingan pertama!”

Arena pertandingan menjadi riuh, para penonton saling memberi dukungan untuk pangeran atau kesatria yang dijagokan. Wasit kembali mengangkat tangan untuk menenangkan masa. Suasana seketika menjadi senyap.

“Pertandingan pertama ini akan sangat menarik, kita akan langsung  menyaksikan kompetisi dua bersaudara dari Kerajaan Arion, Pangeran Ardavan dengan Pangeran Fayruza!”

Sorak-sorai dan tepuk tangan bergemuruh. Kedua pangeran maju ke arena pertandingan. Wasit memasangkan gelang dari permata heez di tangan mereka. Permata ini memiliki fungsi untuk mengunci mana sehingga tidak bisa digunakan agar kompetisi murni untuk menilai kemampuan berpedang.

“Aku merasakan firasat buruk soal ini,” celetuk Putri Arezha, membuat Gulzar Heer mengepalkan jemari.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status