Share

Bagian 67

Pangeran Heydar tiba di ruang persembahan tepat saat matahari terbenam. Ghumaysa menyambutnya dengan senyum semringah. Dia meminta sang pangeran untuk duduk di atas altar, lalu memutar rubi yang menempel di dinding batu. Atap ruang persembahan berderak dan membuka perlahan. Purnama terlihat bersinar indah di hamparan hitam penuh kerlipan bintang.

“Kau siap, Heydar?” tanya Ghumaysa.

Dia telah memegang cawan berisi darah para korban. Pangeran Heydar mengangguk pelan meskipun hatinya digayuti keraguan. Aroma amis yang tercium dari cawan seolah meneriakkan kesakitan para korban persembahan.

“Baiklah, ritual pertama akan kumulai. Rasanya, mungkin sangat sakit, bertahanlah hingga purnama merah kembali menjadi putih.”

Pangeran Heydar mengerutkan kening. “Purnama merah?”

“Iya, Heydar. Ketika aku membaca mantra purnama di atas sana akan menjadi merah, dan nanti kembali putih jika ritual telah selesai.”

บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status