Beranda / Romansa / Kesayangan Tuan Elian / Bab 15 - Tentang "Dia"

Share

Bab 15 - Tentang "Dia"

Penulis: Pipin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-19 19:10:36

Rinjani terbangun di pagi hari dengan suara ketukan di pintu kamar. Ia segera melihat jam dinding, baru pukul 8 pagi. Rinjani bergegas membuka pintu, menerima sarapan yang diantarkan staf hotel.

Ia kembali ke kamar. Elian masih terbaring di kasurnya, tampak jauh lebih tenang, meskipun ia tidur telentang menghadap langit-langit.

"Tuan... sudah bangun. Ini sarapannya," sapa Rinjani lembut, meletakkan nampan sarapan di meja nakas di antara dua kasur.

Mendengar kata 'sarapan', Elian langsung tersentak. Ia menatap jam di pergelangan tangannya.

"Jam sembilan?! Rinjani, kenapa kamu tidak membangunkan aku lebih awal?!" teriaknya panik.

Ia melompat dari tempat tidur dengan mata lebar, mencari jas dan ponselnya. Pasti ada rapat penting pagi ini!

Saat akan berdiri, tubuhnya kembali terhuyung sedikit. Rinjani dengan refleks menahan tubuhnya, mencegah Elian jatuh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 18 - Menjadi Perisai

    Pukul sepuluh malam. Rinjani sedang menyiapkan kopi di ruang tamu suite ketika bel pintu berbunyi, memecah keheningan yang kaku.​"Saya cek dulu, Tuan," ujar Rinjani.​Saat pintu terbuka, seorang wanita elegan berdiri di sana. Blazer mahal dan rambut yang tertata sempurna membingkai wajah yang cantik, namun matanya memancarkan perhitungan sedingin es.​"Saya mencari Tuan Elian Baskara. Saya Erika," ucapnya dengan senyum ramah palsu. ​Rinjani menoleh. "Tuan, ada tamu. Nona Erika."​Elian seketika berdiri. "Malam, Erika," sapanya datar, setiap suku kata terasa berat dan kaku.​"Wah, Pak Elian Baskara. Kita bertemu lagi," Erika melangkah masuk tanpa permisi, mengabaikan kehadiran Rinjani. Matanya kemudian melirik sinis ke arah Rinjani yang berpakaian sederhana. "Siapa ini?Bisa kau tinggalkan kami?"​Rinjani yang sadar posisi segera menunduk. "Tuan, saya keluar dulu."​"Erika, ada apa?" Elian langsung ke inti, suar

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 17 - Perhatian Terselubung

    Rinjani mengangguk cepat. "Mengerti, Tuan."Ia segera berbalik dan pergi, sebelum Elian berubah pikiran.Rinjani berhasil meminjam motor matic dari hotel. Dengan rasa lega yang luar biasa, ia meluncur ke pasar tradisional. Begitu tiba di pasar, Rinjani seperti anak kecil yang baru dilepas di taman bermain."Wah, bagus sekali..." ucap Rinjani, matanya berbinar melihat banyak kerajinan lokal, kain tenun warna-warni, dan patung kayu yang unik.Ia mengeluarkan dompet yang diberikan Elian. Itu adalah uang saku khusus yang cukup besar. Rinjani menghitungnya, hampir lima juta rupiah."Kalau habis, gapapa ya? Kenapa banyak sekali ya?" Rinjani tertawa sendiri, memegang lembaran uang itu."Dia baik juga." Rinjani menyimpulkan bahwa di balik semua amarah dan kekejaman, Elian masih memiliki sisi kemurahan hati yang dingin.Rinjani kalap. Ia membeli beberapa kain batik, tas anyaman, dan pernak-pernik kecil. Ia juga membeli satu kemeja bat

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 16 - Pelepasan

    “Kamu menghancurkanku, Rinjani! Kamu selalu menghancurkan segalanya!” teriak Elian. Tangannya terangkat tinggi, urat-urat di pelipisnya menegang, wajahnya merah padam oleh amarah yang meledak tanpa kendali.Namun Rinjani tidak mundur.Di mata Elian, ia tidak lagi melihat seorang Tuan yang kejam dan dingin, melainkan seorang pria yang sedang berjuang mati-matian melawan kehancuran dirinya sendiri.Rinjani melangkah maju, memperpendek jarak di antara mereka.“Tuan Elian, hentikan.”Suaranya tegas, namun lembut—cukup untuk memutus raungan Elian yang bergetar.Ia berdiri tepat di hadapannya. Bahu kecilnya yang ringkih berhadapan langsung dengan amarah Elian yang eksplosif, tanpa perisai, tanpa perlindungan.“Silakan, Tuan. Tuangkan semuanya ke saya.”Elian menurunkan tangannya perlahan, terkejut oleh keberanian yang datang tanpa rasa takut itu.“Maksudmu?” desisnya.“Tuan marah pada Kirana. Marah p

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 15 - Tentang "Dia"

    Rinjani terbangun di pagi hari dengan suara ketukan di pintu kamar. Ia segera melihat jam dinding, baru pukul 8 pagi. Rinjani bergegas membuka pintu, menerima sarapan yang diantarkan staf hotel. Ia kembali ke kamar. Elian masih terbaring di kasurnya, tampak jauh lebih tenang, meskipun ia tidur telentang menghadap langit-langit. "Tuan... sudah bangun. Ini sarapannya," sapa Rinjani lembut, meletakkan nampan sarapan di meja nakas di antara dua kasur. Mendengar kata 'sarapan', Elian langsung tersentak. Ia menatap jam di pergelangan tangannya. "Jam sembilan?! Rinjani, kenapa kamu tidak membangunkan aku lebih awal?!" teriaknya panik. Ia melompat dari tempat tidur dengan mata lebar, mencari jas dan ponselnya. Pasti ada rapat penting pagi ini! Saat akan berdiri, tubuhnya kembali terhuyung sedikit. Rinjani dengan refleks menahan tubuhnya, mencegah Elian jatuh.

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 14 - Kecupan tak disengaja

    Setelah sesi pengobatan dan fashion show yang canggung, Rinjani membereskan barang Elian. Ia menaruh pakaian Elian di lemari dan meletakkan koper di sudut ruangan."Tuan, kamar saya di mana?" tanya Rinjani setelah selesai membereskan barang. Ia berasumsi, di suite penthouse ini, pasti ada kamar tidur terpisah untuknya."Di sini. Kamu tidak lihat, ada dua kasur."Ucap Elian tanpa menoleh, dan kembali ke laptopnya.Rinjani menatap sekeliling. Benar. Ada dua kasur ukuran queen yang terpisah oleh nakas kecil di tengah ruangan yang sama. Kamar ini memang disiapkan untuk satu keluarga atau dua kolega, bukan honeymoon. Rinjani merasa sedikit lega, tetapi juga tersinggung. Elian benar-benar ingin mengawasinya, bahkan saat tidur."Oh, baik, Tuan..." Rinjani berbisik, mengambil tempat duduk di karpet di bawah tempat tidurnya.Jam sudah pukul 9 malam. Elian masih sibuk dengan laptopnya, sementara Rinjani duduk diam. Ia sesekali mengintip ke arah Elia

  • Kesayangan Tuan Elian   Bab 13 - Hampir Saja

    Elian melajukan mobil dengan kecepatan tinggi setelah meninggalkan rumah Dian. Suasana di dalam mobil kembali tegang. Mereka telah melakukan perjalanan selama sekitar satu jam ketika tiba-tiba mobil melenceng tajam ke kanan. "Tuan!" teriak Rinjani karena mobil mereka hampir saja menghantam pembatas jalan. Beruntung, Elian dengan cepat menginjak rem. Mobil berhenti mendadak di bahu jalan. "Aku mengantuk sekali," gumam Elian, meletakkan dahinya di kemudi. Dia diam di sana, beberapa saat. Sudah satu jam mereka berjalan, dan Rinjani tetap tidak tahu arah tujuan mereka yang sesungguhnya. "Tuan, ingin istirahat sejenak?" tanya Rinjani hati-hati, tidak ingin memicu amarahnya lagi. "Ya. Aku tidak berniat mati muda," ucapnya. Elian menegakkan badannya, merogoh saku jasnya, dan menyerahkan dompet kulit tebalnya, lalu membuka kunci mobil. "Aku akan tidur sebentar," kata Elian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status