Share

Kesayangan Tuan Muda
Kesayangan Tuan Muda
Penulis: Areumagi

Bab 1 : Kota

Penulis: Areumagi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 19:00:10

Suara gedoran pintu terdengar begitu keras, sampai membuat penghuninya ketakutan hanya untuk sekedar membukanya.

"Buka pintunya!"

"Bu gimana ini? Pak Broto dateng pasti mau nagih utang Bu," ucap Lea ketakutan sembari memeluk adiknya.

"Kamu jaga Bima disini ya, biar Ibu yang keluar," ucap Nita, dia ibunya Lea yang sekarang menjadi kepala keluarga karena suaminya telah meninggal beberapa bulan yang lalu.

"Tapi Bu nanti kalau Pak Broto kasar gimana?"

"Udah kamu tenang saja ya," ucap Nita yang mengusap kepala kedua anaknya sebelum pergi untuk menemui Broto.

"Buka!"

"Kak aku takut," Bima ketakutan setiap kali Broto atau anak buahnya datang kerumah untuk menagih utang.

"Ada Kakak disini, kamu aman,"ucap Lea menenangkan.

Sebelum membuka pintu Nita menyiapkan diri untuk setiap makian yang akan dia dengar dari Broto.

"Buka!"

"Iya sebentar!"

Nita membuka pintu, benar jika Broto yang ada disini sekarang dengan raut wajah yang menyeramkan. Wajahnya terlihat keras.

"Bayar utang kamu!"

"Kasih saya waktu Pak, saya belum punya uang. Nanti kalau sudah ada uang saya akan bayar Pak," ucap Nita sembari menundukkan kepala.

Ia tak berani menatap Broto. Dia salah satu juragan terkaya dikampung ini banyak warga yang berurusan dengan dia karena membutuhkan uang.

Dan bahkan jika ada yang tak bisa membayar hutang, Broto selalu meminta satu anak dari mereka untuk dia jadikan pekerja atau bahkan istrinya.

Nita tak mau hal itu terjadi pada keluarganya, ia tak mau mengorbankan Lea atau bahkan Bima sekalipun. Disatu sisi dia juga bimbang bagaimana cara dia melunasi hutang yang ditinggalkan suaminya. Yang semakin hari semakin membengkak.

"Butuh berapa lama lagi saya harus menunggu?" Tanya Broto

"Kasih saya waktu satu bulan, saya akan bayar nanti," ucap Nita dengan gugup

"Satu bulan terlalu lama, saya kasih waktu dua Minggu kalau sampai kamu tidak membayar anak kamu yang akan saya ambil. Ngerti?"

"I-iya Pak," didalam hati Nita bertanya pada dirinya sendiri bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang untuk melunasi utangnya itu.

Usai Broto pergi, Nita kembali masuk ke dalam rumah. Ia melihat Lea yang masih setia memeluk Bima adiknya.

"Gimana Bu?" Tanya Lea, berdiri menghampiri Ibunya.

"Kita cuma dikasih waktu dua Minggu buat bayar utang Lea," ucap Nita sembari mengusap kepala Bima yang sedang memeluknya.

"Dapet uang darimana Bu?"

"Ibu juga nggak tau Lea," Lea menghela nafasnya dengan berat. Apa yang harus mereka lakukan sekarang, dalam dua Minggu uang dari mana bisa mereka dapatkan.

Itu hal yang mustahil.

"Lea,"

"Iya Bu," Nita sedikit ragu saat akan meneruskan kalimatnya. Terlihat dari wajahnya sekarang.

"Bagaimana kalau kamu ke kota, kamu cari kerja disana. Biar Ibu sama Bima disini, kalau Ibu yang pergi kasihan Bima dia masih butuh Ibu. Apa kamu mau Lea?" Nita melihat Lea dan Bima secara bergantian.

Sejujurnya ia tak tega harus mengatakan itu, tapi apa boleh buat tak ada cara lain untuk bisa segera membayar utang itu.

"Kalau Pak Broto atau anak buahnya datang terus berbuat kasar sama Ibu dan Bima gimana? Biar Lea jadi pesuruhnya Pak Broto aja Bu, Lea nggak apa-apa," ucap Lea dengan menunduk.

Plak!

Suara tamparan terdengar begitu nyaring, saat Nita menampar Lea untuk pertama kalinya. Membuat Lea dan Bima terkejut.

"Kenapa ibu nampar Lea?" Tanya Lea, mengusap pipinya yang terasa panas.

"Ibu tau kita miskin kita nggak punya uang, tapi ibu nggak mau kalau anak-anak ibu jadi pesuruh atau bahkan istrinya Broto. Ibu nggak akan pernah rela itu terjadi!" Ucap Nita sedikit meninggikan suaranya.

"Kamu pilih pergi ke kota bantu ibu, atau ibu akan jual diri untuk melunasi utang itu," ancam Nita.

"Ibu!" Lea berdiri dari tempatnya saat mendengar itu. Tak habis pikir ia dengan jalan keluar yang dipikirkan ibunya.

"Kamu pilih Lea. Ibu hanya bisa mengandalkan kamu disini, Ibu dan Bima akan baik-baik saja disini,"

Lea belum bisa menjawab pertanyaan yang sangat sulit ia jawab, ibaratkan seperti memilih antara hidup dan mati.

Ia melihat Bima dan Ibunya secara bergantian, disatu sisi ia tak tega jika harus meninggalkan mereka berdua tapi disatu sisi ia juga tak mau Pak Broto terus mengusik keluarganya.

"Kalau Kakak memang harus ke kota. Bima dukung kak, kakak jangan khawatir Bima sama Ibu akan baik-baik aja disini, dan Bima akan jagain Ibu," ucap Bima menggenggam tangan Lea untuk meyakinkan kakak perempuannya itu.

"Ibu juga akan bekerja keras disini Lea,"

Lea memejamkan matanya, sangat berat beban yang harus ia pikul sekarang.

Ia berusaha membuat dirinya tenang, sebelum menjawab. Sekali lagi ia melihat Ibu dan adiknya bahkan tanpa sengaja matanya melihat bingkai foto diatas meja.

Foto keluarga yang pertama kali mereka ambil saat itu dengan bantuan seorang mahasiswa yang datang ke kampung untuk melakukan penelitian kala itu.

"Kalau itu mau Ibu, Lea akan ke kota. Lea akan kerja keras disana dan secepatnya kirim uang ke Ibu," ucap Lea sembari tersenyum walau hatinya sakit.

Nita memeluk Lea dan Bima, "Maafin Ibu ya Lea Bima. Maaf karena kalian harus terlahir dikeluarga yang miskin ini," ucap Nita penuh sesal.

"Ibu nggak perlu minta maaf, kita sebagai anak juga nggak bisa memilih siapa orang tua kita. Ini semua takdir Bu,"

"Terimakasih Lea," Nita mengecup kepala Lea.

Ia beruntung setidaknya ia masih memiliki anak seperti Lea dan Bima yang tak pernah mengeluh dengan keadaan. Malah mereka bisa membantu dirinya untuk bertahan hidup.

Walau Lea harus putus sekolah, merelakan masa remajanya untuk membantu Nita bekerja diladang dan membiarkan Bima saja yang sekolah.

Sebuah keputusan besar terjadi dikeluarga kecil ini, hari itu juga Lea berangkat ke kota.

"Lea pergi ya Bu, Bima kakak titip Ibu ya. Sekolah yang pinter, bantu ibu disini. Kakak akan pulang secepatnya, dan kirim uang ke Ibu," ujar Lea

"Hati-hati kamu disana ya Nak. Ibu doakan kamu bisa cepet dapet kerja,"

"Iya Bu, amin. Lea pergi dulu ya," Lea memeluk Ibu dan adiknya sebelum ia menaiki bis yang akan membawanya ke kota. Dunia baru yang akan ia tempuh ada disana.

Lambaian tangan sebagai tanda perpisahan, ini hanya sementara dan Lea akan kembali lagi nanti.

"Tuhan, bantu aku dan keluargaku," gumam Lea.

Ia bahkan tak tau apa yang akan dia lakukan disana nantinya. Bagaimana ia tidur dan makan, apa dia akan segera mendapatkan pekerjaan saat yang ia bawa hanyalah ijazah SMP.

Tapi dengan keyakinan penuh dirinya pasti akan mendapatkan pekerjaan. 'Semangat Lea, kamu pasti bisa,' ucapnya dalam hati.

Waktu tempuh untuk ke kota cukup lama, sampai Lea tiba pada malam hari. Ia turun dari bis melihat ke sekelilingnya, banyak orang yang berlalu lalang diterminal.

"Haus, beli minum dulu disana," gumamnya berjalan ke arah penjual kaki lima.

"Bu, air minumnya satu. Ini uangnya," ucap Lea memberikan selembar uang pada Ibu itu

"Kamu dari kampung ya?" Tanya ibu itu.

"Iya Bu, baru aja sampe," Lea duduk sejenak disana.

"Hati-hati ya neng kalo di kota, pinter-pinter pilih orang nggak semua orang disini baik," ucap Ibu itu sebagai pengingat untuk Lea.

"Iya Bu makasih, saya permisi dulu," merasa puas telah beristirahat sejenak Lea meninggalkan terminal, ia berjalan sedikit lebih jauh dan nampaklah gemerlap lampu yang terpancar dari segala sudut jalanan yang ramai.

"Ini toh yang namanya kota, besar juga ya. Banyak lampunya, beda sama di kampung," kagum Lea saat melihat banyak benda yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ini sungguh sangat berbeda dengan di kampung, "Malam ini aku tidur dimana ya. Nggak mungkin kalau di pinggir jalankan," Lea celingukan mencari ide atau mungkin ada tempat yang bisa ia singgahi untuk bermalam.

Kruyukk!

Suara perutnya terdengar, "Aduh laper, makan dulu di warteg itu ah," Lea melihat kanan dan kiri sebelum menyebrang.

Baru beberapa langkah, sebuah mobil melaju cukup kencang dan cahaya lampu mobil itu menghalangi pandangan Lea membuat dia harus menutup mata.

Lea terpaku tak bisa bergerak, tubuhnya merespon dengan sangat lambat.

"Akhhh!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 40 : Bertengkar

    Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 39 : Ingatan

    Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 38 : Cara Bertahan Hidup

    “Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 37 : Apa Aku Sebodoh Itu?

    Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 36 : Karena Mereka Kembar

    “Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i

  • Kesayangan Tuan Muda    Bab 35 : Bodoh Karena Cinta

    Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status