"Lo yang bener dong, bersihin itu sekarang!" tegasnya kemudian meninggalkan Lea begitu saja.
Lea berdecak kesal, ia juga merasa beruntung karena Ken tak mengenalinya. Memang benar ya kata banyak orang jika sedang dalam keadaan mabuk dalam semalam semuanya hilang dalam ingatan yang tersisa hanyalah kepingan-kepingannya.Lea mulai membersihkan apa yang sudah ia kacau kan setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Bos menyebalkan itu."Bener kata Kak Kana kalo bos disini galak, udahlah nggak usah dipikir lanjut kerja aja," gumam Lea.Didalam kantor Ken sulit untuk melanjutkan pekerjaannya, ia seperti teringat sesuatu saat Lea tadi berteriak. Ia kemudian mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bisa memberikan jawaban tentang kejadian semalam."Pak Anton, tolong siapkan rekaman CCTV sejak kedatangan saya ke apartemen terutama lantai atas. Saya akan kesana setelah makan siang," ucap Ken to the point lalu menutup telfon itu tanpa mendengaHari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken."Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa t
Kana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji
Sebuah bar yang ada di hotel tersebut tampak ramai malam ini. "Kasih gue wiski," ucap Ken pada bartender yang ada disana."Kasih dia beer aja," ucap Rendra tiba-tiba membuat bartender tersebut bingung."Apaan sih Lo," Ken memutar bola matanya kesal."Mas, beer dua."Bartender tersebut menurut memberikan dua gelas beer pada Ken dan Rendra."Lo kenapa?""Gue nggak suka sama cewek kampung itu, tapi Kana minta dia tetep kerja di kantor. Gila, udah dicuci kali otaknya Kana sama cewek kampungan itu.""Awas ntar Lo suka sama dia.""Najis .... Ndra, apa dimasa lalu Sheila pernah berbuat sesuatu sama Kana?" tanya Ken hati-hati.Rendra melihat Ken dengan tatapan antara bingung, takut dan terkejut. "Emang Kana ngomong apa?""Dia bilang kalo Sheila nggak sebaik yang gue kira."Rendra menelan saliva nya dengan cepat, ia tak tau harus berkata apa tapi yang pasti, "Gue nggak tau apa-apa soa
Lea kembali ke kamarnya dengan langsung disambut heboh oleh Kana. "Kamu dari mana aja sih Lea aku cariin nggak ada?""Maaf Kak, habis lari tadi sama Pak Ken.""Ken? Nggak di apa-apa in kan kamu sama dia?" Lea tersenyum, "Enggak kok.""Baguslah kalo gitu, itu dimeja ada sarapan buat kamu.""Makasih Kak," saat Lea akan duduk tiba-tiba Kana menahan lengan Lea. "Ada apa kak?""Kakimu kenapa?""Ini tadi keseleo -" belum sempat Lea selesai berbicara Kana sudah memotong omongannya, "Pasti gara-gara Ken kan, bakal ku hajar tuh orang. Kamu tenang aja.""Enggak kak, bukan salahnya Pak Ken ini salahku Karna jalan nggak liat-liat tadi. Terus ini tadi dibeliin cream hangat sama pak Ken." Kana menghela nafasnya dengan cepat, "Yaudah kamu ganti baju dulu, terus sarapan, kakinya diobatin. Aku keluar dulu, baju kamu ada disana ya, aku tinggal dulu."Kana pergi dari kamar meninggalkan Lea sendirian, usai berganti baju dan mengisi
Didalam kamar Kana sudah ada Thea yang baru saja mengantarkan jus dan juga sepiring buah, sama seperti yang ia berikan pada Ken tadi."Boleh Mama tau kenapa kamu kemarin nggak pulang Kana?" tanya Thea sembari mengusap lembut tangan Kana."Aku nggak suka sama Ken, dia kemarin terlalu kasar sama Lea, Ma. Ken memperlakukan Lea seperti seorang budak dia bahkan nendang Lea."Thea menutup mulutnya setelah mendengar penuturan dari Kana. "Ditendang?""Iya, setelah Ken bilang kalo Lea dipecat. Lea memohon untuk jangan dipecat dengan pegang kaki Ken terus ditendang, aku ada dibalik pintu aku lihat semuanya. Tapi Rendra nahan aku untuk masuk, setelah itu karena menurutku Ken semakin gila aku masuk.""Kenapa dia jadi seperti itu?" gumam Thea, ia pikir Ken hanya berubah menjadi seorang yang mudah marah dan terpancing emosi dan sedikit tak bisa menjaga perkataannya tapi ternyata lebih dari itu bahkan dia sudah berani main tangan dengan perempuan."Ma, apa aku cerita ke Ken tentang yang sebenarnya te
Dengan nafas terengah-engah Lea memberikan jas itu pada Ken. "Ini pak jasnya.""Lama.""Iya maaf pak, tadi macet."Pintu diketuk dari luar menampakkan Tuan Simon Roderick kakek dari Ken. Walaupun beliau sudah berumur tapi jangan salah penampilannya masih gagah dan terlihat seperti anak muda. Ingat, umur hanyalah angka."Opa, udah Dateng?" Ken menjabat tangan Simon memeluknya sebentar. Simon menepuk bahu Ken, "Udah besar kamu sekarang, padahal dulu masih kecil.""Opa stop." Simon hanya mengangkat bahunya sekilas, pandangannya tertuju pada gadis yang berdiri didekat Rendra. "Dia siapa?""Di karyawan di kantor."Simon mendekati Lea. Lea membungkuk sebagai tanda hormat, "Selamat siang Tuan," sapanya setelah diberi tahu Rendra jika laki-laki ini adalah pendiri SM Grup tempat ia bekerja."Kamu tadi yang lari sambil bawa jas kan?""Iya Tuan.""Kamu cantik, mau jadi cucu menantu saya?""Opa? Stop! No jokes please" Ken memasang wajah malas lalu keluar ia tak suka dengan Kakeknya yang selalu me
***Mungkin awal dari semuanya akan dimulai dari sini. "Panggil Lea, suruh ke ruangan gue," ucap Ken pada Rendra melalui sambungan telefon.Tak butuh waktu lama Lea datang, "Iya Pak ada apa?""Tolong fotokopi ini, habis itu buatin gue kopi. Nggak pake lama ngerti!'"Iya Pak," untung saja Lea sudah diajari cara untuk memfotokopi waktu itu jika tidak akan gawat. Saat sedang memfotokopi Lea samar mendengar percakapan para karyawan yang kebetulan ada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. "Pak Ken itu udah nikah belum sih? Tapi katanya dulu punya pacar ya? Udah putus?""Nggak tau ya, mungkin aja secara Pak Ken itu galak nggak punya perasaan lagi. Serem juga mana ada cewek yang mau sama dia kalo gitu palingan juga suka karena harta.""Bener juga.""Mereka nggak ada kerjaan apa sampai ngomongin orang," gumam Lea. "Bukannya hal kayak gitu udah biasa ya terjadi di kantor, karyawan ngomongin bos dibelakang."Sontak Lea menoleh pada orang yang tiba-tiba ada didekatnya, ia tak mengenal siapa