Share

#5. Para Pembunuh

Penulis: azzurayna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-17 11:43:45

“Apakah tubuhmu memang seringan ini?”

“... Ya?” Serena mengernyit mendengar pertanyaan sang kakak. Namun, pada akhirnya, ia menyahut dengan sopan. “Mungkin kakak saja yang terlalu kuat.”

“Benarkah?” balas Roderick terdengar ragu, membuat Serena kembali menatap pria itu. “Lain kali, makanlah lebih banyak.”

Setelah diingat-ingat lagi, sebelum Cecillia, Roderick tidak pernah terlihat dekat dengan wanita lain. Apalagi bersentuhan. Mungkin karena itu sekarang pria bermata merah itu tampak tidak yakin.

Dan juga, bisa jadi Roderick tidak mengetahui kalau sekarang pria itu tengah memeluknya erat.

“Karena kakakku yang meminta, akan kulakukan,” ucap Serena. Gadis itu meringis. “Tapi, bisakah kakak melonggarkan pelukan kakak? Rasanya agak sesak.”

Tubuh Roderick kaku selama sepersekian detik, sebelum kemudian melonggarkan pelukannya.

“Maaf,” gumam pria besar itu. Suaranya dingin, tapi Serena bisa menangkap rasa bersalah Roderick.

Dan karenanya, Serena tertawa pelan, otomatis membuat Roderick mendelik padanya.

“Apa yang kau tertawakan?” desis Roderick dengan suara rendah penuh intimidasi.

Serena tahu Roderick tidak serius marah. Meski wajah dinginnya memang menakutkan. Asumsi serta pandangan Serena padanya telah berubah.

“Aku baru tahu kalau kakak laki-lakiku ternyata lucu,” goda gadis itu. “Pasti ini pertama kalinya kau menggendong perempuan, 'kan?”

“Tertawalah sepuasmu, lalu aku akan membuangmu dari atas sini.”

“Hei!” Lengan ramping Serena refleks merangkul erat leher Roderick, cukup satu kali dia jatuh. “Kakak!” pekiknya kesal.

Ketika Serena ketakutan akan dilempar betulan, Roderick justru terkekeh ringan.

Sesaat, Serena tertegun oleh tawa lembut tersebut. Sudut bibirnya tanpa sadar ikut tertarik ke atas, “Kakak, perbanyaklah tertawa, lesung pipimu sangat manis.”

Roderick seperti menerima sengatan listrik dari sentuhan jemari telunjuk Serena di sisi bibirnya.

Biasanya, dia akan merasa risih jika seseorang menyentuhnya seperti itu, tapi kali ini tidak. Entahlah, rasanya—manis?

Padahal, ketika sekumpulan para wanita berusaha melakukan kontak fisik dengannya, pasti Roderick kesal.

Konyol. Roderick kembali ke wajah datarnya.

“Jaga sikapmu. Banyak orang menonton kita dari bawah.” Pria itu kemudian memperingatkan dengan nada dinginnya yang biasa.

Baru pada saat itu, Serena tersadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Mata bundarnya lantas memandangi para tamu di aula.

Seketika pupilnya bergetar kala mendapati dua orang pemuda yang tidak asing dalam ingatannya, sedang berdiri di kejauhan.

Mereka adalah Zachery Waverly dan Lionel Silverlake.

Kedua pria tersebut turut menyiksanya di masa lalu bersama Roderick. Cara mereka lebih menyakitkan dan lebih sadis dibandingkan Roderick.

Tanpa sadar, tubuh Serena bergetar. Gadis itu ketakutan, trauma membayangi psikologisnya.

Roderick merasakan keanehan dari perubahan gestur tubuh Serena, bertanya, “Apa kau baik-baik saja?”

Kesadaran Serena tertarik kembali, ia ingin menjawab. Tetapi jawabannya terpaksa tertelan kembali ketika seruan penjaga pintu bergema.

“Keluarga Seraphine, memasuki ruangan!”

Sepasang mata boneka Serena terbelalak. Ketakutan yang tadi singgah di hatinya kini berganti pada gejolak kemarahan serta kebencian.

Ia menangkap sosok perempuan familier berambut pirang panjang yang terlihat bagaikan sekuntum mawar.

‘Cecillia!? Bukankah Seraphine terkenal netral dan tidak pernah terlibat dengan dunia kelas atas? Seharusnya begitu, sampai Cecillia debut 3 tahun lagi!’ pikir Serena dalam hati.

Mungkinkah ... karena dia kembali membawa perubahan? Kebangkitannya dari kematian mempengaruhi takdir sejumlah orang di sekitarnya! Pasti karena itu!

“Kau baik-baik saja? Tubuhmu bergetar,” tanya Roderick untuk kedua kalinya. Mereka telah sampai di aula perjamuan dan sontak menjadi pusat perhatian.

“A-aku baik-baik saja, Kakak!” ucap Serena kemudian. Jelas bohong.

Namun, Roderick tidak menekan gadis itu lebih lanjut. Dengan hati-hati, Roderick menurunkan Serena ke kursi rodanya.

Gadis itu bisa merasakan tatapan semua orang tengah tertuju padanya.

Serena menyesuaikan emosi dan kondisi tubuhnya dengan baik. Kemudian memandang semua orang, tak lupa menggantung senyuman menawan.

“Selamat malam, semuanya. Terima kasih atas waktu yang kalian sisihkan untuk hadir di sini.”

Roderick ingin mengawal Serena lebih lama mengingat tokoh utama di pesta ini adalah adiknya, sedangkan dia merupakan kakak laki-lakinya.

Sayangnya dia harus pergi berbincang bersama rekan bisnis lain.

Pria itu menepuk ringan kepala Serena, “Aku akan kembali nanti.”

“Um.”

Malam ini, Serena mengenakan gaun merah biasa tanpa lengan. Ada hiasan renda hitam di sekitar dada dan pinggang. Riasannya yang terbiasa tebal, kali ini dipoles ringan sehingga fitur wajahnya yang lembut, halus, dan indah sangat ditonjolkan.

Intinya, kecantikan alaminya bersinar keras hingga menutupi gadis lainnya.

Para gadis di belakang saling bergosip. Salah satunya mengutuk emosi, “Sial, benarkah gadis itu Serena Moonstone? Ke mana wajah badutnya yang biasa?”

“Benar! Padahal aku ke sini untuk mentertawakan wajahnya yang biasa dirias tebal itu.”

“Pakaiannya juga terlihat elegan. Ke mana gayanya yang norak itu?!”

“Eh, tapi … dia ternyata cantik juga ya.”

Serena diam-diam menajamkan indra pendengaran. Bisikan demi bisikan yang lebih banyak berisi gunjingan dan kekecewaan membuat gadis itu tersenyum.

Kali ini, dia tidak akan terganggu dan impulsif karena mulut seperti itu.

Di kehidupan pertama, dia adalah Ratu Antagonis penguasa sosialita kelas atas. Dua gadis yang berbisik di dekatnya adalah orang licik. Ia mengenali banyak wajah berakal bulus, dia harus menghindari mereka.

“Putriku, kau tampil sangat cantik malam ini. Para tuan muda saling berselisih untuk berbicara denganmu, apakah pesta ini terasa lebih semarak bagimu?” Guina berjalan mendekat dari sudut. Perempuan itu berhenti di dekat kursi roda, tersenyum aneh.

“Ya, Ibu. Saya suka pestanya, terima kasih.”

“Aku turut senang,” ujar Guina, suaranya merendah yang masih tetap bisa didengar mengingat para tamu berkumpul di sekitar mereka. “Namun, kenapa pakaian putriku begitu lusuh? Bukannya kamu suka semua barang mewah? Ataukah lemarimu kekurangan pakaian?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #30. Membuat Zac Percaya

    Serena menarik nafas penat, “Pikirkanlah lagi. Seandainya hanya pertemanan biasa, mengapa Tuan Gerk tidak memiliki perempuannya sendiri saat usianya sudah cukup di masa lalu?” Zachery terdiam. Kehilangan kata-kata untuk menjawab. Melihat bahwa celah baru saja terbuka. Serena semakin mempersempit kesempatan pria itu untuk menyangkal. “Ibumu sangat cantik, pria manapun tidak akan bisa menolak senyumannya. Aku berpikir, kemungkinan besar pamanmu terpikat. Saling mengembangkan perasaan satu sama lain dan berjanji akan menikah. Tepat setelah ibumu dibebaskan begitu melahirkan. Tetapi, naas, ayahmu ingkar janji. Dan masih menahan ibumu.”“ ... Lalu, ibumu berakhir membencimu karena kamu sangat mirip seperti ayahmu, sekaligus penyebab ibumu semakin tidak bisa melarikan diri. Karena itulah, pamanmu yang merawatmu sebab berpikir ada darah ibumu ditubuhmu. Ini akan masuk akal apabila dikaitkan dengan perubahan tiba-tiba sifat pamanmu setelah ibumu meninggal. Alasannya pasti karena pamanmu mer

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #29. Penyelidikan Serena

    “Bisakah aku melihat potret ibumu?” Sepasang alis tebal Zachery terangkat ke atas. Terlihat bingung karena permintaan tiba-tiba yang tak terduga sama sekali. Meskipun begitu, Zachery tidak keberatan kemudian merogoh saku celananya. Meraih benda pipih hitam lalu menunjukkan satu foto seorang perempuan muda sedang tersenyum. “Ini Ibukku. Ada apa?” “Aku ingin melihatnya saja. Ada sesuatu yang menggangguku dan ini berkaitan dengan mendiang ibumu.” Sosok perempuan dibalik layar ponsel tersebut sangat cantik. Memiliki kesan lembut dan baik hati. Senyumannya sangat polos, seperti cahaya putih yang bersih di antara dunia yang kotor. ‘Ah ... sekarang aku tahu mengapa Tuan Waverly terpikat. Ibunya terlalu cantik dan bersih.’ Walau fotonya diambil melalui kamera sederhana, sedikit buram. Tetapi kecantikannya tidak tertutupi sama sekali. Melalui foto itu, Serena berhasil menemukan sebuah jawaban. Tentang alasan kenapa Zachery di kehidupan pertama, sangat mudah terpikat oleh Cecillia. Al

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #28. Tuan Tua Gerk Datang

    Dua hari sesudahnya, mansion Moonstone kedatangan tamu penting tak terduga. Yakni Tuan Gerk, paman dari Zachery Waverly. Serena tidak menyangka pria tersebut akan datang dengan sendirinya. Pasti karena rencana pernikahan tiba-tiba dibatalkan.Iris berkata cemas dari tepi ranjang, “Nona, saya takut sesuatu terjadi kepada anda. Tuan Gerk ... beliau terlihat menakutkan!”“Benarkah? Seperti apa dia? Sudah tua?” Serangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Di kehidupan pertama, dia belum pernah melihat Tuan Gerk di dunia sosial. “Pria itu tidak pernah menunjukkan wajahnya.” Di tepi ranjang lain, Eve mencolek bahu Serena. Membuat gadis bersurai tinta itu terpaksa menoleh, “Apa?”«Beliau mirip dengan tuan muda Zac. Belum terlalu tua, beliau sangat tampan.»Iris diam-diam ikut mencuri pandang tulisan Eve. Berkata menimpali, “Benar ... rumor menyebutnya pria tua gendut dan jelek. Tapi beliau berbeda, usianya mungkin empat puluh tahunan.” Serena terkejut mendengar informasi mengejutkan tersebut.

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #27. Bersama Roderick

    Serena mengetuk pintu kamar Roderick. Memanggil setengah berseru, “Kakak!” “Masuklah.” Perempuan itu lantas membuka pintu setelah diberi izin. Langsung melenggang masuk. Pupil cerahnya memindai kamar minimalis Roderick. Seluruh barang tertata rapi dan simetris. Ini pertama kalinya Serena masuk, dia dibuat takjub. “Ada apa kemari malam-malam?” Roderick menutup laptopnya, berhenti bekerja. Lalu menaruhnya ke atas meja. “Duduklah.” Serena mengangguk. Berjalan kecil ke sisi Roderick, kemudian duduk di sana. Dia mengulurkan selembar kertas berisi catatan bahan yang diperlukan oleh Eve. “Kakak, aku ingin meminta tolong untuk mencarikan bahan-bahan ini.” “Ini dari Eve?” tanya Roderick skeptis. Tidak menyangka pelayan bisu yang dibawa adiknya ternyata berbakat. “Aku akan meminta Varrel mengurusnya besok,” ujarnya sembari melepas kacamata. “Ada satu lagi. Apakah kita jadi berlibur bersama besok minggu?” Gadis itu cemberut, bersandar pada punggung sofa. “Ibu bahkan memarahiku karena melo

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #26. Bertahan

    Eve menunjukkan buku tulisnya. «Saya bisa. Namun saya perlu mencatat bahannya dulu. Malam nanti sudah selesai.»Serena tertawa riang, pergi memeluk Eve dengan senang. “Oke! Aku akan menunggunya.” Terkesiap karena dipeluk secara mendadak, Eve hampir jatuh ke samping. Gadis 16 tahunan itu terlihat sedang dilanda krisis rumit. Ekspresi wajahnya tampak tidak nyaman dan bingung. Serena tidak terlalu memperhatikan perubahan lain dari Eve. Terlanjur berjalan pergi lebih awal. Meskipun dia berhasil. Eve belum bisa dipercaya sepenuhnya. Oleh sebab itu, dia perlu mencari ahli herbal lainnya. Untuk memeriksa hasil racikan Eve nanti. “Seharusnya dia tidak berani berbuat macam-macam setelah tahu pelayannya bersama Zac,” gumam Serena, kaki jenjangnya masih berjalan seraya melompat kecil memasuki mansion. “Huft, masalah lain sudah diselesaikan! Sekarang saatnya menyempurnakan rencana bisnisku!” “Serena!” Sang empu berhenti sesaat kemudian. Punggungnya refleks berdiri tegak. Dia berbalik, men

  • Kesempatan Kedua : Dimanja Tiga Penguasa   #25. Kerjasama Eve

    «Nona mencari saya? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?» Tulisan tangan baru saja Eve tunjukkan kepada Serena. Mengingat Eve masih bisu, dia menggunakan tulisan untuk berkomunikasi. Serena membacanya sebentar, lalu berkata ramah, “Benar sekali.” Ia berhenti, kemudian mendorong secangkir teh. “Duduklah dulu, minum teh ini. Katakan padaku apakah enak atau tidak? Aku meraciknya sendiri.” Eve melirik was-was terhadap Serena. Sebelum akhirnya bersedia duduk bersama majikannya. Lantas meminum teh, setelahnya menulis pujian untuk rasanya. Serena mengamati gerakan halus Eve. Untuk ukuran seorang budak, gerakannya halus dan rapi. Tidak seperti orang biasa. Beberapa hal bisa dipalsukan. Namun, bawaan alami gerak tubuh cukup sulit direkayasa. Sehingga Serena bisa menebak status Eve secara kasar. ‘Kemungkinan besar, dia pernah menjadi nona muda dari wilayah timur.’ Pikir Serena. Gadis itu tidak terburu-buru menangkap Eve. Melainkan dengan sengaja melambat. Cara ini bisa membuat lawan t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status