Share

4. Perasaan Bersyukur

"Nona Aria?"

James benar-benar terkejut saat dia masuk, pria itu bisa melihat nona mudanya yang biasanya berperilaku manis tengah melamun dengan ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak kecil. James khawatir karena semenjak bangun dari pingsannya, Ariana terus saja bersikap berbeda dari biasanya. Bahkan caranya memperlakukan sang kakek, jauh berbeda dari cara gadis itu berperilaku biasanya.

Untuk sementara waktu, James berniat untuk terus mengamati perubahan sikap Ariana dengan hati-hati. Bagaimanapun, Ariana merupakan satu-satunya pewaris keluarganya saat ini. Sedikit saja kecerobohan tidak bisa ditolerir lagi. James tidak ingin tuannya murka lagi, seperti saat pria itu mendengar kabar bahwa cucunya sampai bisa terjatuh ke dalam kolam dan pingsan selama beberapa hari.

"Nona Aria, saya sudah membawa makanan yang sebelumnya Nona minta. Karena Nona baru saja sadar, tolong maafkan saya karena hanya bisa menyiapkan makanan yang mudah dicerna untuk santapan Anda."

Ariana telah sadar dari lamunannya sejak James memanggil namanya. Gadis itu mengangguk kecil. Ariana membiarkan James menyiapkan makanan itu di depannya, sebelum gadis itu menyantapnya perlahan-lahan.

Kali ini, James kembali terkejut saat dia melihat Ariana makan dengan cara anggun yang belum pernah gadis itu tunjukan pada siapa pun. Walaupun Ariana merupakan cucu dari seorang Duke, karena orang tua gadis itu terlalu memanjakannya, cara Ariana makan selalu menyebabkan sang kakek menderita sakit kepala. Ariana biasanya hanya melakukan apa pun yang dia mau. Namun bukan hanya tidak mengeluh, gadis kecil itu tiba-tiba saja makan seperti dia sudah terbiasa dengan tata cara makan dalam hidangan kerajaan.

"James? Aku sudah selesai makan."

James ditangkap lengah saat pria itu tidak percaya bahwa dia bisa melamun ketika Ariana menyantap makanannya. James buru-buru minta maaf, sebelum membenahi semua hidangan dengan cepat dan sigap.

"James, apakah Kakek sudah pergi ke luar lagi?"

"Tidak, Nona Aria. Duke Andrew tengah berada di ruang kerjanya."

Kali ini, James dalam kondisi siap saat dia segera menjawab pertanyaan Ariana. Tidak biasanya Ariana mengajukan diri untuk bertanya di mana kakeknya berada. James menganggap ini sebagai kemajuan dalam hubungan kakek dan cucu, dan dia ikut senang dalam hal itu.

"Kalau begitu ... Bisakah kamu tanyakan pada Kakek apakah aku bisa menemuinya hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padanya," ujar Ariana memberi tahu. Setelah tekadnya sudah matang, Ariana tahu dia tidak lagi bisa membuang waktunya dengan bersantai ketika keluarganya terancam dalam bahaya. Dia ingin segera memulai pelatihannya, untuk membayar kemalasannya untuk belajar di masa lalu.

Senyum James penuh arti ketika dia mendengar ucapan Ariana. Hanya Tuhan yang tahu sejak kapan James menantikan hari ini datang. Dengan tuannya yang semakin tua, mereka semakin frustrasi untuk mendidik satu-satunya pewaris yang engan belajar dan selalu membuat masalah. Sejak kematian orang tuanya, Ariana terus saja menangis dan menolak untuk mengikuti pelajaran apa pun. Bahkan tuannya hampir menyerah untuk membujuk anak itu. Namun siapa sangka, hari ini malah gadis itu yang ingin bicara langsung pada kakeknya.

"Saya akan segera menyampaikan keinginan Nona Aria. Untuk sementara waktu, biarkan saya memanggil para pelayan untuk membantu Nona berganti pakaian."

Ariana mengangguk saat dia membiarkan para pelayan wanita untuk datang dan melayaninya. Walaupun di akhir hidupnya, Ariana tidak memiliki siapa pun untuk melayaninya, kebiasaan selalu dilayani sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari cara hidupnya. Gadis itu dengan patuh membiarkan para pelayan itu membasuh wajahnya, melepas pakaian tidurnya, lalu menggantinya dengan gaun indah dengan warna yang cantik.

Ketika Ariana menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, jejak kesedihan terlintas di mata gadis kecil itu. Demi seorang pria yang tega mengkhianatinya, Ariana telah membuang semua perawatan yang keluarganya berikan dengan hati-hati. Ariana bahkan tidak lagi ingat kapan terakhir kali dia memakai gaun yang indah di kehidupan terakhirnya. Dia hanya ingat para pelayan di kastil mencuri semua pakaian cantiknya, meninggalkan Ariana hanya dengan pakaian pelayan yang berhasil gadis itu temukan setelah dia merangkak keluar untuk mencari sisa makanan.

"Nona Aria, apa ada masalah?"

Melihat nona muda mereka tiba-tiba menangis setelah mereka mendandaninya, para pelayan wanita itu khawatir Ariana lagi-lagi tidak menyukai pakaian yang mereka pilihkan. Bagaimanapun, ini pertama kalinya Ariana dengan patuh mau dilayani oleh pelayan setelah kematian orang tuanya. Para pelayan wanita itu ingin melakukan yang terbaik demi nona muda mereka. Namun sepertinya, mereka telah melakukan kesalahan yang fatal saat ini.

Menghadapi kekhawatiran para pelayan, Ariana segara mengusap matanya sebelum menggeleng dengan yakin. "Aku baik-baik saja. Terima kasih karena telah membantuku untuk memilih pakaian yang sangat indah," ucapnya dengan nada lembut. Suara Ariana muda mengenai pelayan tepat di hatinya sampai mereka tanpa sadar terpukau dengan ucapan sederhana itu. Nona muda mereka berterima kasih. Siapa pun pasti akan senang, jika gadis manis yang rendah hati mau berterima kasih pada pelayan biasa seperti mereka.

"Nona Aria juga terlihat sangat cantik, itulah alasan mengapa gaun ini terlihat luar biasa saat dipakai oleh Nona Aria."

Perhatian Ariana tertuju pada pelayan yang terlihat paling muda dari seluruh pelayan yang ditugaskan untuk melayaninya. Menatap wajahnya, jejak keterkejutan tiba-tiba saja melintas di mata gadis itu. Ingatan Ariana tentang kehidupan sebelumnya masih sesegar kemarin sore. Ariana jelas ingat siapa pelayan muda itu.

Gadis yang penuh semangat itu merupakan salah satu pelayan yang tetap mengikutinya saat dia meninggalkan kediaman Duke untuk tinggal di kastil yang dekat dengan istana kerajaan. Setelah Ariana diracuni, hanya pelayan itulah yang terus melayaninya dan berusaha memohon pada pihak istana untuk menolong Ariana yang mudah sakit semenjak itu. Pada akhirnya, pelayan muda itu mati karena melindungi Ariana dari para pelayan yang mencoba membunuh gadis itu di hari mereka menjarah semua barang-barang milik Ariana. Di sanalah Ariana akhirnya tahu bahwa keluarga pelayan muda itu merupakan keturunan kesatria yang melayani keluarga Alison selama beberapa generasi. Gadis itu juga seharusnya menjadi seorang kesatria, jika saja peraturan kerajaan yang melarang seorang gadis menjadi kesatria tidak menghalangi semangat juang pelayan muda itu.

Masih jelas di ingatan Ariana, bagaimana pelayan mudah itu sekarat tepat di depan matanya. Sampai terakhir pelayan muda itu tetap tersenyum, dan minta maaf karena tidak bisa menjaga Ariana sampai nonanya itu mencapai kebahagiaan.

Melihat pelayan yang memiliki kesan kuat di dalam ingatannya secara langsung lagi, Ariana tidak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya untuk pelayan muda itu. Ariana maju beberapa langkah, untuk menyentuh dengan lembut tangan pelayan tersebut.

"Terima kasih, Valencia."

Pelayan muda itu, Valencia, benar-benar terkejut saat Ariana mengucapkan namanya dengan lancar. Pipi pelayan itu memerah malu, saat dia membalas ucapan Ariana dengan nada sedikit terbata-bata.

"Itu ... Sa, saya hanya menyampaikan kebenarannya, Nona Aria."

Ariana tersenyum. "Tetap saja, aku ingin berterima kasih padamu," ucapnya dengan suara lembut.

Seperti yang Ariana duga, tangan Valencia tampak kasar karena pelayan muda itu terus berlatih pedang secara diam-diam di kediaman keluarga Alison. Kemampuan berpedangnya saat pelayan itu berusaha melindungi Ariana hampir sama dengan pengawal kerajaan walaupun Valencia tidak pernah mendapat pengajaran yang benar tentang teknik berpedang. Bakat yang hebat seperti itu, rasanya sayang sekali jika tidak diasah dengan benar hanya karena Valencia merupakan seorang wanita.

Untuk membayar kebaikan pelayan itu di kehidupan sebelumnya, Ariana sudah bertekad untuk membantu Valencia menjadi kesatria seperti mimpi pelayan tersebut. Selama dia sudah layak untuk bekerja di kediamannya, Ariana berjanji akan mengangkat Valencia sebagai kesatria keluarga dan mengajarinya teknik berpedang yang benar.

Melihat pelayan yang lain, walaupun kesannya tidak sehebat Valencia, Ariana tahu bahwa mereka semua dipilih dengan teliti oleh kakeknya dan merupakan orang-orang yang setia pada keluarganya. Ariana tersenyum ramah saat menatap mereka semua. Di kehidupannya kali ini, dia tidak akan lagi membiarkan orang-orang seperti mereka menderita di bawah tanggung jawabnya.

"Aku memang belum mengenal semua pelayan yang ada di rumah ini. Namun aku selalu berterima kasih pada kalian yang selalu membantuku. Mungkin ini terkesan terlambat, tetapi terima kasih karena telah merawatku sampai saat ini."

Setelah Valencia, pelayan lain mulai percaya bahwa nona muda mereka tidak sombong dan dingin seperti yang dirumorkan oleh orang-orang. Mereka sangat senang bisa melayani nona muda yang cantik dan baik seperti Ariana. Masing-masing dari mereka mulai ikut berkenalan dengan Ariana, sampai ruangan gadis itu hanya diisi oleh suara perempuan yang mengobrol dengan asik untuk sementara waktu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kalo Aria bisa mewujudkan tujuannya, ini jadi kisah wanita2 hebat ya.. para ksatria wanita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status