Share

5. Menjadi Pewaris yang Layak

Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan.

"Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?"

"Masuklah."

Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup.

Melihat tingkah menggemaskan cucunya yang jarang terlihat, Andrew tidak bisa menahan senyuman kecil yang terbentuk di wajah tegasnya. Terlepas dari semua kenakalan yang gadis itu lakukan di masa lalu, Andrew sadar benar bahwa Ariana adalah satu-satunya cucu yang dia miliki. Hatinya tidak bisa membantu, tetapi merasa lembut saat dia melihat cucu manisnya itu bertingkah patuh dan manis di hadapannya. Namun senyum itu segera hilang, saat Andrew ingat dia tidak boleh terlihat terlalu memanjakan pewarisnya itu.

"Aria, mendekatlah ke arah Kakek."

Ariana dengan patuh mendekat dan berhenti tepat di sebelah sang kakek yang tengah duduk di kursi kerjanya. Matanya yang dulu hanya dipenuhi rasa takut, kini menatap Andrew dengan kasih sayang dan kekaguman yang tulus. Andrew membersihkan tenggorokannya saat dia tidak tahan melihat pemandangan itu. Dalam hati dia mengutuk, karena tiba-tiba saja tidak bisa terus mempertahankan tampilan kakek yang tegas di hadapan Ariana.

"James bilang ada sesuatu yang kamu ingin bicarakan dengan Kakek. Sebenarnya, sepenting apa pembicaraan itu sampai kamu harus berlarian di ruanganku saat kamu baru sadar begini?"

Ketika Andrew sudah sedikit menenangkan pikirannya, dia bertanya pada Ariana yang masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Wajah Ariana berubah serius saat dia mendengar pertanyaan kakeknya. Ini dia. Dia harus memantapkan jalannya sebagai pelindung keluarga Alison begitu dia bicara pada kakeknya.

"Kakek, aku ingin membatalkan pertunanganku dengan Putra Mahkota Emilio."

Andrew terlihat terkejut ketika permintaan pertama yang cucunya berikan malah permintaan mengejutkan semacam itu. Awalnya, Andrew berpikir bahwa Ariana akan datang untuk membicarakan masalah studinya yang telah gadis itu abaikan semenjak kematian orang tuanya. Namun tanpa disangka, Ariana malah membahas pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio.

"Jika aku menikah dengan Emilio di masa depan, aku harus meninggalkan wilayah ini dan hidup bersamanya di istana kerajaan. Aku menyukai tempat ini, aku tidak ingin berpisah dari tempat ini di masa depan."

Ariana sadar bahwa di mata orang-orang, dia hanyalah gadis kecil berusia dua belas tahun saat ini. Ariana tidak bisa menjabarkan alasannya dengan kalimat yang terlalu kompleks. Dia hanya bisa berpura-pura naif, dan memberikan alasan yang sedikit kekanak-kanakan.

"Bahkan jika kamu menikah dengan Putra Mahkota, kamu tetap menjadi Duchess yang bertanggung jawab untuk mengelola tempat ini. Kamu juga bisa datang kapan pun kamu mau. Tinggal di istana bukan berarti kamu akan selamanya terkurung di sana. Sebagai Duchess of Alison masa depan, memangnya siapa yang berani mengatur keinginanmu?"

"Walaupun begitu, aku tetap ingin memutuskan pertunangan itu, Kakek."

Rasanya, bibir Ariana gatal untuk mengatakan alasan yang sebenarnya pada sang kakek. Keluarganya benar-benar belum tahu, bahwa pangeran yang mereka dukung akan mengkhianati kesetiaan mereka di masa depan. Jika Ariana ingin menyelamatkan keluarganya, gadis itu tahu dia harus memutuskan hubungan pertunangan yang mengikat kedua keluarga terlebih dahulu. Ariana tidak akan membiarkan sang kakek tidak berdaya lagi karena status pertunangannya. Dan lebih dari apa pun, Ariana tidak sudi lagi bertunangan dengan seseorang yang menghabisi kekuasaan keluarganya.

Melihat raut keseriusan di wajah Ariana, alis Andrew tanpa sadar terajut saat dia memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Bahkan saat Ariana merajuk tentang orang tuanya, gadis itu tidak pernah terlihat sampai segigih ini. Andrew yakin pasti ada alasan yang lebih serius, sampai Ariana keras kepala tentang keinginannya kali ini.

Ketika Andrew mengingat kembali, Ariana juga jatuh ke kolam setelah gadis itu kembali dari kunjungannya ke istana. Wajah tua pria itu menghitam seperti arang, saat dia mulai curiga keinginan Ariana saat ini ada hubungannya dengan kejadian saat itu.

"Apa seseorang menggertakmu di istana?" tanya Andrew dengan suara serius. Namun Ariana dengan yakin menggeleng. "Dengan statusku sebagai pewaris utama keluarga Alison, siapa yang berani menggertakku, Kakek?" ujarnya balik bertanya. Namun Andrew tidak bisa dipuaskan begitu saja dengan jawaban Ariana. Memutuskan pertunangan berarti menyatakan pada keluarga kerajaan bahwa keluarga mereka tidak lagi mendukung putra mahkota untuk naik tahta sebagai seorang raja. Keputusan itu bisa menimbulkan perselisihan di antara mereka. Jadi selama Ariana belum bisa memberinya alasan yang bagus, Andrew tidak bisa menuruti perintah cucunya begitu saja kali ini.

Melihat dari ekspresi kakeknya, Ariana tahu dia gagal menggunakan teknik keras kepalanya kali ini. Gadis itu mengigit bibirnya kuat-kuat. Tidak peduli apa, Ariana harus memutuskan hubungannya dengan Emilio secepat mungkin. Ariana tidak bisa membiarkan perasaan menganggu rencananya. Semakin cepat hubungan pertunangannya dengan Emilio dibatalkan, semakin cepat juga Ariana bisa melanjutkan ke rencana yang berikutnya.

"Aku ingin menjadi seorang ahli pedang seperti orang-orang di keluarga kita, Kakek."

Andrew kembali tertarik saat Ariana mengungkapkan alasan lainnya. Kali ini, Andrew lebih bisa menerima alasan itu dibandingkan alasan yang sebelumnya Ariana berikan.

Sebagai calon ratu, Ariana memang didorong untuk mempelajari banyak hal namun dilarang melakukan hal-hal yang indentik dengan pekerjaan laki-laki. Salah satunya, termasuk larangan untuk belajar menggunakan pedang. Awalnya, Andrew memang menyesal karena tradisi melahirkan ahli pedang hebat di keluarganya harus berakhir hilang begitu saja. Namun menghadapi ketertarikan Ariana, pria itu terdiam untuk menimang segalanya dengan matang.

Jika Ariana benar-benar serius ingin menjadi seorang ahli berpedang di keluarga mereka, menjadi seorang ratu memang hanya akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjaga kekuatan mereka di bidang militer. Kekuatan mereka di bidag militer adalah kunci mengapa kerajaan bisa berkali-kali memenangkan perang. Keluarga Alison menerima gelar Duke karena kontribusi mereka yang luar biasa dalam bidang tersebut. Jika keluarga mereka tidak bisa menghasilkan ahli berpedang yang lain, bukankah itu sama artinya dengan keluarga mereka kehilangan martabatnya?

Memang banyak hal akan menjadi rintangan jika Andrew benar-benar mendukung cucunya untuk menjadi ahli pedang yang bertentangan dengan tradisi kerajaan. Namun lebih dari apa pun, keinginan Andrew hanyalah melihat bahwa tradisi berharga keluarga mereka bisa terus ada setelah kematiannya nanti.

"Ariana, kamu tahu bahwa perempuan yang memegang pedang masih menjadi hal yang tabu di kerajaan ini bukan? Belum lagi kamu juga ingin mundur dari posisimu sebagai tunangan putra mahkota. Jalanmu tidak akan mudah jika kamu memutuskan untuk memilih jalan ini."

Ariana tahu bahwa kakeknya akan lebih suka jika dia mau meneruskan ajaran keluarga mereka daripada patuh menjadi wanita yang patuh pada hukum-hukum kerajaan di dalam istana. Gadis itu tersenyum kecil, saat dia mengangguk dengan sangat yakin.

"Bisa belajar teknik pedang keluarga ini merupakan kehormatan yang lebih besar dari apa pun. Aku berjanji Kakek. Aku tidak akan menyesal dengan jalan yang kupilih, dan aku tidak akan membiarkan Kakek sampai menyesali keputusan ini."

Dihadapkan dengan nada percaya diri Ariana, Andrew tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tertawa lepas. Ini adalah cucu yang bisa dia banggakan. Dibandingkan menjadi gadis penakut yang senang mencari masalah, Andrew lebih suka Ariana yang berani, tetapi patuh seperti sekarang.

"Baiklah. Aku akan pegang janjimu itu Ariana. Besok, aku akan datang sendiri ke istana untuk bicara pada Raja Alexius tentang masalah ini. Mulai besok, bersiaplah untuk mengikuti pelajaran sekaligus berlatih pedang setelah semuanya selesai. Kakek akan pastikan kamu bekerja sangat keras untuk menguasai semuanya. Kamu harus menjadi orang yang kuat, jika ingin melawan orang-orang yang akan menentang keputusanmu."

Ariana lega karena kakeknya setuju dengan rencananya. Gadis itu tersenyum lebar. "Aku akan bekerja keras!" ujarnya dengan penuh semangat.

Bahkan jika dia harus bekerja keras sampai dia tidak bisa bernapas lagi, Ariana telah berjanji bahwa dia akan melindungi keluarganya dengan baik kali ini.

Andrew sendiri, dia menatap tidak berdaya cucunya yang terlihat seperti tumbuh dewasa dalam satu malam. Matanya tiba-tiba memancarkan cahaya aneh, ketika dia berusaha mencari penyebab perubahan drastis cucunya itu setelah dia kembali sadar.

"Ariana," panggil Andrew lagi. "Apa sesuatu terjadi sebelum kejadian ini?" lanjutnya saat dia tahu Ariana mendengarkannya. Ariana yang semula tampak lega langsung terdiam setelah dia mendengar pertanyaan kakeknya. Sesuatu yang terjadi. Ariana penasaran apakah itu terkait dengan keputusannya untuk melompat di kolam belakang.

Ketika diingatkan, Ariana juga sebenarnya penasaran dengan alasan dibalik kejadian yang samar-samar dia ingat dari kehidupan sebelumnya. Gadis itu mencoba mengumpulkan konsentrasinya untuk mengingat kejadian itu. Namun tidak peduli berapa keras Ariana mencoba mengingatnya, pikirannya serasa kosong tiap kali dia mencoba fokus mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.

Ariana terkejut. Dia baru sadar bahwa dia tidak bisa mengingat apa pun tentang kecelakaannya di kesempatan kedua ini.

"Aku ... Tidak bisa mengingatnya."

Kerutan di dahi Andrew semakin jelas saat dia mendengar jawaban jujur dari cucunya. Bukan hanya dia, Ariana juga tampak terkejut dengan temuan baru ini. Ariana tidak tahu bahwa jatuh ke kolam juga bisa mengacaukan ingatannya. Ariana mulai bertanya-tanya apakah ini efek samping dari perjalanan waktu yang dia lakukan, atau memang efek samping dari kecelakaan yang dia alami.

"Aku akan bicara pada dokter tentang masalah ini. Tidak perlu terlalu memikirkannya. Istirahatlah untuk hari ini."

Menyerahkan masalah ini pada gadis berusia dua belas tahun rasanya terlalu berlebihan. Andrew menghentikan lamunan Ariana, dan Ariana tahu kakeknya ingin menyudahi obrolan mereka untuk hari ini.

"Kalau begitu, sampai nanti Kakek!"

Dengan gaya khas anak kecilnya, Ariana berusaha tersenyum lalu tersenyum ketika dia keluar dari ruangan Andrew. Ariana tahu dia tidak boleh membuat kakeknya terlalu khawatir tentang masalah ini. Kakeknya sudah tidak muda lagi. Ariana berharap dia bisa secepatnya membahagiakan kakeknya dibandingkan membuatnya memikirkan banyak hal seperti saat ini.

Sebagai permulaan, Ariana mungkin harus mencari penyebab mengapa dia sampai melompat ke kolam belakang beberapa hari yang lalu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
mungkin gasie dia di dorong orang misterius? atau dia kayak terhipnotis gitu? ada sihir gak nih di jaman ini?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status