Share

8. Persiapan untuk Belajar

Penulis: Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 16:12:15

Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya.

"Eh, di mana kolamnya?"

Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu.

"Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."

Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih memilih bertanya langsung pada Valencia saja daripada berpura-pura ingin berjalan-jalan ke taman belakang bersama dengan Valencia. Ariana tidak pernah memerhatikan taman belakang semenjak dia pindah ke kediaman utama kakeknya. Namun dia ingat, dekorasi taman yang dia lihat saat ini merupakan dekorasi yang sama dengan taman yang dia ingat di kehidupan sebelumnya.

Tanpa diduga, taman indah yang menjadi tempat bermainnya di kehidupan sebelumnya merupakan hasil modifikasi sang Kakek setelah dia mengalami kecelakaan di tempat itu. Hati Ariana menghangat. Dia merasa benar-benar beruntung, bisa memiliki kakek yang sayang padanya walaupun penyampaiannya kadang sedikit kasar.

"Ariana."

Ariana baru saja memikirkan kakeknya, dan kakeknya benar-benar muncul di belakangnya. Pria dewasa itu menatap lama cucu satu-satunya yang dia miliki, sebelum dia bergerak maju untuk mengusap rambut Ariana sekali.

"Kamu suka tempat ini?" tanya pria itu. Ariana segera mengangguk. Di masa lalu, dia tidak pernah merasa cukup bersyukur hingga mengabaikan taman yang dibuat dengan hati-hati oleh sang Kakek khusus sebagai taman bermainnya.

Dihadapkan dengan senyuman senang dan wajah bahagia cucunya, hati Andrew akhirnya merasa sedikit lebih baik saat dia akhirnya sedikit melunakan ekspresi di wajahnya. Pandangannya beralih ke Valencia di saat selanjutnya. Ketegasannya kembali, saat dia bicara pada pelayan itu.

"Jangan tinggalkan Ariana untuk bermain sendirian lagi," perintah Andrew serius. Valencia segera membungkuk lalu menjawab, "Saya mengerti, Yang Mulia," ujar Valencia dengan sopan. Ariana merasa aneh saat dia melihat kakeknya menggunakan pakaian yang relatif lebih santai. Gadis itu tanpa sadar menatap kakeknya lama sekali, sampai tatapan itu menarik perhatian sang Kakek yang baru saja selesai bicara dengan Valencia.

"Apa Kakek sangat tampan? Kamu melihat Kakek sampai tidak berkedip sedikit pun," ujar Andrew setengah bercanda. Namun tanpa disangka Ariana benar-benar mengangguk untuk menanggapi gurauan kakeknya itu. "Kakek memang tampan," ujarnya tanpa malu-malu. Andrew benar-benar senang melihat cucunya tidak lagi menatapnya dengan tatapan benci atau rasa takut. Rasanya, Andrew benar-benar membentuk hubungan cucu dan kakek yang baik saat ini. Pria itu tertawa kecil, sebelum dia mengusak rambut Ariana lebih banyak kali ini.

"Dasar anak nakal, berani menggoda kakekmu seperti ini. Kakek akan melepaskannya untuk hari ini saja. Namun besok kamu sudah mulai belajar. Jangan harap Kakek akan lunak padamu hanya karena kamu mulai sering memuji Kakek seperti ini."

Sejak awal, Ariana memang tidak ingin siapa pun bersikap lunak padanya lagi. Ariana ingin dia terus ingat tentang kesalahannya di masa lalu. Diingatkan tentang wajah orang-orang yang mati karena keegoisannya, dan kehancuran yang terjadi karena kebodohannya.

"Aku akan belajar dengan giat!" ujar Ariana dengan sungguh-sungguh. Andrew mengangguk puas setelah mendengar jawaban itu. Namun seakan ingat sesuatu, dia segera menambahkan ucapannya pada Ariana.

"Lalu, kamu tidak diijinkan pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Keputusanmu untuk memutuskan pertunangan dengan Putra Mahkota pasti akan menjadi berita besar. Kakek juga tidak akan mengijinkan orang istana datang ke kediaman ini lagi. Sampai kamu siap untuk menghadapi orang-orang itu, kamu mungkin harus mengurung di tempat ini dan berlatih sekeras yang kamu bisa."

Jalan yang dipilih kakeknya merupakan jalan teraman yang bisa Ariana pikirkan. Kediaman Duke of Alison memiliki hak khusus di mana bahkan keluarga kerajaan tidak akan bisa memaksa masuk jika kepala keluarga tidak mengijinkannya. Ariana akan aman dari Ratu Melisa dan Emilio untuk sementara waktu. Gadis itu mengangguk, sama sekali tidak keberatan dengan pengaturan yang dibuat oleh kakeknya.

"Tidak apa-apa. Aku tahu Kakek mengatur semuanya demi kebaikanku," ujar Ariana dengan yakin.

***

Di malam hari, setelah Valencia memastikan bahwa Ariana terlelap dan mematikan cahaya yang ada di kamar besarnya, sepasang mata bercahaya kembali terbuka saat kamar besar itu akhirnya kosong juga. Seharian ini rasanya seperti mimpi bagi Ariana. Bukan hanya Ariana berhasil memperbaiki hubungannya dengan sang kakek, dia juga berhasil membujuk sang kakek setuju dengan keputusannya untuk memutuskan pertunangan yang telah mengikatnya sejak kecil. Ariana juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan Valencia ketika gadis itu masih sehat dan polos. Semuanya terasa begitu sempurna, sampai Ariana tidak ingin pergi tidur. Karena dia takut, di saat selanjutnya, semua kebahagiaan yang dia rasakan ini akan hilang begitu saja.

Ariana turun dari tempat tidur dengan susah payah. Dengan kaki kecilnya, Ariana berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil kotak besar yang dia sembunyikan dengan baik di tempat itu. Di kotak besar tersebut, tersimpan barang-barang peninggalan orang tuanya yang akan hilang di kemudian hari jika dia tidak mengubah jalan hidupnya. Seorang pelayan mengambil perhiasan yang dipilih khusus oleh ibunya, sementara yang lain membuang surat pemberian ayahnya seakan kertas tersebut hanya sampah tidak berguna.

Kali ini, kotak tersebut masih utuh dan tersimpan tersembunyi di lemari pakaiannya. Ariana membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Ketika gadis itu menemukan gambaran sederhana yang terselip dari berbagai barang yang ada di kotak tersebut. Ariana ingat dia membuatnya saat dia berusia lima tahun. Karena dia tanpa sengaja merusak lukisan keluarganya, Ariana mengganti lukisan tersebut dengan gambarannya sendiri. Ariana ingat ayahnya tersenyum saat dia menyerahkan gambarannya, sementara sang Ibu memujinya dengan sangat tulus. Mereka menggantung gambaran sederhana itu di ruang kerja ayahnya, dan menjadikannya sebagai lukisan baru keluarga mereka.

Ariana merasa matanya mulai berembun sementara pipinya mulai basah oleh air mata ketika dia mengingat kenangan manis itu. Ariana merasa sangat malu ketika gadis itu kembali mengingat dia bergantung pada pembunuh keluarganya di kehidupan yang lalu. Dia tersenyum pada pembunuh itu, dan bahkan rela disakiti demi seseorang yang menjadi dalang dari kehancuran keluarga besarnya.

"Kali ini akan berbeda ...."

Ariana bergumam pelan saat dia menatap gambar sederhana yang ada di salah satu tangannya.

"Bahkan jika aku harus mengorbankan seluruh hidupku, aku akan pastikan bahwa mereka mendapat balasan atas apa yang terjadi pada keluarga kita," janji Ariana saat kembali menyimpan foto berharga tersebut ke tempatnya lagi. Jejak kepolosan seorang anak menghilang saat Ariana termenung di ruangan yang gelap. Rasa cinta yang masih tersisa untuk Emilio, Ariana berjanji dia akan membuangnya mulai saat ini.

"Keluarga kita akan bertahan. Bahkan jika aku tidak akan bertahan dalam prosesnya, aku berjanji keluarga ini tidak akan hancur di tanganku, Mama, Papa. Karena itu ... Tolong ijinkan aku hidup lebih lama lagi. Ijinkan aku menebus kesalahanku terlebih dahulu, sebelum menemui kalian seperti rencana awalku," ujar Ariana dengan sungguh-sungguh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status