Share

8. Persiapan untuk Belajar

Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya.

"Eh, di mana kolamnya?"

Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu.

"Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."

Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih memilih bertanya langsung pada Valencia saja daripada berpura-pura ingin berjalan-jalan ke taman belakang bersama dengan Valencia. Ariana tidak pernah memerhatikan taman belakang semenjak dia pindah ke kediaman utama kakeknya. Namun dia ingat, dekorasi taman yang dia lihat saat ini merupakan dekorasi yang sama dengan taman yang dia ingat di kehidupan sebelumnya.

Tanpa diduga, taman indah yang menjadi tempat bermainnya di kehidupan sebelumnya merupakan hasil modifikasi sang Kakek setelah dia mengalami kecelakaan di tempat itu. Hati Ariana menghangat. Dia merasa benar-benar beruntung, bisa memiliki kakek yang sayang padanya walaupun penyampaiannya kadang sedikit kasar.

"Ariana."

Ariana baru saja memikirkan kakeknya, dan kakeknya benar-benar muncul di belakangnya. Pria dewasa itu menatap lama cucu satu-satunya yang dia miliki, sebelum dia bergerak maju untuk mengusap rambut Ariana sekali.

"Kamu suka tempat ini?" tanya pria itu. Ariana segera mengangguk. Di masa lalu, dia tidak pernah merasa cukup bersyukur hingga mengabaikan taman yang dibuat dengan hati-hati oleh sang Kakek khusus sebagai taman bermainnya.

Dihadapkan dengan senyuman senang dan wajah bahagia cucunya, hati Andrew akhirnya merasa sedikit lebih baik saat dia akhirnya sedikit melunakan ekspresi di wajahnya. Pandangannya beralih ke Valencia di saat selanjutnya. Ketegasannya kembali, saat dia bicara pada pelayan itu.

"Jangan tinggalkan Ariana untuk bermain sendirian lagi," perintah Andrew serius. Valencia segera membungkuk lalu menjawab, "Saya mengerti, Yang Mulia," ujar Valencia dengan sopan. Ariana merasa aneh saat dia melihat kakeknya menggunakan pakaian yang relatif lebih santai. Gadis itu tanpa sadar menatap kakeknya lama sekali, sampai tatapan itu menarik perhatian sang Kakek yang baru saja selesai bicara dengan Valencia.

"Apa Kakek sangat tampan? Kamu melihat Kakek sampai tidak berkedip sedikit pun," ujar Andrew setengah bercanda. Namun tanpa disangka Ariana benar-benar mengangguk untuk menanggapi gurauan kakeknya itu. "Kakek memang tampan," ujarnya tanpa malu-malu. Andrew benar-benar senang melihat cucunya tidak lagi menatapnya dengan tatapan benci atau rasa takut. Rasanya, Andrew benar-benar membentuk hubungan cucu dan kakek yang baik saat ini. Pria itu tertawa kecil, sebelum dia mengusak rambut Ariana lebih banyak kali ini.

"Dasar anak nakal, berani menggoda kakekmu seperti ini. Kakek akan melepaskannya untuk hari ini saja. Namun besok kamu sudah mulai belajar. Jangan harap Kakek akan lunak padamu hanya karena kamu mulai sering memuji Kakek seperti ini."

Sejak awal, Ariana memang tidak ingin siapa pun bersikap lunak padanya lagi. Ariana ingin dia terus ingat tentang kesalahannya di masa lalu. Diingatkan tentang wajah orang-orang yang mati karena keegoisannya, dan kehancuran yang terjadi karena kebodohannya.

"Aku akan belajar dengan giat!" ujar Ariana dengan sungguh-sungguh. Andrew mengangguk puas setelah mendengar jawaban itu. Namun seakan ingat sesuatu, dia segera menambahkan ucapannya pada Ariana.

"Lalu, kamu tidak diijinkan pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Keputusanmu untuk memutuskan pertunangan dengan Putra Mahkota pasti akan menjadi berita besar. Kakek juga tidak akan mengijinkan orang istana datang ke kediaman ini lagi. Sampai kamu siap untuk menghadapi orang-orang itu, kamu mungkin harus mengurung di tempat ini dan berlatih sekeras yang kamu bisa."

Jalan yang dipilih kakeknya merupakan jalan teraman yang bisa Ariana pikirkan. Kediaman Duke of Alison memiliki hak khusus di mana bahkan keluarga kerajaan tidak akan bisa memaksa masuk jika kepala keluarga tidak mengijinkannya. Ariana akan aman dari Ratu Melisa dan Emilio untuk sementara waktu. Gadis itu mengangguk, sama sekali tidak keberatan dengan pengaturan yang dibuat oleh kakeknya.

"Tidak apa-apa. Aku tahu Kakek mengatur semuanya demi kebaikanku," ujar Ariana dengan yakin.

***

Di malam hari, setelah Valencia memastikan bahwa Ariana terlelap dan mematikan cahaya yang ada di kamar besarnya, sepasang mata bercahaya kembali terbuka saat kamar besar itu akhirnya kosong juga. Seharian ini rasanya seperti mimpi bagi Ariana. Bukan hanya Ariana berhasil memperbaiki hubungannya dengan sang kakek, dia juga berhasil membujuk sang kakek setuju dengan keputusannya untuk memutuskan pertunangan yang telah mengikatnya sejak kecil. Ariana juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan Valencia ketika gadis itu masih sehat dan polos. Semuanya terasa begitu sempurna, sampai Ariana tidak ingin pergi tidur. Karena dia takut, di saat selanjutnya, semua kebahagiaan yang dia rasakan ini akan hilang begitu saja.

Ariana turun dari tempat tidur dengan susah payah. Dengan kaki kecilnya, Ariana berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil kotak besar yang dia sembunyikan dengan baik di tempat itu. Di kotak besar tersebut, tersimpan barang-barang peninggalan orang tuanya yang akan hilang di kemudian hari jika dia tidak mengubah jalan hidupnya. Seorang pelayan mengambil perhiasan yang dipilih khusus oleh ibunya, sementara yang lain membuang surat pemberian ayahnya seakan kertas tersebut hanya sampah tidak berguna.

Kali ini, kotak tersebut masih utuh dan tersimpan tersembunyi di lemari pakaiannya. Ariana membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Ketika gadis itu menemukan gambaran sederhana yang terselip dari berbagai barang yang ada di kotak tersebut. Ariana ingat dia membuatnya saat dia berusia lima tahun. Karena dia tanpa sengaja merusak lukisan keluarganya, Ariana mengganti lukisan tersebut dengan gambarannya sendiri. Ariana ingat ayahnya tersenyum saat dia menyerahkan gambarannya, sementara sang Ibu memujinya dengan sangat tulus. Mereka menggantung gambaran sederhana itu di ruang kerja ayahnya, dan menjadikannya sebagai lukisan baru keluarga mereka.

Ariana merasa matanya mulai berembun sementara pipinya mulai basah oleh air mata ketika dia mengingat kenangan manis itu. Ariana merasa sangat malu ketika gadis itu kembali mengingat dia bergantung pada pembunuh keluarganya di kehidupan yang lalu. Dia tersenyum pada pembunuh itu, dan bahkan rela disakiti demi seseorang yang menjadi dalang dari kehancuran keluarga besarnya.

"Kali ini akan berbeda ...."

Ariana bergumam pelan saat dia menatap gambar sederhana yang ada di salah satu tangannya.

"Bahkan jika aku harus mengorbankan seluruh hidupku, aku akan pastikan bahwa mereka mendapat balasan atas apa yang terjadi pada keluarga kita," janji Ariana saat kembali menyimpan foto berharga tersebut ke tempatnya lagi. Jejak kepolosan seorang anak menghilang saat Ariana termenung di ruangan yang gelap. Rasa cinta yang masih tersisa untuk Emilio, Ariana berjanji dia akan membuangnya mulai saat ini.

"Keluarga kita akan bertahan. Bahkan jika aku tidak akan bertahan dalam prosesnya, aku berjanji keluarga ini tidak akan hancur di tanganku, Mama, Papa. Karena itu ... Tolong ijinkan aku hidup lebih lama lagi. Ijinkan aku menebus kesalahanku terlebih dahulu, sebelum menemui kalian seperti rencana awalku," ujar Ariana dengan sungguh-sungguh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status