Share

9. Kunjungan Mendadak ke Istana

Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana.

Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebagai cucu satu-satunya orang berkuasa seperti dirinya.

Ketika Andrew selesai menyelimuti cucunya dengan hati-hati, pria itu menarik kotak yang semula Ariana pegang dengan erat untuk dia buka secara diam-diam. Tatapannya semakin menyendu, saat dia melihat berbagai jenis barang dan gambaran anak kecil tersimpan dengan baik di dalam kotak tersebut.

Di masa lalu, Andrew selalu mengecam putranya karena memanjakan Ariana dan membiarkan gadis itu bertindak sesukanya. Namun ketika dia melihat gambar-gambar sederhana yang tersimpan dalam kotak tersebut, dia tahu alasan utama mengapa putranya sampai bertindak demikian. Tidak ada yang paling membahagiakan bagi orang tua selain kebahagiaan anak mereka sendiri. Ariana selalu menggambarkan keluarganya dengan bahagia di setiap gambarnya. Senyum gadis itu bisa terlihat dalam setiap goresan. Senyum yang tidak lagi muncul, semenjak orang tuanya dinyatakan meninggal dan Andrew hanya tahu bagaimana cara membesarkan seseorang untuk menjadi pewarisnya di masa depan.

Padahal putra dan menantunya selalu membesarkan Ariana dengan penuh cinta. Namun bersamanya, Ariana hanya terus merasakan siksaan sampai senyumnya tidak pernah terlihat lagi. Ariana bertindak nakal karena gadis itu tersesat dalam urusan politik yang seharusnya tidak menjadi tanggung jawab dari gadis semuda Ariana. Namun bahkan jika Ariana terus-menerus meneriakan permohonan pertolongan di masa lalu, Andrew hanya menganggap Ariana nakal karena gadis itu tidak pernah diajari dengan baik oleh orang tuanya.

Andrew telah gagal merawat anaknya. Dan kini, dia hampir saja gagal merawat satu-satunya cucu yang dia miliki.

"Maafkan Kakek, Aria ...."

Dengan suara pelan, Andrew memanggil Ariana dengan nama panggilannya. Dalam hati Andrew berpikir. Jika Ariana tidak jatuh ke kolam beberapa hari yang lalu, apakah dia tetap akan menutup mata pada penderitaan cucunya? Jika Ariana tidak berinisiatif berubah dan bicara padanya, apakah dia akan memerhatikan detail kecil perubahan sikap pada cucunya seperti sekarang? Andrew tidak yakin. Dia tidak pernah menjadi orang tua yang baik di masa lalu.

"Hah."

Ketika Andrew membuang napas panjang, tangan pria itu bergerak untuk mengusap rambut cucunya dengan lembut. Mungkin sedikit terlambat baginya untuk menebus kesalahan yang dia lakukan selama ini. Namun di masa depan, Andrew berjanji dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Jika cucunya memang tidak menyukai putra mahkota, maka jangan biarkan pertunangan mereka tetap berlanjut. Bahkan jika Ariana tidak mengajukan diri untuk menjadi ahli pedang seperti para pendahulunya, Andrew yakin dia bisa menemukan cara lain untuk membuat cucunya bisa dengan aman mewarisi gelar Duchess. Apa pun yang membuat Ariana bahagia, Andrew berjanji dia akan mengusahakannya selama keinginan Ariana memang masih bisa dia kabulkan.

"James."

"Saya di sini, Tuan."

Seperti yang diharapkan dari mantan pembunuh, James muncul dengan cepat ketika Andrew memanggilnya dengan suara pelan. Andrew menarik tangannya kembali saat  James telah muncul di dekatnya. Pria itu bangkit dari posisi duduknya, menyimpan kotak milik Ariana di lemari asalnya, sebelum menatap James yang masih setia menunggu perintah selanjutnya.

"Jaga dia dengan baik. Aku akan pergi ke istana saat ini juga."

Tidak ada jejak keterkejutan saat James mendengar keputusan Andrew. "Saya mengerti. Semoga Tuan mendapatkan perjalanan yang aman," ujarnya sambil sedikit menunduk. Andrew pergi keluar setelah dia puas menatapi Ariana yang tengah terlelap. Ketika Andrew melewati pintu, bayangan lain melintas dan berhenti tepat di belakang Andrew.

"Tuan, kereta kudanya telah siap untuk pergi."

Jimmy, anak James yang senang bersembunyi di balik bayang-bayang seperti ayahnya muncul dan langsung melapor pada tuannya dengan patuh. Andrew mengangguk mengerti setelah dia menerima laporan tersebut. "Kita pergi sekarang," ujarnya yang segera dibalas oleh pria muda itu.

"Saya mengeri, Tuan!"

***

Di lorong istana yang luas, Andrew berjalan dengan tenang walaupun hampir seluruh perhatian tertuju padanya. Sebagai seorang Duke, terutama gelarnya sebagai Duke of Alison, Andrew tidak memerlukan ijin siapa pun untuk memasuki istana sesuka hatinya. Namun sejak dia yang mengambil posisi sebagai Duke, Andrew hampir tidak pernah datang ke istana jika tidak ada urusan yang penting. Andrew bukan tipe pria yang senang dengan keramaian. Dibadingkan terlihat dengan orang-orang menyusahkan yang senang berkeliaran di sekitar istana, Andrew lebih suka mengunjungi wilayah kekuasaannya untuk membereskan masalah yang mungkin terjadi di sana. Mungkin hal itu juga, yang menyebabkan wilayah Alison terkenal sebagai tempat paling makmur di seluruh kerajaan.

Dari kejauhan, penjaga istana raja sudah bersiaga saat sosok Andrew perlahan-lahan mendekatinya. Hampir tidak ada yang tidak mengagumi Andrew karena bakat berpedangnya. Bahkan untuk pengawal pribadi raja, mereka tidak akan bisa menahan perasaan antusias mereka saat Duke of Alison yang asli ada tepat di hadapan mereka.

"Tolong katakan bahwa Duke of Alison datang untuk menghadap Baginda Raja."

Mengabaikan tatapan kekaguman yang terus-menerus diarahkan padanya, Andrew segera memberi penjaga istana tersebut sebuah perintah. Salah satu dari mereka segera memberi hormat lalu masuk ke ruang kerja raja untuk memberi tahu pengumuman itu. Penjaga tersebut keluar tidak lama kemudian. Pria tersebut kembali ke tempatnya, sebelum mengumumkan kedatangan Andrew secara resmi.

"Duke of Alison telah tiba!"

Penjaga istana membantu untuk membuka pintu saat Andrew melangkah dengan pasti ke dalam ruangan. Di belakang meja besar, duduk seorang pria berusia tiga puluhan yang ikut bangkit dari posisi duduknya saat dia melihat Andrew. Pria tersebut merupakan Raja Alexius dari Kerajaan Sigmund. Seseorang yang seharusnya menjadi ayah mertua dari Ariana di masa depan.

"Andrew mengucapkan salam pada Baginda Raja."

Dengan sikap hormat, Andrew sedikit membungkuk di hadapan Alexius. Namun penghormatannya tidak bertahan lama karena Alexius sendiri yang segera membantunya untuk kembali berdiri tegak. "Kita ini sudah seperti keluarga. Tidak perlu bagimu untuk memberiku penghormatan seperti ini," ujarnya memberi tahu.

Setelah Andrew diijinkan untuk duduk, dia tidak serta merta segera mengatakan alasan kedatangannya pada Alexius. Andrew membiarkan Alexius terlebih dahulu menyiapkan teh dan camilan untuk mereka, lalu menunggu agar raja tersebut menjadi orang pertama yang membuka topik pembicaraan.

"Sebenarnya, aku benar-benar senang karena kamu bersedia mengunjungiku hari ini. Sejak Ariana dikabarkan jatuh dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari, aku benar-benar tidak bisa berhenti khawatir sepanjang hari. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia sudah baik-baik saja?"

Andrew tersenyum sopan walaupun senyuman itu sendiri tidak sampai pada matanya. "Ariana memang sudah sadar, Baginda. Namun dokter mengatakan bahwa kepalanya terluka cukup parah hingga dia kehilangan ingatannya tentang apa yang terjadi pada saat itu. Ariana juga menunjukan tanda-tanda bahwa dia tidak bersikap normal setelah sadar dari pingsannya. Dia melakukan banyak hal aneh, dan telah menyebabkan banyak masalah bagi Duke ini."

Wajah Raja Alexius langsung berubah saat dia mendengar laporan itu. "Apa yang dokter katakan tentang itu? Haruskah aku mencari dokter terbaik untuk memeriksanya? Ariana itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Bagaimana bisa aku membiarkannya terluka saat aku masih bisa melindunginya?"

"Dokter kerajaan sudah mengatakan bahwa menyembuhkan Ariana secara total sudah tidak mungkin lagi. Bagian otaknya terkena benturan secara langsung. Yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah mengabulkan segala keinginannya agar dia setidaknya bisa bahagia dengan kondisinya yang sekarang."

"Keinginan itu, apa keinginan Ariana?" tanya raja dengan antusias. Andrew menatap lama Alexius, sebelum dia tetap bicara dengan suara tidak berdaya.

"Dia bersikeras ingin mengikuti jejak kakeknya dan menjadi seorang Alison sejati. Dia terus saja mengabaikan kelas lainnya, dan terus-menerus lari ke lapangan latihan untuk diam-diam mencuri pedang."

Antusias di wajah Alexius segera hilang setelah Andrew menjawab pertanyaan itu. Keduanya saling menatap tanpa mau bicara. Namun dalam hati, Andrew sudah tahu Alexius mengerti arah pembicaraan mereka. Ariana tidak berlaku normal dan mulai mengabaikan tanggung jawabnya sebagai  seorang calon ratu. Bukan hanya itu, Ariana juga melanggar tabu kerajaan dan terus saja berusaha memegang pedang sekalipun dia seorang wanita. Gadis yang seperti itu, sudah jelas sekali bukan lagi calon yang pantas untuk menjadi istri seorang raja masa depan.

Namun karena indetitas masing-masing, rasanya sulit untuk memutuskan pertunangan ketika hampir semua orang di kerajaan sudah tahu bahwa putra mahkota dan pewaris gelar Duke of Alison bertunangan sejak mereka masih sangat kecil. Alexius terdiam dengan dahi berkerut, sementara Andrew terdiam dengan sorot mata yang tetap tenang.

"Keluarga Alison telah berjanji untuk melindungi kerajaan sebagai rasa terima kasih atas keistimewaan yang kami dapatkan dari raja terdahulu. Sementara itu, keluarga kerajaan merupakan pilar utama dari berdirinya kerajaan ini. Bahkan jika Ariana merupakan cucuku sendiri, aku tidak bisa membiarkan kondisinya menyusahkan keluarga kerajaan di masa depan. Saya mohon agar Baginda menyetujui pembatalan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dan Ariana. Karena dengan kondisi Ariana yang sekarang, saya hanya bisa memikirkan bahwa dia tidak lagi pantas naik sebagai seorang ratu di masa depan."

"Apa ... Apa dia benar-benar tidak bisa disembuhkan?" tanya Alexius dengan putus asa. Memutuskan pertunangan antar dua keluarga kuat sama saja dengan memulai pergesekan kekuatan di dalam istana. Alexius sebenarnya tidak ingin mengambil jalan itu, jika memang masih ada kesempatan bagi Ariana untuk pulih di masa depan.

"Saya telah bicara pada dokter kerajaan tentang ini. Kita tidak akan pernah tahu, kapan Ariana akan kembali normal dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai tunangan Putra Mahkota Emilio."

Ruangan kembali hening setelah Andrew selesai dengan ucapannya. Alexius sama sekali tidak berpikir Andrew akan berbohong tentang kondisi Ariana saat dia membawa nama dokter kerajaan dalam laporannya. Dokter kerajaan merupakan dokter yang khusus melayani keluarga kerajaan. Mereka tidak akan pernah berbohong, dan setia pada keluarga kerajaan. Ariana memang ikut diperiksa oleh dokter kerajaan dan diagnosisnya pasti memang seperti itu. Alexius memijat kepalanya dengan frustrasi. Bahkan keturunan terakhir keluarga Alison, ternyata tidak lepas dari kutukan yang menimpa keluarga itu.

"Lalu Ariana ... Bagaimana dengan Ariana setelah ini?" tanya Alexius dengan khawatir. Pemutusan pertunangan mungkin akan menjadi kerugian bagi keluarga kerajaan. Namun itu bukan berarti keluarga Alison tidak akan menanggung kerugian yang kurang dari mereka. Dengan memutuskan hubungan pertunangan dengan seorang putra mahkota, Ariana mungkin akan kesulitan mencari pasangan di masa depan karena hanya ada sedikit orang yang berani menyinggung keluarga kerajaan. Hal semacam itu pasti menjadi pukulan besar bagi keluarga Alison, apalagi ketika keluarga mereka memerlukan pewaris lain secepat mungkin.

"Untuk sementara waktu, saya mungkin akan fokus untuk merawat Ariana. Namun jika saya boleh meminta, Baginda, tolong ijinkan Ariana mempelajari pedang seperti keinginannya. Melindungi kerajaan adalah satu hal. Namun saya juga ingin dia bahagia dengan mengabulkan keinginan terbesarnya saat ini."

Alexius tahu Andrew juga tampaknya sudah sadar bahwa keturunan keluarga Alison mungkin akan berakhir di Ariana setelah dia memutuskan untuk memutuskan hubungan pertunangan antara Emilio dan Ariana. Mengabulkan satu permintaan terakhir tidak begitu sulit. Alexius mengangguk, saat dia memberi tahu Andrew keputusan akhirnya.

"Aku akan segera mengeluarkan perintah istana resmi. Karena kesehatan Ariana, pertunangan antara Emilio dan Ariana akan segera dibatalkan secara resmi. Dan untuk menghargai kerja kerasnya selama ini, aku akan mengabulkan permohonannya untuk memegang pedang dan mewarisi teknik pedang keluarga Alison. Duke, aku benar-benar berharap Ariana akan bahagia dengan keputusan ini."

Andrew tersenyum kecil setelah mendengar perintah itu. "Terima kasih, Baginda. Saya sendiri berharap yang terbaik untuk keluarga kerajaan," ucapnya sambil tersenyum sopan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Khorik Istiana
Ijin promosi kak, mampir ke "Surat Wasiat Sang Duke" yuk kak :D
goodnovel comment avatar
Kikiw
Kakek Andrew pinter memainkan kata.. tapi demi satu2nya cucu, ya harus gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status