Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana.
Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebagai cucu satu-satunya orang berkuasa seperti dirinya.Ketika Andrew selesai menyelimuti cucunya dengan hati-hati, pria itu menarik kotak yang semula Ariana pegang dengan erat untuk dia buka secara diam-diam. Tatapannya semakin menyendu, saat dia melihat berbagai jenis barang dan gambaran anak kecil tersimpan dengan baik di dalam kotak tersebut.Di masa lalu, Andrew selalu mengecam putranya karena memanjakan Ariana dan membiarkan gadis itu bertindak sesukanya. Namun ketika dia melihat gambar-gambar sederhana yang tersimpan dalam kotak tersebut, dia tahu alasan utama mengapa putranya sampai bertindak demikian. Tidak ada yang paling membahagiakan bagi orang tua selain kebahagiaan anak mereka sendiri. Ariana selalu menggambarkan keluarganya dengan bahagia di setiap gambarnya. Senyum gadis itu bisa terlihat dalam setiap goresan. Senyum yang tidak lagi muncul, semenjak orang tuanya dinyatakan meninggal dan Andrew hanya tahu bagaimana cara membesarkan seseorang untuk menjadi pewarisnya di masa depan.Padahal putra dan menantunya selalu membesarkan Ariana dengan penuh cinta. Namun bersamanya, Ariana hanya terus merasakan siksaan sampai senyumnya tidak pernah terlihat lagi. Ariana bertindak nakal karena gadis itu tersesat dalam urusan politik yang seharusnya tidak menjadi tanggung jawab dari gadis semuda Ariana. Namun bahkan jika Ariana terus-menerus meneriakan permohonan pertolongan di masa lalu, Andrew hanya menganggap Ariana nakal karena gadis itu tidak pernah diajari dengan baik oleh orang tuanya.Andrew telah gagal merawat anaknya. Dan kini, dia hampir saja gagal merawat satu-satunya cucu yang dia miliki."Maafkan Kakek, Aria ...."Dengan suara pelan, Andrew memanggil Ariana dengan nama panggilannya. Dalam hati Andrew berpikir. Jika Ariana tidak jatuh ke kolam beberapa hari yang lalu, apakah dia tetap akan menutup mata pada penderitaan cucunya? Jika Ariana tidak berinisiatif berubah dan bicara padanya, apakah dia akan memerhatikan detail kecil perubahan sikap pada cucunya seperti sekarang? Andrew tidak yakin. Dia tidak pernah menjadi orang tua yang baik di masa lalu."Hah."Ketika Andrew membuang napas panjang, tangan pria itu bergerak untuk mengusap rambut cucunya dengan lembut. Mungkin sedikit terlambat baginya untuk menebus kesalahan yang dia lakukan selama ini. Namun di masa depan, Andrew berjanji dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.Jika cucunya memang tidak menyukai putra mahkota, maka jangan biarkan pertunangan mereka tetap berlanjut. Bahkan jika Ariana tidak mengajukan diri untuk menjadi ahli pedang seperti para pendahulunya, Andrew yakin dia bisa menemukan cara lain untuk membuat cucunya bisa dengan aman mewarisi gelar Duchess. Apa pun yang membuat Ariana bahagia, Andrew berjanji dia akan mengusahakannya selama keinginan Ariana memang masih bisa dia kabulkan."James.""Saya di sini, Tuan."Seperti yang diharapkan dari mantan pembunuh, James muncul dengan cepat ketika Andrew memanggilnya dengan suara pelan. Andrew menarik tangannya kembali saat James telah muncul di dekatnya. Pria itu bangkit dari posisi duduknya, menyimpan kotak milik Ariana di lemari asalnya, sebelum menatap James yang masih setia menunggu perintah selanjutnya."Jaga dia dengan baik. Aku akan pergi ke istana saat ini juga."Tidak ada jejak keterkejutan saat James mendengar keputusan Andrew. "Saya mengerti. Semoga Tuan mendapatkan perjalanan yang aman," ujarnya sambil sedikit menunduk. Andrew pergi keluar setelah dia puas menatapi Ariana yang tengah terlelap. Ketika Andrew melewati pintu, bayangan lain melintas dan berhenti tepat di belakang Andrew."Tuan, kereta kudanya telah siap untuk pergi."Jimmy, anak James yang senang bersembunyi di balik bayang-bayang seperti ayahnya muncul dan langsung melapor pada tuannya dengan patuh. Andrew mengangguk mengerti setelah dia menerima laporan tersebut. "Kita pergi sekarang," ujarnya yang segera dibalas oleh pria muda itu."Saya mengeri, Tuan!"***Di lorong istana yang luas, Andrew berjalan dengan tenang walaupun hampir seluruh perhatian tertuju padanya. Sebagai seorang Duke, terutama gelarnya sebagai Duke of Alison, Andrew tidak memerlukan ijin siapa pun untuk memasuki istana sesuka hatinya. Namun sejak dia yang mengambil posisi sebagai Duke, Andrew hampir tidak pernah datang ke istana jika tidak ada urusan yang penting. Andrew bukan tipe pria yang senang dengan keramaian. Dibadingkan terlihat dengan orang-orang menyusahkan yang senang berkeliaran di sekitar istana, Andrew lebih suka mengunjungi wilayah kekuasaannya untuk membereskan masalah yang mungkin terjadi di sana. Mungkin hal itu juga, yang menyebabkan wilayah Alison terkenal sebagai tempat paling makmur di seluruh kerajaan.Dari kejauhan, penjaga istana raja sudah bersiaga saat sosok Andrew perlahan-lahan mendekatinya. Hampir tidak ada yang tidak mengagumi Andrew karena bakat berpedangnya. Bahkan untuk pengawal pribadi raja, mereka tidak akan bisa menahan perasaan antusias mereka saat Duke of Alison yang asli ada tepat di hadapan mereka."Tolong katakan bahwa Duke of Alison datang untuk menghadap Baginda Raja."Mengabaikan tatapan kekaguman yang terus-menerus diarahkan padanya, Andrew segera memberi penjaga istana tersebut sebuah perintah. Salah satu dari mereka segera memberi hormat lalu masuk ke ruang kerja raja untuk memberi tahu pengumuman itu. Penjaga tersebut keluar tidak lama kemudian. Pria tersebut kembali ke tempatnya, sebelum mengumumkan kedatangan Andrew secara resmi."Duke of Alison telah tiba!"Penjaga istana membantu untuk membuka pintu saat Andrew melangkah dengan pasti ke dalam ruangan. Di belakang meja besar, duduk seorang pria berusia tiga puluhan yang ikut bangkit dari posisi duduknya saat dia melihat Andrew. Pria tersebut merupakan Raja Alexius dari Kerajaan Sigmund. Seseorang yang seharusnya menjadi ayah mertua dari Ariana di masa depan."Andrew mengucapkan salam pada Baginda Raja."Dengan sikap hormat, Andrew sedikit membungkuk di hadapan Alexius. Namun penghormatannya tidak bertahan lama karena Alexius sendiri yang segera membantunya untuk kembali berdiri tegak. "Kita ini sudah seperti keluarga. Tidak perlu bagimu untuk memberiku penghormatan seperti ini," ujarnya memberi tahu.Setelah Andrew diijinkan untuk duduk, dia tidak serta merta segera mengatakan alasan kedatangannya pada Alexius. Andrew membiarkan Alexius terlebih dahulu menyiapkan teh dan camilan untuk mereka, lalu menunggu agar raja tersebut menjadi orang pertama yang membuka topik pembicaraan."Sebenarnya, aku benar-benar senang karena kamu bersedia mengunjungiku hari ini. Sejak Ariana dikabarkan jatuh dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari, aku benar-benar tidak bisa berhenti khawatir sepanjang hari. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia sudah baik-baik saja?"Andrew tersenyum sopan walaupun senyuman itu sendiri tidak sampai pada matanya. "Ariana memang sudah sadar, Baginda. Namun dokter mengatakan bahwa kepalanya terluka cukup parah hingga dia kehilangan ingatannya tentang apa yang terjadi pada saat itu. Ariana juga menunjukan tanda-tanda bahwa dia tidak bersikap normal setelah sadar dari pingsannya. Dia melakukan banyak hal aneh, dan telah menyebabkan banyak masalah bagi Duke ini."Wajah Raja Alexius langsung berubah saat dia mendengar laporan itu. "Apa yang dokter katakan tentang itu? Haruskah aku mencari dokter terbaik untuk memeriksanya? Ariana itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Bagaimana bisa aku membiarkannya terluka saat aku masih bisa melindunginya?""Dokter kerajaan sudah mengatakan bahwa menyembuhkan Ariana secara total sudah tidak mungkin lagi. Bagian otaknya terkena benturan secara langsung. Yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah mengabulkan segala keinginannya agar dia setidaknya bisa bahagia dengan kondisinya yang sekarang.""Keinginan itu, apa keinginan Ariana?" tanya raja dengan antusias. Andrew menatap lama Alexius, sebelum dia tetap bicara dengan suara tidak berdaya."Dia bersikeras ingin mengikuti jejak kakeknya dan menjadi seorang Alison sejati. Dia terus saja mengabaikan kelas lainnya, dan terus-menerus lari ke lapangan latihan untuk diam-diam mencuri pedang."Antusias di wajah Alexius segera hilang setelah Andrew menjawab pertanyaan itu. Keduanya saling menatap tanpa mau bicara. Namun dalam hati, Andrew sudah tahu Alexius mengerti arah pembicaraan mereka. Ariana tidak berlaku normal dan mulai mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang calon ratu. Bukan hanya itu, Ariana juga melanggar tabu kerajaan dan terus saja berusaha memegang pedang sekalipun dia seorang wanita. Gadis yang seperti itu, sudah jelas sekali bukan lagi calon yang pantas untuk menjadi istri seorang raja masa depan.Namun karena indetitas masing-masing, rasanya sulit untuk memutuskan pertunangan ketika hampir semua orang di kerajaan sudah tahu bahwa putra mahkota dan pewaris gelar Duke of Alison bertunangan sejak mereka masih sangat kecil. Alexius terdiam dengan dahi berkerut, sementara Andrew terdiam dengan sorot mata yang tetap tenang."Keluarga Alison telah berjanji untuk melindungi kerajaan sebagai rasa terima kasih atas keistimewaan yang kami dapatkan dari raja terdahulu. Sementara itu, keluarga kerajaan merupakan pilar utama dari berdirinya kerajaan ini. Bahkan jika Ariana merupakan cucuku sendiri, aku tidak bisa membiarkan kondisinya menyusahkan keluarga kerajaan di masa depan. Saya mohon agar Baginda menyetujui pembatalan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dan Ariana. Karena dengan kondisi Ariana yang sekarang, saya hanya bisa memikirkan bahwa dia tidak lagi pantas naik sebagai seorang ratu di masa depan.""Apa ... Apa dia benar-benar tidak bisa disembuhkan?" tanya Alexius dengan putus asa. Memutuskan pertunangan antar dua keluarga kuat sama saja dengan memulai pergesekan kekuatan di dalam istana. Alexius sebenarnya tidak ingin mengambil jalan itu, jika memang masih ada kesempatan bagi Ariana untuk pulih di masa depan."Saya telah bicara pada dokter kerajaan tentang ini. Kita tidak akan pernah tahu, kapan Ariana akan kembali normal dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai tunangan Putra Mahkota Emilio."Ruangan kembali hening setelah Andrew selesai dengan ucapannya. Alexius sama sekali tidak berpikir Andrew akan berbohong tentang kondisi Ariana saat dia membawa nama dokter kerajaan dalam laporannya. Dokter kerajaan merupakan dokter yang khusus melayani keluarga kerajaan. Mereka tidak akan pernah berbohong, dan setia pada keluarga kerajaan. Ariana memang ikut diperiksa oleh dokter kerajaan dan diagnosisnya pasti memang seperti itu. Alexius memijat kepalanya dengan frustrasi. Bahkan keturunan terakhir keluarga Alison, ternyata tidak lepas dari kutukan yang menimpa keluarga itu."Lalu Ariana ... Bagaimana dengan Ariana setelah ini?" tanya Alexius dengan khawatir. Pemutusan pertunangan mungkin akan menjadi kerugian bagi keluarga kerajaan. Namun itu bukan berarti keluarga Alison tidak akan menanggung kerugian yang kurang dari mereka. Dengan memutuskan hubungan pertunangan dengan seorang putra mahkota, Ariana mungkin akan kesulitan mencari pasangan di masa depan karena hanya ada sedikit orang yang berani menyinggung keluarga kerajaan. Hal semacam itu pasti menjadi pukulan besar bagi keluarga Alison, apalagi ketika keluarga mereka memerlukan pewaris lain secepat mungkin."Untuk sementara waktu, saya mungkin akan fokus untuk merawat Ariana. Namun jika saya boleh meminta, Baginda, tolong ijinkan Ariana mempelajari pedang seperti keinginannya. Melindungi kerajaan adalah satu hal. Namun saya juga ingin dia bahagia dengan mengabulkan keinginan terbesarnya saat ini."Alexius tahu Andrew juga tampaknya sudah sadar bahwa keturunan keluarga Alison mungkin akan berakhir di Ariana setelah dia memutuskan untuk memutuskan hubungan pertunangan antara Emilio dan Ariana. Mengabulkan satu permintaan terakhir tidak begitu sulit. Alexius mengangguk, saat dia memberi tahu Andrew keputusan akhirnya."Aku akan segera mengeluarkan perintah istana resmi. Karena kesehatan Ariana, pertunangan antara Emilio dan Ariana akan segera dibatalkan secara resmi. Dan untuk menghargai kerja kerasnya selama ini, aku akan mengabulkan permohonannya untuk memegang pedang dan mewarisi teknik pedang keluarga Alison. Duke, aku benar-benar berharap Ariana akan bahagia dengan keputusan ini."Andrew tersenyum kecil setelah mendengar perintah itu. "Terima kasih, Baginda. Saya sendiri berharap yang terbaik untuk keluarga kerajaan," ucapnya sambil tersenyum sopan.Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak
"Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji
"Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona
Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan
"Nona Muda, tolong jangan berlari terlalu jauh dari kami!"Mengabaikan teriakan pelayan dan kesatria yang bertugas untuk menjaganya, Ariana berjalan cepat di lingkungan istana yang sangat luas. Kaki kecilnya membelah pepohonan besar yang mengelilingi istana. Layaknya seorang putri, Ariana memang sangat hafal tentang seluk beluk istana. Dia sengaja membuat pelayan dan kesatria kesulitan untuk mengejarnya, dan menyelinap untuk tiba di kastil besar yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan. "Tuan Peri, aku datang untuk menemuimu lagi hari ini!"Dengan susah payah, Ariana mencoba mengetuk pintu kastil yang terlalu besar untuk dirinya sendiri. Walaupun dia tidak langsung mendapat jawaban atas panggilannya, gadis itu tidak berhenti memanggil sambil mengetuk pintu besar tersebut. Ariana memanggil sampai beberapa kali, sebelum seorang anak lelaki keluar dari kastil besar tersebut. "Kamu datang lagi."Ariana tersenyum lebar saat dia melihat sosok anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ke
Suara pedang yang beradu terdengar dari dalam ruang latihan khusus tempat Ariana dan Valencia tengah berlatih. Walaupun Ariana masih kesulitan mengimbangi latihan Albert yang tidak memberikan gadis itu sedikit pun kelonggaran, setidaknya dia sudah bisa mengayunkan pedangnya dengan benar setelah beberapa minggu latihan keras. Pelajarannya di bidang akademik juga tidak kalah lancarnya. Ariana banyak belajar ketika dia ingin menjadi ratu yang baik di masa lalu. Mempelajari ulang semuanya sekarang, hanya seperti mengulas kembali apa yang telah Ariana pahami selama ini. "Berhenti!"Pedang Valencia berhenti tepat di dekat leher Ariana ketika gadis itu lengah. Keduanya kembali menurunkan pedang mereka setelah mendengar intruksi dari Albert. Ariana terengah-engah ketika dia selesai, tetapi Valencia hanya membuang napas panjang sebelum berdiri tegak seakan dia sama sekali tidak lelah setelah berlatih melawan Ariana selama beberapa kali. "Dilihat dari mana pun, sepertinya kamu memang lebih pa
Sejak pagi-pagi sekali, Ariana sudah bangun untuk didandani di hari ulang tahun Putra Mahkota Emilio. Di tahun-tahun sebelumnya, Ariana selalu menjadi gadis paling repot karena dia menyiapkan banyak hadiah untuk tunangannya itu. Namun kali ini, Ariana bahkan tidak mau repot-repot melihat hadiah yang telah dipilih oleh James dengan hati-hati. Dia memberi hadiah hanya sebagai formalitas. Karena aslinya, Ariana berusaha tidak lagi menaruh sedikit pun kepedulian pada mantan tunangannya itu. Ketika Ariana menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu akhirnya paham mengapa kakeknya sampai harus memesan pakaian baru untuk pesta ulang tahun kali ini. Tidak seperti gaun cantik yang biasa Ariana pakai untuk mengunjungi pesta, gadis itu kini menggunakan pakaian cantik dengan celana sebagai bawahannya. Ariana sudah bisa membayangkan akan seheboh apa pesta nanti karena kedatangannya. Namun memang itu yang dia harapkan. Semakin banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak masuk akal, semakin ba
"Duke Andrew dan Nona Ariana dari keluarga Alison memasuki ruangan!"Ketika seseorang mengumumkan kedatangan mereka, perhatian orang-orang di dalam hampir semua langsung tersorot pada pintu masuk ke aula istana putra mahkota. Belum cukup sampai di sana, suara bisikan-bisikan langsung terdengar saat mereka melihat Ariana datang menggunakan celana dan bukan gaun seperti biasanya. Tatapan orang-orang seakan mencemooh Ariana yang benar-benar sudah dianggap gila. Namun di bawah pengawasan sang Kakek, tidak ada orang yang cukup gila sampai berani mencemooh gadis itu secara langsung. Dengan kepercayaan diri yang berhasil dipupuknya selama hidup di lingkungan istana, Ariana berjalan dengan anggun dan percaya diri untuk menghampiri Ratu Melisa dan Putra Mahkota Emilio yang menjadi pusat perhatian dari acara kali ini. Ariana menunduk dengan hormat di depan keduanya. Gayanya yang anggun benar-benar tidak cocok, dengan tampilannya yang bisa disebut tidak pantas untuk gadis muda sepertinya. "Duk