“Iya, Aku baik-baik saja. Lagipula disini ada Vero,”Arion begitu ragu saat akan meninggalkan Elena. Ia harus pergi sebab ada rapat penting yang akan dibahas, tapi melihat Elena membuat ia bingung.“Pergilah, aku akan aman di sini,” ucap Elena.Dengan berat hati akhirnya Arion mengiyakan, sebelum pergi ia juga meninggalkan banyak pengawal untuk menjaga sang istri, “Aku tidak akan lama,” seru Arion dan meninggalkan kecupan manis di dahi sang istri.Arion keluar diikuti oleh Jeff yang selalu berada di belakang pria itu. Setelah merasa Arion benar-benar pergi, Vero mendekat ke arah Elena.“Apa yang kau temukan?” tanya Elena.Vero tahu kemana arah pembicaraan atasannya itu, “ Kemarin aku mengintrogasi Azalea langsung, tapi sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan Azalea,” tutur Vero.Elena menautkan kedua alisnya, merasa tidak masuk akal dengan ucapan Vero, “Bagaimana mungkin? Jika bukan Azalea, lalu siapa?” Vero menarik napasnya dalam sebelum berbicara, wajah wanita lajang itu nampak
“Arion?”Elena mempercepat langkah saat melihat seorang pria yang begitu ia kenali berdiri di luar pintu masuk, hanya punggung nya saja sudah dapat Elena pastikan bahwa itu sang suami.“Arion!” seru Elena.Pria berahang tegas dengan wajah kaku itu berbalik, bibirnya menunjukkan senyum manis yang biasa ia tunjukan untuk sang istri. Arion merentangkan tangannya dengan satu tangan memegang rangkaian bunga.“Selamat atas kenaikan jabatan mu, My girl,” seru Arion sambil memeluk Elena.Sejak pagi Arion merasa gugup untuk pertama kalinya setelah menjadi seorang pimpinan, biasanya ia akan melakukan segala hal dengan percaya diri dan berani.“Apa yang harus ku katakan pada istriku?” tanya Arion pada Jeff yang fokus mengemudi.Keduanya baru pulang dari perjalanan bisnis, Arion tentu ingat hari ini adalah peresmian Elena sebagai Presdir grup Mauren. Hal itu membuat nya sedikit gugup akan apa yang harus ia lakukan.“Anda temui Nyonya saja, Tuan,” jawab Jeff memberikan saran.“Ucapkan selamat dan
“Woah, apa ini?”Elena menoleh menatap ke arah sang suami yang berada di belakang nya, Arion tersenyum dan menuntun Elena untuk berjalan bersama, “Ayo,” ajak Arion.Mata Elena semakin di buat takjub dengan keadaan rumah mereka, lampu dimatikan dan di ganti oleh lilin-lilin yang menghiasi rumah menjadi temaran.Keduanya turun bersama, menuruni anak tangga satu per satu. Di meja makan sudah tersaji hidangan yang akan mereka nikmati bersama.Arion menarik kursi, mempersilahkan Elena untuk duduk di sana, “Duduklah,” seru Arion.Elena masih tidak percaya dan menatap haru ke arah suaminya yang baru saja duduk di hadapannya, “Apa ini? Apa ini masih bagian dari kejutan mu?” tebak Elena.Arion tersenyum manis, begitu hangat seperti suasana malam ini, “Ini masih bagian dari kejutan untuk mu. Malam ini kau ratunya, dan juga untuk malam-malam selanjutnya kau selalu menjadi ratuku,” ucap Arion yang sukses menyentuh hati Elena.Tak terasa wajah Elena memanas, bulir bening mulai menggenang di pelupu
“El!”Teriak seorang pria yang memanggil Elena, seketika membuat wanita muda itu menghentikan langkah dan menyadari seorang yang ia kenal menghampiri.“Noah?” ucap Elena saat pria itu berdiri di hadapannya.Pria berwajah garang yang selalu tersenyum ramah itu masih mengatur napas nya karena sedikit berlari, “Kau disini juga?” tanya Noah yang terdengar ambigu bagi Elena.“Iya? Kau sendiri untuk apa kesini?” tanya balik Elena.Kini keduanya sedang berada di sebuah gedung besar yang biasa di pakai untuk acara-acara tertentu. Hari ini adalah perayaan kenaikan jabatan Elena, tentu banyak yang diundang dan hadir di sana.Akan tetapi, Elena tidak tahu bahwa Noah juga adalah salah satu tamu undangan. Bukankah Noah seorang dokter? Untuk apa ia menghadiri acara ini? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benak Elena.“Tunggu, apa kau bekerja di grup Mauren?” tanya Noah yang tak memperhatikan pertanyaan Elena.“Bekerja? Apa maksud pria ini, sudah jelas aku pemimpin disini sekarang,” batin Elena.
“Aku ucapkan banyak terimakasih untuk yang sudah hadir di sini,” ucap Elena setelah membuka pidatonya dengan salam.“Aku juga berterimakasih kepada suamiku, Tuan Arion Dominic yang tetap mendukung ku dan memberikan izin untuk tetap menjadi pemimpin grup Mauren.Terimakasih juga ku ucapkan untuk kedua orang tuaku yang selalu mendukung ku sejak dulu dan memberikan kesempatan untuk terus berkembang,” seru Elena yang banyak memberikan ucapan terimakasih.Tepukan tangan menggema memeriahkan acara ruang indoor tersebut, selesai dengan pidatonya Elena turun dari podium menghampiri suaminya. Wanita muda itu memeluk erat sang suami di hadapan semua orang.“Kau yang terbaik,” seru Arion serta meninggalkan kecupan manis di bibir Elena.Elena ikut duduk bergabung di samping sang suami, baru ia sadari ternyata di meja itu juga ada Noah yang masih menatap tak percaya ke arah nya.“Noah? Jadi teman mu suamiku?” tanya Elena yang tidak menyangka bahwa teman yang Noah maksud adalah suaminya sendiri.No
“Akh!”Azalea terhuyung dan hampir jatuh ke belakang saat Noah mencengkram wajahnya dan menghempaskan begitu saja. Sambil berpegangan pada sisi tembok, Azalea menatap nyalang ke arah Noah.Wanita itu menatap dengan berani pada pria di depannya ini, “Apa? Kau merasa dibodohi? Salahkan dirimu yang terlalu idiot!” tantang Azalea.Ucapan Azalea semakin menyulut api dalam diri Noah. Pria dengan wajah garang itu berusaha untuk menahan amarah yang bisa kapan saja untuk meledak.Noah berbalik dan hendak keluar, akan tetapi Azalea kembali menghentikan langkah pria dewasa itu, “Apa ada yang ingin kau katakan lagi? Ayo katakan, aku dengan senang hati akan mendengarkan,” seru Azalea yang diikuti gelak tawa.Noah melirik sinis pada Azalea yang berani menantang dirinya, “Aku merasa kasihan padamu yang hanya benalu bagi keluarga Mauren!” sarkas Noah sebelum benar-benar pergi meninggalkan Azalea.“Argh!” Azalea berteriak keras, Noah dengan berani melemparkan hinaan padanya. Ia bertekad akan menghanc
“Kau wanita kejam, Mah!” pekik Azalea.Sebuah ruangan dengan nuansa mewah yang berada di kediaman Mauren menjadi tempat kini Azalea dan Nyonya Lia berada.Wanita bermata coklat itu menatap kesal ke arah Nyonya Lia yang duduk dengan santai dan menikmati secangkir teh di sana.Nyonya Lia menyimpan cangkir nya, menghampiri Azalea yang terduduk karena dilemparkan oleh dua pengawal yang berjaga di luar sebelumnya, “Aku bukan ibumu!” ucap Nyonya Lia.Wanita yang sudah tak lagi muda itu berjongkok dan mencengkram kuat wajah Azalea, sementara Azalea menatap nyalang ke arah Nyonya Lia, “Ingat, aku akan melakukan hal yang sama pada mu jika kau tidak menguntungkan bagi ku,” seru Nyonya Lia dengan kejam.Nyonya Lia menghempaskan wajah Azalea, “Kau wanita kejam, wanita keji! Kau bahkan berani membahayakan nyawa anakmu sendiri!” teriak Azalea di depan wajah Nyonya Lia.Nyonya Lia bangun dari jongkok, ia terkekeh geli mendengar semua umpatan Azalea yang ditunjukkan untuk dirinya. Ia akui dirinya mem
“Aku akan menikah besok!”Degh!Nyonya Lia terdiam di tempat, matanya menatap kosong ke arah majalah yang tengah ia pegang. Suaminya tidak pulang selama satu bulan lebih dan saat pulang membawa berita besar untuknya.Wanita itu tetap tersenyum, menoleh ke arah sang suami, “Benarkah? Wanita mana yang kau nikahi?” tanya Nyonya Lia dengan antusias.Tuan Miller menatap datar ke arah istrinya, dalam hati ia tak menyangka bahwa sang istri akan bereaksi demikian, “Dia ada dibawah. Sedang berbicara bersama ibu, kau boleh menemui nya,” seru Tuan Miller.Pria itu hendak duduk di samping sang istri. Akan tetapi, Nyonya Lia dengan antusias malah turun untuk menemui calon istri suaminya. Wanita itu tak berniat untuk memberikan sambutan hangat apapun, ia pergi begitu saja meninggalkan Tuan Miller yang mematung di tempat.“Sebegitu penting kah seorang anak untuk mu?”Nyonya Lia keluar dengan semangat untuk menemui calon istri kedua suaminya. Namun, langkah wanita itu menjadi pelan saat keluar kamar.
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s