Elena berjalan memasuki venue wedding. Disaat yang sama, ia melihat Azalea yang tengah menahan amarah.
Azalea bingung dengan perubahan yang terjadi pada Elena. Beberapa menit yang lalu ia masih ingin kabur bersama Lucas, akan tetapi kini malah berada di sini. Apa dia sudah tidak mencintai Lucas?
Elena duduk di samping Arion. “ Maaf, aku sebelumnya selalu membuat mu kesulitan."
Arion membuang muka, merasa kesal dengan hal kekanak-kanakan yang selalu Elena lakukan.
Elena meraih tangan Arion dan mengusapnya. “Aku tahu, kau takkan langsung memaafkan ku. Tapi, aku berjanji takkan mengulangi hal yang sama."
Lagi-lagi, Arion tak menjawab. Ia terlalu malas berbasa-basi dengan Elena. Helaan napas berat terdengar dari bibir Elena. Ia tahu, mengembalikan kepercayaan Arion akan membutuhkan waktu.
“Arion, akhirnya kau menikah juga,” ucap seorang pria setengah baya yang hampir menginjak usia kepala lima.
“Selamat atas pernikahan mu, dan ku harap kau bisa mencairkan es balok ini, Elena." Pria itu beralih berbicara pada Elena dengan diselipi candaan.
“Terima kasih sudah hadir, Kak,” ucap Arion pada pria di depannya ini.
Andrian Dominic. Dia adalah putra tertua keluarga Dominic. Hubungannya dengan pria itu terbilang akrab.
“Ku harap kau bisa menjaga istrimu ini, Arion. Agar dia tidak menyukai keponakannya sendiri,” ujar Maria, istri Andrian.
Arion menipiskan bibirnya, mengulas senyum tipis dan menanggapi perkataan itu. “Tentu, Kak. Ku harap putramu juga berhenti menyukai Bibinya,”
Maria membuang muka mendengar pembelaan Arion untuk Elena. Sementara itu, Elena tersenyum senang mendengar jawaban suaminya.
Melihat pembicaraan menjadi rumit, Andrian segera membawa Maria untuk pergi dari hadapan Arion dan Elena. Sebelum pergi ia berkata, “Kalau begitu kami pergi dulu. Sepertinya banyak yang ingin menghampiri kalian berdua."
Setelah mendapatkan anggukan persetujuan, mereka lekas pergi untuk menikmati pesta. Arion kembali memasang wajah datar, dan tak memperdulikan Elena yang ada disampingnya.
Elena merasa tertekan dengan keadaan yang canggung. Ia memberanikan diri untuk meraih tangan Arion, akan tetapi dengan cepat Arion langsung mepis itu. “Hentikan sandiwara mu! Itu takkan membuat ku berubah pikiran untuk melepaskan mu,” Sarkas Arion.
“Aku tidak sedang bersandiwara, aku jujur padamu,” ucap Elena dengan penuh keyakinan.
Arion melihat hal yang berbeda dari sorot mata Elena. Namun, ia kembali menepisnya dan berpikir ini adalah trik baru yang sedang Elena lakukan.
Saat Elena berusaha meyakinkan pria itu, tiba-tiba Lucas datang dan memberikan selamat. “ Elena, selamat ya atas pernikahan mu,” ucap Lucas dengan senyuman yang menawan.
Mungkin jika saat ini Elena masih mencintai Lucas, ia akan kembali tertipu. Melihat ada Lucas, Arion menarik halus pinggang Elena ke sisinya. Ia kesal ketika Luas memanggil Elena secara langsung dengan namanya.
“Kini dia Bibimu. Panggil dia bibi,” ucap Arion sinis dan penuh penekanan.
Lucas membuang muka, ia muak melihat pamannya itu. Dan rasa benci dalam hatinya semakin bertambah.
"Tapi, orang yang dia cintai aku kan?” sambil menaikan sedikit alisnya, Lucas sengaja memancing emosi Arion.
Tangan Arion terkepal kuat. Melihat itu, Lucas merasa senang. Ia yakin hal yang akan Elena lakukan adalah membelanya, dan akan memilih untuk kabur.
“Benar, kini aku Bibi mu. Panggil aku bibi,” ucap Elena yang membuat Lucas terkejut sama halnya dengan Arion yang tak menduga jawaban itu terlontar dari mulut seorang Elena Mauren.
Detik berikutnya, Elena menecup pipi Arion singkat. Menyadarkan pria itu dari keterkejutannya.
“Paman mu suamiku, tentu aku bibi mu bukan?” tanya Elena.
Lucas mengepalkan tangan dengan kesal, ia pergi begitu saja. Setelah Lucas menghilang dari hadapannya, Arion kembali menjauhkan diri dari Elena. Hal kecil yang baru saja terjadi, cukup membuatnya berpikir bahwa Elena gila.
“Lucas mengecewakan ku beberapa hari yang lalu,” ucap Elena tiba-tiba yang kembali menghancurkan kepercayaan Arion yang mulai keluar ke permukaan.
Elena tahu, mendapatkan kepercayaan Arion akan sulit. Mengingat dulu ia selalu menunjukan rasa benci pada pria itu. Dan, jika tiba-tiba ia menjauhi Lucas, justru akan semakin membuat Arion curiga dan menilai itu hanya sandiwara.
“Emmh...” Arion segera menghampiri ranjang sang istri saat melihat pergerakan wanita itu. Elena mengerjapkan matanya berkali-kali, kepalanya masih terasa sakit. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Arion. “ Sayang, apa yang kau rasakan? “ tanya Arion. Elena berusaha untuk duduk, ia ingin bangun namun kepalanya masih terasa sakit. “ Kepala ku masih sakit. “ lirih Elena. Air mata wanita itu tiba-tiba kembali mengalir, tidak seperti biasanya entah mengapa dirinya lebih sering merasa sedih akhir-akhir ini. Arion menarik tubuh mungil itu ke pelukannya dan mengusap lembut surai hitam itu. “ Sayang, terimakasih. “ ucap Arion ambigu. Kalimat itu terasa ambigu di telinga Elena saat Arion mengucapkan nya dengan tiba-tiba. “ Kau hamil, sayang. “ sambung Arion yang membuat Elena terdiam. Isak tangis itu seketika berubah menjadi tangis bahagia. Gejolak dalam hatinya semakin berbunga-bunga saat mendengar kalimat itu. Kalimat yang selama ini Elena tunggu, akhirnya
“ Nona, Tuan Miller dalam keadaan kritis dan diambang kematian. “Ponsel dalam genggaman tangannya segera terjatuh sebelum kalimat itu diselesaikan. Elena mempercepat langkahnya menelusuri koridor menuju ruang perawatan sang ayah. Air mata tumpah ruah tanpa bisa tertahan lagi.“ Pah, kumohon jangan membuat ku takut. “ lirih Elena sambil menyeka air matanya.Pikiran wanita itu sudah melanglang buana, ia tidak bisa berpikir logis lagi. Suara langkah kakinya terdengar menggema di koridor yang ramai.“ Catat tanggal kematian pasien. “Brukh!Seketika kakinya berubah lemas, seolah tak sanggup lagi menopang beban tubuhnya. “ Pah? Kau benar-benar meninggalkan ku? ““ Sayang, tenanglah. “ seru Arion. Beruntung pria itu berada cepat dibelakang Elena dan menopang tubuh istrinya.Mata Elena terpaku menatap seorang yang terbujur kaku di ruangan tepat ia berdiri.“ Elena, ayo cepat pasti bisa! ““ Elena putriku, kau segalanya. ““ El, maafkan papa. “Rasa sesak memenuhi seluruh ruang hampa dalam
Elena berdiri mematung di belakang suaminya saat melihat sosok wanita setengah baya di hadapannya saat ini.Wanita itu memiliki garis wajah yang mirip dengan dirinya, ia bagaikan melihat cerminan dirinya di masa tua.Mereka berdua terlihat akrab, sejenak Elena larut dalam lamunannya. “ Ah, iya kenapa? “ tanya Elena saat sadar dari lamunannya.“ Dia ibumu, sayang. “ ucap Arion memperkenalkan wanita di hadapan mereka.Rasa tak percaya mendera pikiran Elena, namun keyakinan mendominasi. Ia menoleh tak percaya pada suaminya.Arion mengangguk mengiyakan, sementara wanita di hadapan mereka juga terdiam. “ Dia ibu Emily, ibumu. “ ucap Arion lagi meyakinkan.Emily tertunduk saat Elena tak percaya dengan ucapan Arion. Ada rasa senang dalam hatinya, sebab akhirnya ia bisa melihat putrinya dengan sangat dekat.Degh!Jantung Emily berdetak dua kali lebih cepat saat ia merasakan pelukan hangat dari putrinya. “ Ibu, akhirnya aku bisa bertemu dengan mu. “ lirih Elena pelan." Elena... anakku. Maafka
Berita kejahatan Lucas kini telah diketahui media dan menyebar begitu cepat. Rencananya yang ingin mengakuisisi Dominic dan Mauren membuat namanya buruk di mata publik.Banyak yang memutuskan kerja sama dengannya, ia kini sedang dalam pencarian pihak kepolisian. Keberadaan nya yang menghilang tiba-tiba menjadi suatu kejanggalan.Semua itu sampai ke telinga Maria, membuat kondisinya semakin memburuk. “ Bukan salah anakku. Tidak! “ teriaknya yang diakhiri dengan tawa.Beberapa hari ini dirinya sudah berada di rumah sakit jiwa, keadaannya memang dinyatakan tak baik-baik saja. “ Anak ku tidak salah. “ ucapnya lagi.Hanya kalimat itu yang selalu di ucapkan Maria, kejadian itu yang menjadi pemicu keadaannya saat ini. Sungguh tragis nasib wanita itu, siapa yang akan menyangka.Ia ditinggal suami, juga dikhianati putra satu-satunya. Semua tak ada yang tahu masa depan, yang jelas semua akan menjalani masa ini.Sementara itu, di rumah sakit pusat kota. Elena tengah mengemasi beberapa barang Ari
Tiga hari telah berlalu, kini keadaan Arion telah membaik. Pria itu sudah bisa duduk dan menghirup udara segar taman meskipun di rumah sakit.Seperti saat ini, Arion berada di taman rumah sakit bersama istrinya. Ia duduk di kursi roda, sementara Elena di bangku taman di sampingnya.Arion meraih tangan Elena, istrinya itu masih melamun. “ Sayang, kau masih memikirkan papa? “ tanya Arion pelan.Elena menolehkan kepalanya, mengangguk pelan dengan helaan napas berat. “ Iya, aku tidak bisa tenang karena papa masih koma. Tapi, setidaknya keadaan mu sudah membaik. “ jawab Elena dengan senyum di wajahnya.Arion mengusap-usap kepala wanitanya itu, membuat Elena mencondongkan tubuhnya memeluk sang suami. “ Apakah yang kulakukan kali ini benar-benar tak termaafkan? “ tanya Elena pelan.Arion tersenyum, tahu apa yang memenuhi isi kepala istrinya itu. “ Kau hanya manusia biasa, sayang. Aku juga tahu alasanmu melakukan semua ini. “ balasnya memberikan pengertian.Tak jauh dari sana, Lovi menatap d
Berita ditangkapnya Nyonya Lia sampai ke telinga Lucas, ia mulai merasa dirinya tidak aman.Notifikasi bermunculan di layar ponselnya, penangkapan para anak buahnya yang sengaja Elena kirimkan pada pria itu. “ Tidak, dia tidak akan bisa menangkap ku! “ seru Lucas dengan yakin.Kali ini dirinya terlihat begitu ketakutan, matanya semakin membola sempurna melihat perusahaan ilegal yang dirinya bangun sudah ada di tangan Elena.Wanita itu benar-benar menebas habis semua yang selama ini berdiri kokoh secara ilegal. “ Selanjutnya adalah dirimu, Lucas! “ tulis Elena dalam pesannya.Lucas melemparkan ponselnya sembarangan, ia segera mengemasi barang pentingnya. Saat ini Everbloom bukan tempat yang aman baginya.Sementara itu, di kediaman utama Mauren. Tuan Miller menatap mobil polisi yang baru saja keluar dari kediaman dengan nanar. “ Kau yang melaporkan ibumu? “ tanya Tuan Miller tanpa menoleh.Elena yang berdiri di belakang ayahnya tertunduk tanpa kata selama beberapa detik, sebelum ia kemb