Elena mendapatkan pesan dari ibunya untuk datang ke kediaman Mauren, ibunya mengatakan ingin meminta maaf.Dan tentu dengan senang hati Elena akan datang, " Aku diantar sopir saja," gumam Elena.Elena malas jika dirinya harus menyetir sendiri hari ini, perjalanan dari rumah nya menuju kediaman Mauren cukup memakan waktu.Sesampainya di sana, Nyonya Lia langsung menyambut kedatangan Elena, "Ayo masuk Elena," serunya dengan tersenyum senang.Sangat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, membuat Elena menghentikan langkah nya, "Kenapa?" tanya Nyonya Lia yang melihat Elena terdiam."Apa Mama sudah memaafkan ku?" ucap Elena yang membuat Nyonya Lia terdiam sejenak."Tentu, Mama sudah memaafkan mu," jawab Nyonya Lia.Elena masuk dan ternyata Azalea juga ada di rumah, ikut menyambut kedatangan nya itu."Cobalah, Kak. Aku tahu Kakak sedang mengurangi makanan manis, tapi ini aku buat khusus untuk mu," seru Azalea sambil menyodorkan beberapa cookies buatannya.Elena mendengus, dalam hatinya ia
Arion menatap tajam Azalea, jari-jarinya mencengkram kuat lengan gadis itu."Berani kau menyentuh istriku!" hardik Arion dengan marah.Nyonya Lia yang melihat kehadiran Arion ikut terkejut, tetapi tidak dengan Elena yang sudah menduga hal ini akan terjadi."Arion, tolong lepaskan tangan mu. Azalea kesakitan," mohon Nyonya Lia yang melihat Azalea kesakitan."Awhs!" rintih Azalea setelah Arion melepaskan cengkraman nya.Arion segera mengajak Elena untuk pergi dari sana. Tapi, langkah mereka kembali terhenti."Lepaskan kalung itu!" pekik Azalea.Arion dan Elena kembali berbalik. Elena tersenyum menantang menatap Azalea, sementara Arion menatap dengan tajam.Tatapan pria itu seolah akan menusuk Azalea hidup-hidup, " Apa hak mu merebut barang milik Istriku?" tanya Arion menelisik.Dengan tidak tahu malunya Azalea mengakui bahwa kalung tersebut adalah miliknya, " Itu milik ku, Kak! Itu peninggalan ibuku dulu," serunya dengan percaya diri."Benar Arion, itu seharusnya menjadi milik Azalea,"
Pagi telah menyapa, mentari bersinar dengan terangnya. Di meja makan, Elena tengah menikmati sarapannya sendirian."Lihatlah, bahkan dia pergi begitu saja pagi ini," kesal Elena.Elena memakan sarapannya dengan hati yang kesal dan dongkol. Bahkan saat makan malam kemarin ia makan sendirian juga karena Arion yang sudah tidur.Ponsel Elena berdering, membuatnya menghentikan sejenak kegiatan sarapannya."Halo, Ada apa?" sapa Elena pada seorang diseberang sana.Terdengar nada panik dari orang dibalik telepon yang tak lain Vero, "Elena, lihatlah berita utama hari ini," seru Vero.Elena menaikan sebelah alisnya, "Ini masih pagi, dan kau meminta ku untuk melihat berita tidak penting," balas Elena."Jangan ganggu hariku dengan hal tidak penting!" sambungnya lagi.Dibalik telepon Vero mengeram kesal, "Lihat dulu, baru kau simpulkan," tegasnya yang membuat Elena akhirnya mengiyakan.Setelah sambungan telepon terputus, Elena segera melihat laman berita terbaru hari ini.Mata Elena terbuka lebar,
Vero mengatakan bahwa salah satu dari wartawan tersebut adalah suruhan Nyonya Lia."Bagaimana kau bisa yakin itu suruhan ibuku?" tanya Elena masih tidak percaya."Kau meminta ku untuk mencari tahu asal mereka bukan?" tanya balik Vero dan diangguki Elena."Aku mencari tahu mereka mendapatkan informasi darimana, sebagian adalah suruhan adikmu, tapi ada satu wartawan yang merupakan suruhan ibumu," sambung Vero."Aku bisa yakin karena aku bertanya padanya langsung," tambah Vero lagi yang membuat Elena menatapnya."Kau menemuinya?""Ya. Dan dia mengatakan dengan jujur, tapi tenang saja. Aku memintanya untuk bungkam,""Baiklah, kau boleh keluar. Lanjutkan kembali pekerjaan mu," titah Elena sambil mengibaskan tangannya.Vero mendengus, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Elena.Elena menyandarkan punggungnya, notifikasi pesan di ponselnya membuat ia meraih kembali ponsel tersebut."Siapa dia? Apakah Lucas?" gumam Elena.Jarinya mengetik sebuah balasan, "Dimana tepatnya?" tanya Elena.Tak lam
"Kali ini kau tidak perlu ikut," Arion menghentikan langkah nya saat akan pergi. Jeff menatap bingung pada boss nya, "Kenapa tuan?"Arion nampak berpikir sejenak, "Kau jaga Istriku, dan pantau dia selama aku pergi. Aku akan menanyakan apa saja yang dilakukannya selama aku tidak ada," jawabannya kemudian.Jeff mengangguk paham dan membiarkan Arion pergi.Kali ini Arion sengaja pergi ke luar kota dengan menyetir mobil sendiri. Walaupun ia terkesan tidak peduli, tapi ia sangat mengkhawatirkan Elena."Hati-hati di jalan, Tuan," seru Jeff sebelum Arion benar-benar pergi.Arion mengemudi dengan tenang, hembusan angin yang menerpa wajahnya menjadi teman perjalan Arion.Jarak yang ia tempuh tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu tiga jam perjalanan saja. Tapi, ia tidak mengatakan tujuan sebenarnya pada Elena.Di kursi penumpang terlampir secarik kertas yang bertuliskan namanya dan riwayat penyakit yang ia derita.Kertas itu tersorot oleh sinar matahari sore yang berwarna jingga, membuat tuli
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya Arion sampai di tempat tujuan.Sebuah tempat bernuansa putih dengan bau obat yang menyeruak dimana-mana menunjukan gambaran tempat saat ini dirinya berada."Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" seru seorang resepsionis.Arion menurunkan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidungnya."Ah, Tuan Dominic. Silahkan, Dokter ada di ruangannya. Beliau sudah berpesan sebelumnya," ucap resepsionis tersebut yang sudah mengenal Arion.Arion mengangguk dan berjalan meninggalkan meja resepsionis menuju ruangan Dokter.Saat akan masuk, langkah Arion terhenti."Tolong, Dok! Tolong selamatkan ibu saya!" seru seorang remaja laki-laki yang bersimpuh dikaki dokter."Hidupkan kembali ibu saya, dok! Katanya anda dokter hebat!" jeritnya lagi sambil mengguncangkan bahu dokter tersebut.Arion seperti terbawa ke sebuah peristiwa yang sama. Peristiwa kelam yang pernah terjadi di hidupnya."Dokter bodoh! Jangan katakan dirimu dokter jika kau tidak
“Baiklah, hati-hati dijalan,” ucap Elena sebelum Vero masuk kedalam mobil.Vero langsung menyalakan mesin mobil, “bagaimana dengan Lucas?” tanya Elena.Elena baru saja teringat dengan keponakan nya itu. “Dia baru saja kembali,” jawab Vero singkat. Tidak banyak informasi tentang Lucas saat ini, karena pria itu benar-benar menghilang setelah beberapa hari yang lalu.Elena mengangguk paham, ia kembali masuk kedalam setelah Vero pergi.Elena membaringkan kembali tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Namun, kegiatan tidur nya kembali terganggu saat ponselnya menyala.Ada sebuah notifikasi di sana, “Kau yakin tidak ingin menemui ku?” isi pesan itu.Elena cukup kesal karena pesan itu seakan terus memberikan ancaman baginya, “Kau siapa?” balas Elena.Ia juga cukup penasaran dengan pesan misterius itu. Masih dari orang sama yang mengajaknya untuk bertemu tadi, dan bagaimana bisa ia mendapatkan nomor pribadi Elena.“Tidak penting aku siapa, aku punya banyak rahasia mu,” ucap pesan itu lagi.“Aku
Pagi berikutnya, Elena sudah disibukkan dengan kegiatan paginya yang bersiap pergi ke kantor.Ponselnya berdering menandakan ada notifikasi pesan masuk, dengan bersemangat Elena membuka pesan tersebut berharap itu dari suaminya.“Jika kau ingin tahu rahasia yang kumiliki. Maka temui aku di hotel ElWay, kamar nomor 209 besok malam!”Lagi, pesan dari seorang misterius itu yang Elena dapatkan.Elena mendengus , “Apa yang dia mau sebenarnya,” gumam Elena sambil memasukkan ponselnya kedalam tas.Selera makan nya hilang seketika dan ia hanya mengambil sepotong roti tanpa meminum susu hangat yang sudah tersaji.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Jeff yang sudah berdiri di depan pintu.“Hem... Pagi juga, Jeff,” balas Elena dengan lesu.Tiga hari ini Elena selalu berangkat bekerja dengan diantar oleh Jeff, alasannya karena perintah Arion.Sedangkan pria yang bernama Arion itu sama sekali tak memberinya kabar selama tiga hari, bahkan pesan yang Elena kirim tak dibaca apalagi dibalas.Jeff mulai melaj
“Oh jadi sekarang kau tinggal bersama Jeff?”Vio mengangguk membenarkan ucapan Elena. Saat ini Elena tengah berjalan menuju ruangannya, diikuti dari Vio di belakang, “Kau tidak mengatakan bahwa Jeff kakak mu,”“Menurut saya itu tidak terlalu penting, Nona. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya,” Jelas Vio yang dibalas anggukan kepala oleh Elena.Pintu ruangan terbuka, ternyata di sana sudah ada Vero yang duduk dengan setumpuk berkas di tangannya. Vero bangun dari duduknya dan menyapa Elena, “Selamat pagi, Nona,”Ingat, hanya Elena yang Vero sapa. Ia tak memperdulikan Vio yang juga berdiri di sana. Elena terkekeh geli melihat nya, “Hey, dia calon adik ipar mu,”Vio terkejut mendengarnya, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi datar seperti biasanya. Sedangkan Vero merasa malu saat Elena mengatakan itu, tapi ia berpura-pura tak peduli.Setelah Vio pergi dari sana, baru Vero mendekat lagi. Ia memicing menatap Elena dengan tajam, “ Kau datang bersama Vio? Kenapa tak menelpon ku, k
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang