"Tensi pasien 130/80 mmHg, Dok!"Tensi Arion dinyatakan tinggi, Noah dan juga para dokter lain yang ada di sana tahu ini adalah Hipertensi Pulmonal."Terjadi pengumpulan cairan di paru-paru!"Mereka terus bergerak cepat, setiap detik yang terbuang begitu berati bagi para tim medis. Kecepatan dan ketepatan mereka sangat diperlukan dalam menangani masalah kesehatan yang berkaitan dengan nyawa seorang pasien."Lakukan oksigenasi!" ucap Noah.Di bawah penerangan lampu yang begitu terang, Noah melihat jelas bagaimana wajah Arion yang mulai memucat.Wajah kaku itu semakin kaku dan dingin saat pasokan oksigen mulai berkurang di tubuhnya.Pemasangan kateter oksigen mulai dilakukan, pemantauan denyut jantung ditindaklanjuti."Tensi pasien mulai kembali normal, Dok,"Perlahan tubuh Arion kembali bekerja dengan normal, pemantauan infus juga dilakukan agar memperhatikan cairan dalam tubuh Arion."Baiklah, segera siapkan ruangan. Pasien membutuhkan pemantauan denyut jantung,""Baik, Dok!"Setelah
"Dok! Denyut jantung pasien berhenti berdetak!"Seru seorang perawat yang berlari tergesa-gesa menghampiri Noah yang baru saja meregangkan tubuhnya.Mata Noah langsung terbuka seketika, bahkan pegal di tubuhnya langsung hilang saat mendengar kalimat tersebut terucap dari mulut perawan senior itu.Jeff yang masih di sana ikut terkejut dan bangun dari duduknya, "Bagaimana bisa terjadi!" Nada suara Jeff langsung meninggi, ia menatap nyalang pada Noah. Sementara pria itu langsung berlari menuju ruangan dimana Arion berada.Jeff ikut menyusul, wajah pria yang hampir berkepala empat itu begitu sulit diartikan."Ada apa? Kenapa tiba-tiba jantung Arion berhenti berdetak?" batin Noah bertanya-tanya.Pengumpulan cairan di paru-paru bisa saja terjadi pada penderita penyakit jantung bawaan, itu bisa diakibatkan dari kurangnya beristirahat dan stress.Tapi, dengan penanganan yang tepat waktu tak mungkin itu bisa terjadi "Apa harapan hidupnya sudah habis?" Pikir Noah akhirnya.Noah menggeser pintu
Elena menyemprotkan parfum pada titik tertentu untuk memaksimalkan penampilan nya malam ini. Tak terasa dua hari telah berlalu sejak Arion yang tiba-tiba pergi.Dan malam ini sesuai janji, Elena akan makan malam di sebuah restoran bersama keluarga nya untuk membahas kenaikan jabatan dirinya yang tak selesai.Elena mematut diri di depan cermin, "Sempurna," seru Elena yang melihat keseluruhan penampilan diri nya.Elena menuruni tangga satu persatu sambil tangannya sibuk mencari kunci mobil di tas mahal miliknya itu, "Dimana kunci mobilku?" gumam Elena.Langkah Elena terhenti saat mendapati seorang di depan nya, "Jeff?" gumam Elena."Jeff, kau sudah pulang? Lalu, dimana Arion?" tanya Elena.Mata Elena menelisik, melihat mungkin Arion masih di luar, "Arion masih di luar?" lanjutnya lagi tanpa menunggu Jeff menjawab."Maaf, Nyonya. Tuan belum pulang, kemarin saya hanya mengantarkan sampai bandara," jawab Jeff dengan sopan.Elena mendesah lesu saat mendengar itu, "Lalu kau juga kemana dua h
"Maaf membuat kalian menunggu, "Elena berseru saat melihat orang tuanya sudah duduk di sana, "Tapi, aku tepat waktu bukan?" sambung nya lagi.Tuan Miller tersenyum menanggapi ucapan sang putri, "Tidak apa, El," Sementara Nyonya Lia tersenyum kecut, entah hal apa lagi yang membuat Nyonya besar itu tidak senang."Dimana Arion? Apa dia tidak ikut?" tanya Tuan Miller yang tidak melihat kehadiran sang menantu."Arion tidak bisa hadir, dua hari yang lalu dia ada perjalanan bisnis," ucap Elena.Baru mereka akan melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba seorang masuk dan menarik perhatian mereka."Azalea?" batin Elena, ia tidak menyangka bahwa wanita itu akan ikut hadir di acara makan malam ini."Maaf, aku terlambat," seru Azalea.Wanita itu melangkah masuk, tubuh ramping nya dibalut dengan dress mewah berwarna merah dengan bagian dada yang terbuka.Perhiasan yang bersinar semakin membuat kesan glamor yang dipadukan dengan make up tebal."Malam, Kak," sapa Azalea yang duduk di samping Elena.Elena
“Oke, aku setuju,”Elena menyepakati untuk kenaikan jabatan nya. Ia tidak ingin hal tersebut terus di undur dan semakin memberikan celah untuk Azalea.Elena melirik jam tangan mewah miliknya, “Sudah malam, aku harus segera pulang,” ucap Elena.“Baiklah, hati-hati di jalan, El, “ balas kedua orang tuanya.“Hati-hati di jalan, Kak,” seru Azalea sambil melambaikan tangan.Elena menanggapi dengan senyuman, beranjak pergi dari ruangan yang berisi keluarga nya. Keluarga yang mulai terasa asing bagi Elena.“Kemana orang tuaku yang dulu,” gumam Elena.Setelah banyak hal yang Elena lalui, matanya semakin terbuka dan memberikan kenyataan pahit untuk nya.Elena berjalan sendirian di koridor restoran tersebut, ia merasa sedikit bingung karena sepanjang jalan sepi dan tak nampak seorang pun di sana.“Dimana para penjaga?” batin Elena.Koridor dengan lantai kaca itu menghasilkan suara klotak dari langkah kaki Elena, tapi dirinya merasa ada yang memperhatikan sejak ia keluar ruangan.“Aih, kenapa pu
"Hagh! Hagh! Hagh!"Napas Elena terengah-engah, tangan nya mulai terasa dingin dengan keringat yang mulai menetes membasahi dahi dan pelipisnya.Elena kini terpojok, tak ada jalan lagi untuk dirinya berlari sementara seorang di depannya semakin mendekat."Mundur! Atau kau tau akibatnya," seru Elena.Seorang itu tersenyum di balik masker hitamnya, "Kau sudah tak bisa lari, semua penjaga disini sudah ku singkirkan!" seru seorang tersebut.Elena menggeleng cepat dan menutup matanya saat seorang tersebut hendak meraih tangannya.Dugh!"Apa mau mu, Hah!" seru seseorang yang sangat familier di telinga Elena."Vero!"Di depan Elena jelas berdiri Vero yang entah muncul darimana dan memukuli seorang tersebut dengan berani dari belakang menggunakan heels tajam miliknya."Kau! Berani-beraninya mengganggu boss kesayangan ku!" cecar Vero sambil terus memukuli dengan kuat.Saat seorang itu hendak melakukan perlawanan, dengan sengaja Vero menginjak bagian pusaka milik seorang itu. Karena tubuhnya ya
"Jawab!"Glek!Vero menelan ludah berkali-kali dan melirik pada Elena yang sudah menjauh darinya."Aku hanya makan malam biasa sendiri," jawab Vero."Kenapa kau bertanya seperti itu padaku," sambungnya lagi yang masih merasa gugup."Pria tua mana yang mendekati mu?" tanya Elena dengan pertanyaan yang begitu menohok.Vero melebarkan matanya dengan mulut terbuka, "Apa? Apa maksud mu pria tua!" seru Vero yang tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan oleh Elena."Kau pikir pria muda mana yang mau dengan perawan tua seperti mu," sindir Elena dengan kejam.Setelah semua yang terjadi bukannya berterima kasih atas pertolongan Vero, Elena justru malah mencecar wanita lajang itu dengan berbagai cemoohan.Vero terdengar pura-pura sedih dan menangis mendengar ucapan kejam Elena, "teganya kau ini,"Elena memutar bola mata malas, "Kau bahkan seusia dengan suamiku, jadi itu menurut mu kurang tua untuk seorang wanita!"Jleb!Kembali kata-kata menohok keluar dari mulut Elena, "Ya baiklah terserah k
“Jeff, Maafkan aku. Karena aku kau sampai terluka seperti ini,” ucap sendu Elena.“Tidak apa-apa, Nyonya. Saya baik-baik saja,” jawab Jeff.Pria itu tak sadarkan diri hanya sebentar saja sebab akibat dari pukulan yang cukup keras di punggung nya. Akan tetapi, kini ia sudah sadar kembali dan darah di hidungnya sudah berhenti menetes.“Ini sudah malam, Nyonya. Mari saya antarkan pulang,” seru Jeff.“Tidak perlu, aku akan pulang bersama Vero. Kau pulanglah ke apartemen mu, dan beristirahat,” tolak Elena cepat.“Tapi, Nyonya,”“Aku semakin merasa bersalah jika kau tak mendengarkan ku,” Jeff menghela napas dan akhirnya mengikuti perintah sang Nyonya.Sementara itu, di luar Vero tidak menunggu Elena yang sedang berbicara dengan Jeff. Wanita lajang itu menelusuri rumah sakit dimana terakhir ia melihat keberadaan Arion.“Aku yakin itu dia, walaupun aku hanya beberapa kali bertemu tapi aku yakin dengan penglihatan ku,” gumam Vero.Wanita itu mengintip satu persatu ruang rawat inap yang ada di
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny