“ Apa yang sedang kau lakukan di situ? “ Prak!Arion datang dan bertanya cukup keras, bahkan tubuh besar pria itu mengenai pot bunga hingga terjatuh. Suaranya yang cukup keras mungkin bisa saja terdengar oleh mereka.Tidak ingin keberadaannya di ketahui dengan cepat, Elena segera menarik Arion dari sana. Tangannya juga menutup mulut pria itu agar tidak banyak berbicara.Setelah sedikit jauh dari sana, Elena melepaskan tangannya. “ Apakah volume suaramu tidak bisa pelan? “ tanya Elena sedikit kesal.Arion mengerutkan keningnya, alis pria itu saling bertaut. “ Memangnya apa yang kau lakukan di sana? “ tanya Arion lagi mengulang pertanyaannya.Belum sempat Elena menjawab, ia melihat Lucas yang segera menghampiri ke arah mereka.Buru-buru ia menarik Arion agar memeluknya. “ Peluk aku, peluk aku. Cepat! “ seru Elena yang semakin membuat pria itu bingung.“ Peluk aku yang erat. “ ucap Elena lagi.Arion yang bingung hanya mengiyakan, ia memeluk dengan erat tubuh mungil istrinya. “ Kenapa ti
“ Kau menjebloskan Azalea ke penjara? “Elena mengangguk cepat saat Arion menanyakan hal itu. Ia duduk di sana hanya untuk menemani suaminya menikmati sarapan pagi ini.“ Ada apa? Kau belum bercerita pada ku. “ ucap Arion lagi sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.Elena menopang wajahnya dengan kedua tangan, ia terlihat tidak bersemangat saat Arion bertanya itu. “ Dia terus saja membuat ku kesal. Sebenarnya sudah sejak lama aku tahu kebusukannya, semua bukti kejahatannya sudah ku simpan. “ jawab Elena menjelaskan.Saat Elena akan berbicara lagi, matanya memicing ke arah luar. Ia melihat Nyonya Lia yang berjalan seperti mengendap-endap.Ia begitu penasaran dengan apa yang akan dilakukan ibunya itu. “ Tunggu, aku harus memastikan sesuatu. “ seru Elena yang segera bangun dari duduknya.Sementara itu, Nyonya Lia pergi menemui Lucas di kolam renang belakang kediaman. Tempat itu jarang di kunjungi dan tidak tersorot kamera pengawas.Tanpa mereka tahu, Elena sudah mengikuti dari belak
Matahari mulai bersinar di ufuk timur, Arion benar-benar menghabiskan malam dengan tidur. Ia begitu lelap bahkan tak merasa pagi sudah tiba.Elena membuka gorden yang menutupi jendela besar itu, membiarkan sinar matahari dan udara pagi masuk. “ Sayang, ayo bangun. “ Arion tampak meregangkan tubuhnya yang kaku, tapi mata pria itu masih tertutup. “ Sebentar lagi, aku masih mengantuk. “ ucapnya dengan nada manja.Entah kapan pakaian pria itu sudah berganti pakaian formal dengan pakaian tidur. Hal itu semakin membuat Arion nyaman dan tertidur lagi. Melihat itu Elena terkekeh pelan, tentunya ia pasti akan mengganggu tidur suaminya. “ Ayolah, orang tuaku bahkan sudah ada di bawah lagi. “ bujur Elena.Ia memainkan hidung mancung suaminya, sesekali menciumi rambut tebalnya. Arion tersenyum tipis dengan mata terpejam.Bukannya bangun, ia malah menarik Elena ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh mungil istrinya dan menciumi wajah wanita itu. “ Sayang, lepaskan. Ini geli ... “ rengek Elena deng
Malam yang dingin tiba, suasana tegang menyelimuti kediaman utama Dominic. Tatapan Arion yang tajam semakin mendominasi keadaan yang mencekam.Tuan Damian duduk di samping Elena yang masih mengusap-usap punggungnya, berusaha menenangkan pria tua yang baru saja kehilangan putranya.Di bawah kaki Arion, Lucas bersimpuh dengan kedua lutut menopang tubuhnya. “ Aku tidak salah apa pun, paman! “ geram Lucas.Matanya tak kalah berani menatap Arion, tak tersimpan sedikit pun ketakutan dalam sorot mata pria itu. Arion menyunggingkan senyum sinis, seolah apa yang Lucas ucapkan hanya bualan semata baginya. “ Apa aku harus percaya dengan alasan mu? “ tanya Arion dengan sinis.“ Bukankah kau ada di sana saat ayahmu terjatuh! “ sarkas Arion.Jelas terlihat, tatapan beraninya sedikit menciut saat Arion mengucapkan kalimat itu. “ Kenapa? Apa kini rencana busuk mu sudah gagal? “ tantang Arion.Lucas menunduk, kedua tangan meremas lututnya. Ia diam tak membalas ucapan Arion, bahunya kemudian bergetar.
“ Arg! Lepaskan, lepaskan aku! Aku nona kedua Mauren! “Azalea terus menjerit-jerit meminta untuk dilepaskan. Ia meringkuk ketakutan di sudut ruangan tahanan yang begitu sempit.Sementara para tahanan wanita lain menertawakan wanita itu, ada tiga orang lainnya yang merundung Azalea sejak wanita itu masuk penjara.Sedangkan dua orang lainnya, memilih untuk mengabaikan tanpa ada niatan membantu.Lalu bagaimana dengan para penjaga? Sebenarnya mereka sama saja seperti para tahanan itu, hanya dengan pakaian rapi membuat perbedaan yang begitu jelas.Para penjaga itu tak peduli, mengingat Azalea bukan lagi nona kedua Mauren. “ Hey! Kalian jangan berisik! “ pekik salah satu penjaga yang ada di sana.Penjaga itu kemudian memilih menjauh, dan duduk. Ia tak peduli apa yang akan mereka lakukan, selagi tak merenggut nyawa maka mereka akan abai.Satu wanita yang paling mendominasi itu menarik sudut bibirnya, menampilkan senyum licik yang biasa Azalea tunjukan. Namun, kali ini mantan nona Mauren it
Matahari belum terbit di ufuk timur, udara sejuk masih begitu terasa di tengah kota yang berdebu. Langit pun masih berwarna biru keunguan, menandakan pagi akan segera tiba.Seolah bukan ketidak pastian, tapi waktu memang terus berjalan. Entah kita yang mengejar waktu atau justru sebaliknya.Seperti saat ini, Elena sudah ada di kantor kepolisian atau yang di sebut penjara. Di depannya duduk seorang wanita yang kemarin melakukan ulah dengannya.Jarak antara mereka hanya terhalang oleh kaca. Siapa lagi kalau bukan karyawannya dari departemen desain, kali ini ia begitu memohon pada Elena. “ Nona, tolong lepaskan saya. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. “ serunya yang membela diri penuh permohonan.Bukan tanpa alasan Elena memanggil pihak kepolisian untuk menangkapnya, namun karena sudah banyak kegiatan ilegal yang wanita itu lakukan.Elena hanya menatap datar ke arah wanita itu, ia pikir orang di depannya ini akan mengakui kesalahan. Namun, nyatanya tidak. “ Kau masih tidak mau menga