“Untuk apa paman meminta ku ke rumah sakit?” Jeff melirik Lovi dari kaca spion di depan nya, “Saya tidak tahu, Nona. Mungkin ada yang ingin tuan katakan,” balas Jeff.Lovi mendengus kesal, dirinya paling tidak suka dengan hal yang berbau rumah sakit. Tapi sekarang paman nya justru meminta nya untuk datang ke sana.“Eh, bukan kah tidak ada bibi Elena? Kalau begitu aku leluasa mendekati paman lagi,” batin Lovi yang tiba-tiba kegirangan.Jeff bisa melihat dengan jelas perubahan itu, “Aneh,” batin Jeff.Sementara itu, Arion menatap nyalang pada Noah yang berdiri di hadapannya.“Untuk apa kau kesini? Akibat ulah mu, istri ku kecelakaan!” kesal Arion yang malah memarahi Noah.Noah melongo tak percaya, “Kau menyalakan ku? Apa hubungannya?” ucap pria itu menunjuk diri sendiri.Noah mendengus kesal saat Arion menuduhnya sembarangan, “Aku bahkan tidak mengenal istrimu,” sambung Noah.“Ck. Pergilah. Aku sedang kesal dan malas melihat wajah mu,” seru Arion sambil mengibaskan tangannya mengusir N
Arion bangun dari duduknya, pria berahang tegas dengan wajah kaku itu berjalan menghampiri Lovi, keponakannya."Pergilah ke grup Mauren," ucap Arion saat berdiri di hadapan Lovi.Lovi memalingkan wajahnya tak suka, "Untuk apa aku kesana?""Agar matamu terbuka, apa yang istriku lakukan saat seusia mu. Dan apa yang sudah dia hasilkan di usia muda nya!" sarkas Arion.Lovi tertunduk dan menahan amarah. Gadis berambut cokelat sebahu itu merasa Arion menghinanya."Aku ingin kau belajar dari nya, dan aku akan mengabulkan satu permintaan mu,"Seketika Lovi langsung mendongak menatap sang paman, "Apapun?"Arion mengangguk pasti, "Ya, apapun itu. Kecuali menikah dengan ku, hapus impian gila itu,"Lovi nampak berpikir sejenak sebelum mengiyakan, tidak ada salahnya ia melakukan hal itu."Pelajari dan amati!""Oke,"Dan disinilah mereka sekarang, duduk saling berhadapan dengan ekspresi yang sulit di artikan."Apa yang kau temukan di grup Mauren?" tanya Arion.Arion tahu Lovi adalah gadis yang cuk
"Mana ponsel nya?" Vero berdiri di depan sebuah gedung terbengkalai yang tak jauh dari grup Mauren. Di hadapannya berdiri seorang lelaki yang juga asisten Elena tapi pria itu lebih tertutup.Pria itu memberikan ponsel Elena pada Vero, "Kali ini lagi-lagi bukan Azalea dan Lucas," ucap nya membuat Vero menaikan sebelah alisnya."Mereka belum bertindak apapun sampai sekarang," sambung nya lagi."Lalu siapa jika bukan mereka?""Ku rasa ini ada sangkut pautnya dengan Tuan Miller dan Nyonya Lia," "Maksud mu?"Vero semakin tidak paham bagaimana mungkin Tuan Miller mau mencelakai Elena yang catatannya anak pria itu.Akan tetapi, untuk Nyonya Lia. Vero merasa mungkin saja."Jadi apa yang harus ku lakukan sekarang?" tanya Vero pada akhirnya."Tuduh Azalea, buat dia yang mencari tahu siapa yang selalu mengancam Elena," Akhirnya Vero datang ke ruangan Azalea dan langsung melayangkan tuduhan pada wanita itu. Sedikit kejam, tapi ini demi keamanan mereka."Apa yang terjadi pada Kak Elena?" tanya
“Apa! Elena masuk rumah sakit?” pekik Lucas bangun dari duduknya.Pria itu begitu terkejut saat mengetahui bahwa Elena masuk rumah sakit, dan yang lebih parahnya lagi wanita itu kini sedang dalam keadaan koma.Meski koma ringan, akan tetapi tetap saja hal itu mengkhawatirkan.Di balik telepon, Azalea merasa tidak suka dengan tanggapan berlebihan dari Lucas. Ia pikir Lucas akan menanggapi biasa saja tidak sampai terkejut sedemikian rupa.Azalea berdecak sebal, “Kenapa kau menanggapi berlebihan? Apa kau masih mencintai Elena?” sinis Azalea.Lucas baru sadar dengan tanggapan berlebihan yang ia tunjukan, cepat-cepat ia meralat ucapannya, “Aku hanya terkejut, Sayang. Rencana kita baru akan di mulai saat acara kenaikan jabatan Elena kan?” ucap Lucas hati-hati.Azalea mendengus kesal ia merasa Lucas membohongi nya, “ Baiklah, aku akan menelpon mu lagi setelah tiba di rumah,” ucap Azalea sebelum menutup sambungan telepon.“Oke, hati-hati Sayang,” balas Lucas.Sambung telepon terputus, Lucas m
“Elena,”Elena mulai membuka mata, perlahan cahaya yang menyilaukan mulai masuk ke dalam penglihatan nya.Samar-samar ia mendengar suara Arion suaminya dan ada suara dokter juga yang ia dengar. Akan tetapi, mulutnya masih terkunci rapat.Arion yang melihat Elena mulai sadar merasa senang dan tersenyum haru, “Sayang, aku disini,” ucap nya sambil menciumi jari-jari tangan Elena.Elena mengedipkan mata berkali-kali untuk menjernihkan pandangan, namun ia merasakan kepalanya yang berdenyut dan tak kuat untuk menahan nya.Pandangannya kembali gelap, perlahan Elena kembali tak sadarkan diri.“El, kenapa? Kenapa kau tidur lagi sayang?” panik Arion saat Elena kembali tak sadarkan diri.Pria itu menatap tajam ke arah dokter di depannya, menuntut jawaban atas apa yang terjadi pada sang istri.“Kenapa istri ku tidak sadar lagi?” tanya Arion mengintimidasi.Dokter di depannya ini sedikit gugup saat melihat tatapan tajam Arion, belum lagi ia mengingat jika orang di hadapannya ini adalah pemilik rum
“Aku akan menghancurkan hidup Elena di hari perayaan kenaikan jabatan nya!” seru Azalea sambil tersenyum bangga.Di ruangan lain, Vero yang memperhatikan dari kamera pengawas mengeram kesal, “Wanita sialan! Elena begitu baik padanya, tapi dia ingin menghancurkan malaikat penolong nya sendiri,” ucap Vero dengan geram.Jika saat ini yang di sana adalah dirinya, mungkin Vero akan mencabik-cabik mulut wanita yang bernama Azalea itu.“Kau akan melakukan nya sendiri?” tanya pria itu lagi.Azalea menatap curiga ke arah pria di hadapannya ini, matanya memicing untuk berusaha mengenali wajah di depannya melalui mata, “Aku akan mengatakan nya jika kau memberitahu identitas mu!” seru Azalea.Pria itu tersenyum sinis di balik penutup wajah yang ia gunakan. Ia bangun dari duduk nya, “Baiklah, jika itu mau mu,”Tangan pria itu terangkat untuk membuka penutup wajah yang sedari tadi ia gunakan, Azalea memperhatikan dengan seksama. Akan tetapi saat tangan nya akan menarik penutup wajah itu, tangan lai
Elena mengedipkan mata berkali-kali, merasakan cahaya mulai masuk ke penglihatan nya. Ia merasakan sesuatu yang berat menindih tangannya, saat menoleh ternyata Arion tertidur di sampingnya.Elena menggerakkan tangan nya, merasa terganggu membuat Arion bangun dari tidur pulasnya, “Emh,” erang Arion.Pria itu belum menyadari bahwa Elena sudah sadar. Elena tersenyum menatap Arion yang menemaninya, ia tahu pekerjaan pria itu pasti banyak. Tapi sang suami tetap berada di sisinya ketika ia tidak sadarkan diri.“El, kau sudah sadar, Sayang,” seru Arion dengan senyum yang tercetak di wajah kaku nya.Elena masih merasa kelu untuk berbicara, ia menganggukkan kepala sebagai jawaban.Pintu terbuka dan memperlihatkan dokter yang memang waktunya memeriksa keadaan Elena. Setelah pemeriksaan selesai, tim medis itu kembali keluar.“Kau menangis?” tanya Elena dengan suara serak.Arion memalingkan wajah, “Tidak, aku tidak menangis,” jawab Arion.Elena berusaha untuk duduk, ia tersenyum menatap pria berw
“Mah, Pah, Sepertinya aku harus ke toilet dulu,” seru Azalea menghentikan langkah mereka.Nyonya Lia dan Tuan Miller berbalik menatap Azalea, mereka menatap putrinya yang terlihat menahan ke toilet, “Baiklah, tapi kau tahu letak ruang rawat kakak mu kan?” tanya Nyonya Lia untuk memastikan.Siang ini mereka datang ke rumah sakit untuk menjenguk Elena, seharusnya mereka datang semalam. Akan tetapi karena Azalea yang tidak pulang membuat mereka baru datang siang ini.Saat tiba di depan pintu masuk rumah sakit, netra Azalea menangkap sosok Noah yang sedang berada di rumah sakit yang sama, “Astaga, aku tidak tahu dia bekerja disini,” batin Azalea.Azalea berpikir cepat mencari cara untuk tidak bertemu dengan Noah, sebuah ide melintas di pikiran nya. Pada akhirnya ia meminta izin untuk pergi ke toilet.Azalea mengangguk cepat, “Iya, aku tahu,”Mereka berpisah di sana, di toilet Azalea bercermin pada kaca yang ada di dekat wastafel. Wanita itu merapikan sedikit riasan dan pakaian serta rambu
“Oh jadi sekarang kau tinggal bersama Jeff?”Vio mengangguk membenarkan ucapan Elena. Saat ini Elena tengah berjalan menuju ruangannya, diikuti dari Vio di belakang, “Kau tidak mengatakan bahwa Jeff kakak mu,”“Menurut saya itu tidak terlalu penting, Nona. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya,” Jelas Vio yang dibalas anggukan kepala oleh Elena.Pintu ruangan terbuka, ternyata di sana sudah ada Vero yang duduk dengan setumpuk berkas di tangannya. Vero bangun dari duduknya dan menyapa Elena, “Selamat pagi, Nona,”Ingat, hanya Elena yang Vero sapa. Ia tak memperdulikan Vio yang juga berdiri di sana. Elena terkekeh geli melihat nya, “Hey, dia calon adik ipar mu,”Vio terkejut mendengarnya, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi datar seperti biasanya. Sedangkan Vero merasa malu saat Elena mengatakan itu, tapi ia berpura-pura tak peduli.Setelah Vio pergi dari sana, baru Vero mendekat lagi. Ia memicing menatap Elena dengan tajam, “ Kau datang bersama Vio? Kenapa tak menelpon ku, k
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang