LOGINSean menatap ke arah layar ponselnya. Menikmati video saat-saat di mana Walter mendorong para mafia ke tengah-tengah laut. Dengan kondisi tangan mafia-mafia itu ditali dengan tali tambang. Dan kaki mereka dirantai dengan beton yang sangat berat untuk memastikan para musuh-musuhnya itu terus tenggelam ke dasar laut tanpa bisa melakukan perlawanan apapun.
Sean merasa terhibur dengan aksi Walter. Ia merasa bahwa memberikan kapal dan menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan oleh Walter tidak membuatnya rugi. Video berhenti. Menandakan semua mafia itu sudah didorong keluar kapal dan tenggelam ke dasar laut. Tidak lama setelah itu pintu kamar Sean diketuk. Sean mengizinkan orang itu masuk. Dan muncul seorang perempuan berpostur tubuh tinggi dengan rambut berwarna pirang. Rias Nebula. "Aku tidak melihat Walter. Di mana si bodoh itu? Apakah dia bunuh diri setelah tau pacarnya tidur dengan perempuan lain?" tanya Rias menggaruk kepalanya. "Apa kamu belum tau? Dia sebentar lagi menikah," tanya Sean balik. "Menikah? Laki-laki mesum seperti dia? Wanita bodoh mana yang mau menikah dengan laki-laki hina sepertinya? Aku saja lebih memilih untuk sendiri seumur hidup daripada harus menikah dengan laki-laki tidak tau aturan sepertinya." "Itu lucu. Tapi itu kebenaran yang ada." Rias diam. Rias sadar bahwa sepertinya ada masalah besar yang sedang mengarah pada Walter dan Sean. Rias sendiri sudah mengetahui identitas Sean yang sebenarnya. Membuat Rias memiliki firasat bahwa Walter tidak ada di sana untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Sean. Rias sendiri bertemu dengan Sean dan Walter saat berkuliah di Finlandia. Rias, Sean, dan Walter saat itu menjadi sahabat dekat. Rias berasal dari keluarga sederhana. Tidak memiliki harta ataupun barang mahal seperti kedua orang itu. Namun itu tidak menjadi alasan bagi Sean dan Walter untuk menjauhi Rias. Bahkan selama kuliah, semua kebutuhan Rias benar-benar dibayar tuntas oleh Sean dan Walter. Rias sangat akrab dengan kedua orang itu. Walau terkadang Rias dan Walter sering berkelahi karena hal-hal kecil. "Apa kamu tau tentang Keluarga Eugenia?" tanya Sean berdiri. "Tidak tau. Aku tidak pernah mendengarnya," balas Rias menggeleng pelan. "Pacarku putri tunggal di Keluarga Eugenia. Dia sedang mengandung anakku. Namun karena perintah orang tuanya, dia harus menikah dengan Walter yang memiliki darah Fletcher. Walter dan aku sudah bekerja sama. Aku menginginkan anak itu. Dan Walter menginginkan harta keluarga Eugenia. Aku memanggilmu untuk membantu Walter setelah anak itu lahir." "Aku penasaran tentang bagaimana itu bisa terjadi. Tapi, ya', sudahlah. Aku juga akan mendapatkan jawabannya saat semuanya mulai berlalu. Aku hanya perlu menjaga anak itu bukan?" "Benar. Kamu akan lebih sering berada di sisi Walter setelah ini. Sedangkan aku akan lebih sering di kantor untuk mengurus perusahaan. Menggantikan Walter yang akan aku perintahkan untuk lebih sering di rumah setelah Alicia mengungkapkan kelamhilannya. Lakukan saja apa yang dia katakan." Ini adalah tugas yang rumit. Namun Sean adalah penerus Ephraim. Tidak mungkin Sean meminta hal secara percuma. Tanpa mengatakan apapun, Rias sangat yakin, Sean sudah menyiapkan hadiah dengan nominal fantastis jika memang rencana ini berhasil. Rias bisa merawat bayi. Rias mudah akrab dengan anak kecil. Hanya saja Rias membenci Walter. Laki-laki itu tidak bisa diam saat berada di sisinya. Selalu saja mencari celah untuk membuat Rias murka dan mendaratkan pukulan ke wajah laki-laki itu. Jika disuruh memilih, Rias lebih memilih menjadi asisten Sean. Yang di mana Sean lebih banyak duduk diam dan tak suka mencari masalah ataupun mencampuri masalah orang lain. "Apa kamu benar-benar akan mempertaruhkan seluruh kepercayaanmu padanya?" tanya Rias ragu dengan sosok Walter. "Tentu saja. Aku sudah menyerahkan seluruh aset keluargaku padanya. Jika aku tidak percaya dengannya, aku tidak mungkin melakukan itu," jawab Sean. "Aku tidak mengerti. Aku dan dia sudah berteman cukup lama. Namun entah mengapa, terkadang aku merasa bahwa dia lebih mirip seperti ular dibanding serigala. Aku mulai beranggapan bahwa dia lebih licik dari ayahnya. Dia bisa saja berkhianat darimu dan mengambil seluruh hartamu dan harta Keluarga Eugenia untuk dirinya sendiri." "Aku pun dulu berpikiran seperti itu. Tapi, setelah aku bersama dengannya lebih lama, aku lebih mengerti mengapa dia selalu bersikap seperti itu. Aku rasa kamu juga akan merasakan apa yang aku rasakan jika kamu lebih menatapnya lebih sering. Melihat apa yang dia lakukan lebih jelas." Sean berdiri dari kursi. Berjalan menuju ke arah jendela ruang kerjanya. Membuka tirai dan jendela membiarkan udara segar masuk. Dan menatap ke arah jalan yang hanya diterangi oleh lampu jalan. Keadaannya lebih sepi jika dibandingkan malam kemarin. Walter Fletcher. Sean berpikir bahwa laki-laki itu berbahaya. Namun itu semua berubah saat mereka memasuki semester 4. Ada satu kejadian di masa lalu yang membuat Sean berpikiran bahwa nama Fletcher bukanlah anugerah bagi Walter. Melainkan kesialan. Dan mulai saat itu, Sean lebih sering mengamati Walter. Lalu menyadari Walter adalah orang baik yang tak bisa menyembunyikan rasa keusilannya. "Bagaimana jika dia mengkhianatimu?" tanya Rias menatap Sean serius. "Kami sudah seperti saudara. Aku sangat yakin bahwa dia tidak akan mengkhianatiku. Tapi, jika memang dia berkhianat suatu hari nanti, aku akan menggunakan tanganku sendiri untuk memotong kepalanya," jawab Sean menatap telapak tangannya.Untuk pertama kalinya setelah satu tahun, Rias ingin bekerja. Namun Rias tidak ingin memulainya dari karyawan biasa. Rias ingin datang ke kantor sebagai sekertaris Walter. Menggantikan posisi Regina yang memang sampai detik ini masih menjadi sekertaris andalan Walter.Walter menyambut baik kemauan Rias itu. Sehingga Walter memilih untuk meliburkan Regina sehari dan membiarkan Rias mendampinginya selama satu hari.Dengan keinginannya sendiri, Walter membatalkan beberapa kegiatan yang Walter rasa akan sangat melelahkan. Walter khawatir Rias merasa lelah dan tidak ingin kembali lagi keesokan harinya.Dan setelah menjalani pekerjaannya selama sehari, Rias rasa memang melelahkan. Bekerja bukanlah sesuatu yang bisa ia lakukan. Rias lebih suka hidup seperti biasanya. Menghabiskan waktu di rumah. Pergi keluar saat ingin. Menikmati kehidupan sesuai keinginannya. Dan membiarkan Walter membiayai kehidupannya.Sebelum mereka pulang ke rumah, Rias meminta Walt
Alicia mengendap-endap turun dari kamar menuju ke arah dapur saat tengah malam. Walau sekarang ia sudah menjadi seorang ibu dan umur Yuna hampir genap satu tahun, Alicia tidak bisa menghapuskan kebiasaannya untuk mengkonsumsi cemilan saat malam hari.Sebenarnya itu bukanlah kebiasaan awalnya. Kebiasaan itu muncul saat ia melihat suaminya yang selalu makan cemilan sebelum tidur. Dan karena itulah, Alicia mulai sering mencari cemilan sebelum tidur.Suasana rumah sangat sepi, para pembantu sudah tertidur di kamar mereka. Sedangkan para penjaga keamanan berada di luar rumah, berkeliling untuk memastikan tidak ada orang yang tidak dikenal memasuki rumah dengan halaman 200.000 m² itu.Saat sudah memasuki dapur, Alicia cukup terkejut saat melihat ada Rias yang tengah memasak. Tatapan mereka saling bertemu, namun tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Alicia melanjutkan langkahnya menuju ke arah kulkas. Membuka kulkas dan mengambil sebu
Setelah dua tahun berlalu. Sean memasuki ruangan bawah tanah. Berjalan di koridor yang tak pernah dijelajahi siapapun selain dirinya seorang. Menuju suatu titik di mana ia bisa mendapati dan melihat musuh bebuyutannya yang selama lima tahun ini telah mainkan seperti boneka.Sean menghentikan langkahnya. Ia menatap ke seorang laki-laki tua dengan kaki sebelah kanannya di rantai.Sean sengaja merantai kedua kaki laki-laki itu supaya laki-laki itu tidak bisa pergi dari ruangan itu. Dan kalaupun memang rantai itu lepas, pintu ruangan itu terbuat dari sebuah pintu brankas yang tak akan bisa ditembus oleh senjata tajam atau apapun itu."Bagaimana kondisimu, Beck?" tanya Sean dengan senyuman puas."Benar-benar gila," balas Beck menatap Sean dengan penuh kebencian."Jangan salahkan aku. Kamu dulu yang memulai peperangan. Aku hanya ingin membalas apa yang sudah kamu mulai. Dan sekarang, kamu harus menikmati kekalahanmu. Penyiksaan yang aku berikan
Yang Walter lakukan hanyalah berada di rumah dan menatap layar laptop, namun entah mengapa Walter merasa sangat lelah. Jenuh. Dan merasa tidak nyaman.Hingga pada akhirnya, Walter mendapatkan pesan dari Sean. Sahabatnya itu meminta Walter untuk datang ke sebuah restoran kecil yang selalu mereka kunjungi saat mereka masih menjadi mahasiswa.Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Restoran shusi yang tidak terlalu besar dan hanya ada sedikit pengunjung. "Mari kembali ke Korea," ujar Sean menghancurkan suasana hening di antara mereka."Pergilah jika memang ingin pergi. Bawa Rias bersamamu," balas Walter menatap gelasnya yang berisikan Soju."Bukankah kita harus kembali bersama? Akan sangat merepotkan jika seandainya aku harus mengurus segala perusahaan yang ada seorang diri. Dan semua orang sudah mengenalmu sebagai pewaris Ephraim. Jika aku muncul, maka akan ada banyak sekali pertanyaan. Semuanya akan berbalik dan kita dalam bahaya," keluh Sean."Bukankah sudah selesai? Beck juga sudah d
Setelah menyusui dan memastikan Yuna tertidur lelap di atas kasur, Alicia mengalihkan pandangannya ke arah suaminya yang sedang duduk di atas kursi kayu sembari menatap ke arah laptopnya.Memang benar bahwa kesepakatan antara Walter dan Sean sudah selesai. Namun pekerjaan mereka belum selesai. Walter masih harus mengurus beberapa hal terkait urusan bisnis. Dan saat itu semua selesai, baru Walter bisa melepaskan tangannya dari seluruh perusahaan yang bergerak dengan nama Ephraim.Alicia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Walter yang masih duduk menghadap ke meja. Suaminya itu terlihat begitu pusing dengan segala pekerjaan yang sudah menumpuk beberapa hari. "Sepertinya ada yang harus kita bicarakan," ujar Alicia saat sudah berada di sisi Walter.Walter menutup layar laptopnya. Menghentikan sejenak segala urusan pekerjaannya. Dan mulai memberanikan diri untuk menghadapi masalah yang ada. Permasalahan rumah tangga. "Bukankah Sean sudah memintamu untuk kembali padanya?" tanya Walter m
Alicia bangun dari tidurnya. Entah mengapa, malam ini Alicia tidur dengan sangat nyaman. Tidak ada suara tangisan Yuna yang sebelum-sebelumnya selalu terbangun dan menangis di tengah malam. Secara fisik, Alicia tidak terlalu lelah merawat Yuna. Karena Rias selalu berada di sisinya dan mengambil tugasnya saat Alicia merasa bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat.Namun Alicia sadar bahwa Rias tidak akan lagi berada di sisinya. Rias akan pergi. Dan mungkin dalam kondisi sekarang, Alicia akan mengurus Yuna seorang diri. Mengingat Walter sama sekali belum memberikan Alicia ruang untuk kembali ke dalam kehidupan laki-laki itu.Saat Alicia bangkit dari posisinya dan perasaannya panik saat melihat tidak ada Yuna di sisinya. Alicia sangat ingat bahwa ia membaringkan Yuna tepat di sampingnya. Sisi tepi kasur pun sudah ia berikan pembatas menggunakan bantal sehingga tidak mungkin Yuna jatuh ke bawah. Kalaupun jatuh maka sudah bisa dipastikan bayi kecil itu akan menangis. Yang menandakan bahwa Yun







