Home / Rumah Tangga / Kesepakatan Balas Dendam / Rencana Pembalasan(2)

Share

Rencana Pembalasan(2)

Author: PlutoPen
last update Last Updated: 2025-04-29 20:43:55

Walter berangkat ke alamat yang dikirimkan oleh Sean. Tidak ada rumah. Hanya ada gudang yang sudah lama terbengkalai. Walter dengan berani mendobrak pintu gudang itu menggunakan kakinya.

Mengejutkan lima orang yang sedang berpesta miras di tengah-tengah gudang. Isi gudang itu terdapat beberapa fasilitas yang seharusnya ada di rumah. Sofa, televisi, lemari, kursi, dan meja. Membuat Walter mengerti mengapa para mafia itu betah berada di sana.

Pandangan Walter tertuju pada seorang laki-laki tua berambut dan kumis berwarna putih. Pemimpin kelompok itu. Lucius.

"Hoi, anak kecil. Ini bukan tempat yang bisa kamu masuki sesuka hati," tegur Lucius bangkit dari Sofanya.

"Anak kecil? Sudah lama sekali tidak ada orang yang berani menghinaku dengan kalimat itu," kesal Walter menatap Lucius dengan tatapan tajam.

"Tapi, ya, sudahlah. Aku datang untuk memberikanmu kesempatan. Berlututlah di hadapanku dan mengakui kejahatanmu. Meminta maaflah karena sudah mencoba merampas tanah-tanah warga desa."

Semua mafia yang ada di sana tertawa kencang saat mendengar ucapan Walter. Tentu saja itu lucu. Ancaman itu dilontarkan oleh seorang laki-laki yang lebih muda dari mereka. Postur tubuh Walter pun lebih kecil jika dibandingkan dengan postur tubuh mereka.

Walter sendiri. Dan mereka berlima. Secara jumlah, para mafia itu akan memenangkan pertarungan dengan mudah. Namun mereka belum tau, sekejam apa Walter saat sudah serius.

"Apakah menurutmu kamu bisa menang melawan kami? Kenapa kamu tidak pulang saja dan memakan makan malam yang sudah disiapkan oleh orang tuamu? Atau jangan-jangan kamu tidak memilikinya? Orang tua," hina Lucius diakhiri dengan suara yang sangat kencang.

"Haa, orang ini benar-benar keterlaluan. Jika saja kalian tidak lebih tua dariku, aku akan menyumpal mulut kalian menggunakan beton. Dengan begitu akan berhenti menciptakan suara tawa yang jelek itu," ujar Walter mulai terpancing emosi.

Sean tidak akan mengirim Walter seorang diri jika tidak percaya dengan kemampuan beladiri Walter. Sean percaya bahwa Walter akan menang mau bagaimanapun kondisi yang akan dihadapi oleh Walter nanti. Sehingga Sean tidak membayar orang untuk membantu Walter kali ini. Walter akan menghadapi kelima orang itu sendiri.

"Terserah. Aku meminta maaf. Dan berterima kasih atas rendah hatimu. Sekarang pergilah," ujar Lucius setelah puas menertawakan Walter.

"Sayang sekali. Aku baru saja memberikan kalian kesempatan emas. Tapi kalian menyia-nyiakannnya begitu saja. Dasar keledai tak berakal," hina Walter menatap sinis Lucius.

"Ini akan menjadi kesempatan terakhir kalian. Berlututlah," lanjut Walter mengepalkan tangannya.

"Bagaimana kalau aku tidak mengatakannya?" tanya Lucius diakhiri dengan tertawa yang sangat kencang.

Walter melirik ke arah sekitar. Menemukan potongan besi beton. Dari ukuran tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Bisa ia gunakan sebagai senjata. Walter mengambil itu.

"Kamu tidak bisa melukaiku dengan itu. Kamu harus menggunakan ini untuk melukai orang lain," ujar Lucius mengeluarkan pisau.

"Aku tidak memerlukan senjata khusus. Karena semua barang yang pegang akan kuubah secara sempurna menjadi senjata," balas Walter.

Walter menyerang maju. Lucius pun melakukan hal yang sama. Lucius menebas satu kali. Mengarahkan pisaunya ke arah tubuh Walter. Namun Walter bisa menangkap dan mendorong tangan kanan Lucius ke arah lain, sehingga pisau itu menjauh dari tubuhnya. Sedangkan tangan kirinya yang memegang potongan besi beton ia tancapkan di bahu Lucius. Dan dengan cepat ia menarik potongan besi itu ke bawah, mengikuti lekuk lengan Lucius. Membuat Lucius mendapatkan luka terbuka dari gorengan besi beton itu. Lucius meronta kesakitan sembari berguling-guling di atas tanah.

"Sepertinya aku harus mengenalkan diri pada kalian. Salam kenal, aku Walter. Seperti yang aku katakan tadi, semua benda yang aku pegang akan berubah sempurna menjadi senjata berbahaya. Senang bisa bertemu dengan kalian," ujar Walter tersenyum lebar.

"Hanya tersisa empat orang. Aku akan memberikan kalian kesempatan ketiga. Berlututlah di hadapanku. Meminta maaflah. Dan akui dosa kalian. Atau kalian aku siksa sampai di posisi yang membuat ingin dikirim ke neraka," ujar Walter menunjuk keempat anak buah Lucius menggunakan potongan besi beton miliknya.

Sayangnya tidak sesuai rencana. Keempat orang itu berdiri dan mengeluarkan pisau. Menandakan perlawanan. Membuat Walter tersenyum lebar. Sebenarnya sejak awal memang ini yang Walter inginkan. Pertarungan. Walter sudah lama sekali tidak bertarung bebas. Ia menahannya selama ini. Dan baru bisa melampiaskannya hari ini.

"Kalian sendiri yang memilih untuk melawan. Jangan salahkan aku jika akan menyiksa kalian sampai suara kalian habis sebelum menyingkirkan nyawa kalian. Akan aku pastikan, kalian akan merasakan rasa sakit yang tidak akan pernah kalian lupakan bahkan ketika kalian sudah berada di neraka," ujar Walter menatap satu persatu keempat mafia yang ada di hadapannya.

Ada satu hal yang menonjol dari Walter dan Alfred. Alfred memang memiliki kemampuan beladiri yang hebat. Namun tidak bisa selincah Walter. Alfred sudah terlalu tua untuk berlarian ke sana ke mari saat melawan musuh-musuhnya. Alfred lebih mengandalkan pistol atau senjata api lainnya untuk bisa menekuk lutut musuhnya.

Namun Walter berbeda. Walter masih muda. Tenaga dan staminanya sangat kuat. Walter lebih suka bertarung jarak dekat dan mendengarkan suara rintihkan kesakitan musuhnya secara jelas. Walter adalah sosok iblis sebenarnya dari Keluarga Yehezkiel.

Iblis yang selama ini dirantai dan ditahan oleh Sean kini kembali bebas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesepakatan Balas Dendam   Epilog 3

    Untuk pertama kalinya setelah satu tahun, Rias ingin bekerja. Namun Rias tidak ingin memulainya dari karyawan biasa. Rias ingin datang ke kantor sebagai sekertaris Walter. Menggantikan posisi Regina yang memang sampai detik ini masih menjadi sekertaris andalan Walter.Walter menyambut baik kemauan Rias itu. Sehingga Walter memilih untuk meliburkan Regina sehari dan membiarkan Rias mendampinginya selama satu hari.Dengan keinginannya sendiri, Walter membatalkan beberapa kegiatan yang Walter rasa akan sangat melelahkan. Walter khawatir Rias merasa lelah dan tidak ingin kembali lagi keesokan harinya.Dan setelah menjalani pekerjaannya selama sehari, Rias rasa memang melelahkan. Bekerja bukanlah sesuatu yang bisa ia lakukan. Rias lebih suka hidup seperti biasanya. Menghabiskan waktu di rumah. Pergi keluar saat ingin. Menikmati kehidupan sesuai keinginannya. Dan membiarkan Walter membiayai kehidupannya.Sebelum mereka pulang ke rumah, Rias meminta Walt

  • Kesepakatan Balas Dendam   Epilog 2

    Alicia mengendap-endap turun dari kamar menuju ke arah dapur saat tengah malam. Walau sekarang ia sudah menjadi seorang ibu dan umur Yuna hampir genap satu tahun, Alicia tidak bisa menghapuskan kebiasaannya untuk mengkonsumsi cemilan saat malam hari.Sebenarnya itu bukanlah kebiasaan awalnya. Kebiasaan itu muncul saat ia melihat suaminya yang selalu makan cemilan sebelum tidur. Dan karena itulah, Alicia mulai sering mencari cemilan sebelum tidur.Suasana rumah sangat sepi, para pembantu sudah tertidur di kamar mereka. Sedangkan para penjaga keamanan berada di luar rumah, berkeliling untuk memastikan tidak ada orang yang tidak dikenal memasuki rumah dengan halaman 200.000 m² itu.Saat sudah memasuki dapur, Alicia cukup terkejut saat melihat ada Rias yang tengah memasak. Tatapan mereka saling bertemu, namun tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Alicia melanjutkan langkahnya menuju ke arah kulkas. Membuka kulkas dan mengambil sebu

  • Kesepakatan Balas Dendam   Epilog 1

    Setelah dua tahun berlalu. Sean memasuki ruangan bawah tanah. Berjalan di koridor yang tak pernah dijelajahi siapapun selain dirinya seorang. Menuju suatu titik di mana ia bisa mendapati dan melihat musuh bebuyutannya yang selama lima tahun ini telah mainkan seperti boneka.Sean menghentikan langkahnya. Ia menatap ke seorang laki-laki tua dengan kaki sebelah kanannya di rantai.Sean sengaja merantai kedua kaki laki-laki itu supaya laki-laki itu tidak bisa pergi dari ruangan itu. Dan kalaupun memang rantai itu lepas, pintu ruangan itu terbuat dari sebuah pintu brankas yang tak akan bisa ditembus oleh senjata tajam atau apapun itu."Bagaimana kondisimu, Beck?" tanya Sean dengan senyuman puas."Benar-benar gila," balas Beck menatap Sean dengan penuh kebencian."Jangan salahkan aku. Kamu dulu yang memulai peperangan. Aku hanya ingin membalas apa yang sudah kamu mulai. Dan sekarang, kamu harus menikmati kekalahanmu. Penyiksaan yang aku berikan

  • Kesepakatan Balas Dendam   Mari Kita Lakukan

    Yang Walter lakukan hanyalah berada di rumah dan menatap layar laptop, namun entah mengapa Walter merasa sangat lelah. Jenuh. Dan merasa tidak nyaman.Hingga pada akhirnya, Walter mendapatkan pesan dari Sean. Sahabatnya itu meminta Walter untuk datang ke sebuah restoran kecil yang selalu mereka kunjungi saat mereka masih menjadi mahasiswa.Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Restoran shusi yang tidak terlalu besar dan hanya ada sedikit pengunjung. "Mari kembali ke Korea," ujar Sean menghancurkan suasana hening di antara mereka."Pergilah jika memang ingin pergi. Bawa Rias bersamamu," balas Walter menatap gelasnya yang berisikan Soju."Bukankah kita harus kembali bersama? Akan sangat merepotkan jika seandainya aku harus mengurus segala perusahaan yang ada seorang diri. Dan semua orang sudah mengenalmu sebagai pewaris Ephraim. Jika aku muncul, maka akan ada banyak sekali pertanyaan. Semuanya akan berbalik dan kita dalam bahaya," keluh Sean."Bukankah sudah selesai? Beck juga sudah d

  • Kesepakatan Balas Dendam   Tetap Ingin Bersama

    Setelah menyusui dan memastikan Yuna tertidur lelap di atas kasur, Alicia mengalihkan pandangannya ke arah suaminya yang sedang duduk di atas kursi kayu sembari menatap ke arah laptopnya.Memang benar bahwa kesepakatan antara Walter dan Sean sudah selesai. Namun pekerjaan mereka belum selesai. Walter masih harus mengurus beberapa hal terkait urusan bisnis. Dan saat itu semua selesai, baru Walter bisa melepaskan tangannya dari seluruh perusahaan yang bergerak dengan nama Ephraim.Alicia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Walter yang masih duduk menghadap ke meja. Suaminya itu terlihat begitu pusing dengan segala pekerjaan yang sudah menumpuk beberapa hari. "Sepertinya ada yang harus kita bicarakan," ujar Alicia saat sudah berada di sisi Walter.Walter menutup layar laptopnya. Menghentikan sejenak segala urusan pekerjaannya. Dan mulai memberanikan diri untuk menghadapi masalah yang ada. Permasalahan rumah tangga. "Bukankah Sean sudah memintamu untuk kembali padanya?" tanya Walter m

  • Kesepakatan Balas Dendam   Harus Berbicara

    Alicia bangun dari tidurnya. Entah mengapa, malam ini Alicia tidur dengan sangat nyaman. Tidak ada suara tangisan Yuna yang sebelum-sebelumnya selalu terbangun dan menangis di tengah malam. Secara fisik, Alicia tidak terlalu lelah merawat Yuna. Karena Rias selalu berada di sisinya dan mengambil tugasnya saat Alicia merasa bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat.Namun Alicia sadar bahwa Rias tidak akan lagi berada di sisinya. Rias akan pergi. Dan mungkin dalam kondisi sekarang, Alicia akan mengurus Yuna seorang diri. Mengingat Walter sama sekali belum memberikan Alicia ruang untuk kembali ke dalam kehidupan laki-laki itu.Saat Alicia bangkit dari posisinya dan perasaannya panik saat melihat tidak ada Yuna di sisinya. Alicia sangat ingat bahwa ia membaringkan Yuna tepat di sampingnya. Sisi tepi kasur pun sudah ia berikan pembatas menggunakan bantal sehingga tidak mungkin Yuna jatuh ke bawah. Kalaupun jatuh maka sudah bisa dipastikan bayi kecil itu akan menangis. Yang menandakan bahwa Yun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status