Walter berangkat ke alamat yang dikirimkan oleh Sean. Tidak ada rumah. Hanya ada gudang yang sudah lama terbengkalai. Walter dengan berani mendobrak pintu gudang itu menggunakan kakinya.
Mengejutkan lima orang yang sedang berpesta miras di tengah-tengah gudang. Isi gudang itu terdapat beberapa fasilitas yang seharusnya ada di rumah. Sofa, televisi, lemari, kursi, dan meja. Membuat Walter mengerti mengapa para mafia itu betah berada di sana. Pandangan Walter tertuju pada seorang laki-laki tua berambut dan kumis berwarna putih. Pemimpin kelompok itu. Lucius. "Hoi, anak kecil. Ini bukan tempat yang bisa kamu masuki sesuka hati," tegur Lucius bangkit dari Sofanya. "Anak kecil? Sudah lama sekali tidak ada orang yang berani menghinaku dengan kalimat itu," kesal Walter menatap Lucius dengan tatapan tajam. "Tapi, ya, sudahlah. Aku datang untuk memberikanmu kesempatan. Berlututlah di hadapanku dan mengakui kejahatanmu. Meminta maaflah karena sudah mencoba merampas tanah-tanah warga desa." Semua mafia yang ada di sana tertawa kencang saat mendengar ucapan Walter. Tentu saja itu lucu. Ancaman itu dilontarkan oleh seorang laki-laki yang lebih muda dari mereka. Postur tubuh Walter pun lebih kecil jika dibandingkan dengan postur tubuh mereka. Walter sendiri. Dan mereka berlima. Secara jumlah, para mafia itu akan memenangkan pertarungan dengan mudah. Namun mereka belum tau, sekejam apa Walter saat sudah serius. "Apakah menurutmu kamu bisa menang melawan kami? Kenapa kamu tidak pulang saja dan memakan makan malam yang sudah disiapkan oleh orang tuamu? Atau jangan-jangan kamu tidak memilikinya? Orang tua," hina Lucius diakhiri dengan suara yang sangat kencang. "Haa, orang ini benar-benar keterlaluan. Jika saja kalian tidak lebih tua dariku, aku akan menyumpal mulut kalian menggunakan beton. Dengan begitu akan berhenti menciptakan suara tawa yang jelek itu," ujar Walter mulai terpancing emosi. Sean tidak akan mengirim Walter seorang diri jika tidak percaya dengan kemampuan beladiri Walter. Sean percaya bahwa Walter akan menang mau bagaimanapun kondisi yang akan dihadapi oleh Walter nanti. Sehingga Sean tidak membayar orang untuk membantu Walter kali ini. Walter akan menghadapi kelima orang itu sendiri. "Terserah. Aku meminta maaf. Dan berterima kasih atas rendah hatimu. Sekarang pergilah," ujar Lucius setelah puas menertawakan Walter. "Sayang sekali. Aku baru saja memberikan kalian kesempatan emas. Tapi kalian menyia-nyiakannnya begitu saja. Dasar keledai tak berakal," hina Walter menatap sinis Lucius. "Ini akan menjadi kesempatan terakhir kalian. Berlututlah," lanjut Walter mengepalkan tangannya. "Bagaimana kalau aku tidak mengatakannya?" tanya Lucius diakhiri dengan tertawa yang sangat kencang. Walter melirik ke arah sekitar. Menemukan potongan besi beton. Dari ukuran tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Bisa ia gunakan sebagai senjata. Walter mengambil itu. "Kamu tidak bisa melukaiku dengan itu. Kamu harus menggunakan ini untuk melukai orang lain," ujar Lucius mengeluarkan pisau. "Aku tidak memerlukan senjata khusus. Karena semua barang yang pegang akan kuubah secara sempurna menjadi senjata," balas Walter. Walter menyerang maju. Lucius pun melakukan hal yang sama. Lucius menebas satu kali. Mengarahkan pisaunya ke arah tubuh Walter. Namun Walter bisa menangkap dan mendorong tangan kanan Lucius ke arah lain, sehingga pisau itu menjauh dari tubuhnya. Sedangkan tangan kirinya yang memegang potongan besi beton ia tancapkan di bahu Lucius. Dan dengan cepat ia menarik potongan besi itu ke bawah, mengikuti lekuk lengan Lucius. Membuat Lucius mendapatkan luka terbuka dari gorengan besi beton itu. Lucius meronta kesakitan sembari berguling-guling di atas tanah. "Sepertinya aku harus mengenalkan diri pada kalian. Salam kenal, aku Walter. Seperti yang aku katakan tadi, semua benda yang aku pegang akan berubah sempurna menjadi senjata berbahaya. Senang bisa bertemu dengan kalian," ujar Walter tersenyum lebar. "Hanya tersisa empat orang. Aku akan memberikan kalian kesempatan ketiga. Berlututlah di hadapanku. Meminta maaflah. Dan akui dosa kalian. Atau kalian aku siksa sampai di posisi yang membuat ingin dikirim ke neraka," ujar Walter menunjuk keempat anak buah Lucius menggunakan potongan besi beton miliknya. Sayangnya tidak sesuai rencana. Keempat orang itu berdiri dan mengeluarkan pisau. Menandakan perlawanan. Membuat Walter tersenyum lebar. Sebenarnya sejak awal memang ini yang Walter inginkan. Pertarungan. Walter sudah lama sekali tidak bertarung bebas. Ia menahannya selama ini. Dan baru bisa melampiaskannya hari ini. "Kalian sendiri yang memilih untuk melawan. Jangan salahkan aku jika akan menyiksa kalian sampai suara kalian habis sebelum menyingkirkan nyawa kalian. Akan aku pastikan, kalian akan merasakan rasa sakit yang tidak akan pernah kalian lupakan bahkan ketika kalian sudah berada di neraka," ujar Walter menatap satu persatu keempat mafia yang ada di hadapannya. Ada satu hal yang menonjol dari Walter dan Alfred. Alfred memang memiliki kemampuan beladiri yang hebat. Namun tidak bisa selincah Walter. Alfred sudah terlalu tua untuk berlarian ke sana ke mari saat melawan musuh-musuhnya. Alfred lebih mengandalkan pistol atau senjata api lainnya untuk bisa menekuk lutut musuhnya. Namun Walter berbeda. Walter masih muda. Tenaga dan staminanya sangat kuat. Walter lebih suka bertarung jarak dekat dan mendengarkan suara rintihkan kesakitan musuhnya secara jelas. Walter adalah sosok iblis sebenarnya dari Keluarga Yehezkiel. Iblis yang selama ini dirantai dan ditahan oleh Sean kini kembali bebas.Walter berdiri tegap di sisi kanan Sean yang sedang menyantap makan malamnya. Berada di rumah Sean, membuat Walter tidak bisa menggunakan identitasnya sebagai pemilik seluruh aset kekayaan Ephraim. Karena memang sejak awal tidak ada darah Ephraim di dalam tubuhnya. Ia berada di atas saat ini karena sandiwara yang sedang direncanakan oleh Sean.Baru permulaan. Dan Sean merasa bahwa semuanya berjalan dengan baik. Bahkan perusahaan-perusahaan keluarganya juga mulai berkembang di bawah pengawasan mereka berdua. Tidak ada masalah terkait itu semua. "Jadi, bagaimana?" tanya Sean membersihkan bibirnya menggunakan tisu."Aku sudah mengumpulkan beberapa informasi tentang keluarga Storm. Sepertinya dugaan kita benar. Dia menanam tumbuhan terlarang dan mengedarkannya ke luar negeri.""Begitu, 'ya? Kalaupun kita berkunjung ke sana, pasti kita akan diarahkan untuk menjauh dari ladang. Mereka akan berusaha sebisa mungkin menutupi itu."Sebelumnya Sean tidak terlalu mencari tau tentang Keluarga Eug
Alicia dan Walter menyempatkan untuk berkeliling mall setelah berhasil membeli beberapa perabotan rumah tangga yang nanti akan langsung dikirimkan ke rumah mereka.Walter menghentikan langkahnya saat sadar Alicia tidak ada di sisinya. Walter melihat ke arah sekitar dan mendapati Alicia yang berhenti di tengah jalan dan menghadap ke salah satu outlet pakaian perempuan."Apa kamu menginginkannya?" tanya Walter mendekat ke arah Alicia."Tidak, ada sepupuku di sana," jawab Alicia menatap ke arah Walter."Kita memiliki banyak waktu. Jadi ayo menyapanya," ujar Walter menggenggam tangan Alicia dan menarik Alicia ke arah outlet pakaian itu.Alicia dan Walter mendekat ke arah sepasang kekasih yang sedang berbincang dengan seorang pelayan outlet itu. Alicia orang yang menyapa pertama kali. Membuat sepasang kekasih itu sedikit terkejut saat melihat keberadaan Alicia.Laki-laki dan perempuan itu adalah Dom dan Regina. Dom sendiri adalah anak dari Storm. Adik dari ayah Alicia."Oh, Tuan Muda dari
Alicia bangun lebih pagi dari Walter. Membuatnya tidak tau harus berbuat apa. Dan berakhir di dapur. Dengan bahan makanan seadanya ia mulai memotong beberapa bahan makanan dan menyalakan kompor dengan penggorengan yang diisi sedikit mentega.Saat sedang asik memasak, Alicia mendengar suara lift. Ya, di rumah itu memang ada tangga. Namun Alicia dan Walter lebih sering menggunakan lift. Dan mengingat hanya ada Alicia dan Walter di rumah itu, membuat Alicia yakin bahwa Walter sudah bangun dan mulai turun ke lantai satu karena kelaparan."Apa kamu bisa masak?" tanya Walter menuju ke arah dapur. "Aku pernah mengikuti kelas masak," jawab Alicia mulai kembali fokus pada bahan makanannya."Oh, iya? Aku juga pernah ikut kelas masak saat masih ada di Finlandia.""Sangat jarang sekali ada laki-laki yang ikut kelas memasak.""Waktu kecil aku pernah bercita-cita untuk membuka restoran. Jadi aku mulai ikut kelas memasak. Tapi, 'ya, sepertinya memang bukan itu jalanku."Walter membuka kulkas. Tidak
Walter membuka matanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Pandangannya melirik ke arah Alicia yang masih dalam keadaan setengah basah dan sudah menggunakan baju tidur. Hari yang sangat melelahkan sudah mereka lewati. Seharusnya mereka menggunakan malam ini untuk tidur dan mengistirahatkan tubuh mereka. Namun kondisi saat ini benar-benar membuat mereka canggung. Hanya ada mereka berdua di rumah sebesar itu. Dan mereka harus tidur satu kasur."Tunggu sebentar. Tolong ambilkan aku makanan ringanku di dalam laci samping televisi," ujar Walter saat melihat Alicia mulai mendekati kasur."Kenapa kamu makan lagi setelah mencuci mulutmu?" tanya Alicia dengan perasaan kesal berjalan menuju laci."Makan saat lapar. Tidur saat mengantuk."Alicia kembali mendekat ke arah kasur sambil membawa satu kantong makanan ringan. Ia memberikan makanan ringan itu pada Walter. Dan naik ke atas kasur dengan hati-hati.Dengan perasaan kesal Alicia menyerahkan kantong makanan ringan itu pada Walter. Dan
Pernikahan Walter Valerie dan Alicia Eugenia dengan megah. Ada banyak sekali orang-orang dari kalangan atas datang untuk mengucapkan selamat. Mengingat Walter dan Alicia adalah orang yang berpengaruh. Walter pemilik seluruh perusahaan yang dulunya berdiri dengan nama Ephraim. Dan Alicia sebagai penerus Keluarga Eugenia.Acara pernikahan itu hanya berlangsung tiga jam. Dan hampir keseluruhan Keluarga Eugenia datang dalam acara itu. Bahkan paman dari Alicia, Storm Eugenia datang untuk mengucapkan selamat.Storm sendiri menjalankan bisnis dibidang ekspor dan impor. Kekayaan Storm tidak jauh beda dengan Beck, mengingat Storm adalah adik Beck. Selama ini Beck lah yang menjadi sumber model Storm untuk membuka usaha. Kalaupun memang usaha Storm mengalami kerugian, Beck selalu datang dan memberikan uang lebih pada Storm."Selamat atas pernikahannya, Tuan Muda," ujar Storm bersikap ramah saat mendekat ke arah Walter yang sedang berbincang sebentar dengan tamu."Terima kasih telah datang," ujar
Sean menatap ke arah layar ponselnya. Menikmati video saat-saat di mana Walter mendorong para mafia ke tengah-tengah laut. Dengan kondisi tangan mafia-mafia itu ditali dengan tali tambang. Dan kaki mereka dirantai dengan beton yang sangat berat untuk memastikan para musuh-musuhnya itu terus tenggelam ke dasar laut tanpa bisa melakukan perlawanan apapun.Sean merasa terhibur dengan aksi Walter. Ia merasa bahwa memberikan kapal dan menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan oleh Walter tidak membuatnya rugi.Video berhenti. Menandakan semua mafia itu sudah didorong keluar kapal dan tenggelam ke dasar laut. Tidak lama setelah itu pintu kamar Sean diketuk. Sean mengizinkan orang itu masuk. Dan muncul seorang perempuan berpostur tubuh tinggi dengan rambut berwarna pirang.Rias Nebula. "Aku tidak melihat Walter. Di mana si bodoh itu? Apakah dia bunuh diri setelah tau pacarnya tidur dengan perempuan lain?" tanya Rias menggaruk kepalanya."Apa kamu belum tau? Dia sebentar lagi menikah," tan
Walter berangkat ke alamat yang dikirimkan oleh Sean. Tidak ada rumah. Hanya ada gudang yang sudah lama terbengkalai. Walter dengan berani mendobrak pintu gudang itu menggunakan kakinya.Mengejutkan lima orang yang sedang berpesta miras di tengah-tengah gudang. Isi gudang itu terdapat beberapa fasilitas yang seharusnya ada di rumah. Sofa, televisi, lemari, kursi, dan meja. Membuat Walter mengerti mengapa para mafia itu betah berada di sana.Pandangan Walter tertuju pada seorang laki-laki tua berambut dan kumis berwarna putih. Pemimpin kelompok itu. Lucius."Hoi, anak kecil. Ini bukan tempat yang bisa kamu masuki sesuka hati," tegur Lucius bangkit dari Sofanya."Anak kecil? Sudah lama sekali tidak ada orang yang berani menghinaku dengan kalimat itu," kesal Walter menatap Lucius dengan tatapan tajam."Tapi, ya, sudahlah. Aku datang untuk memberikanmu kesempatan. Berlututlah di hadapanku dan mengakui kejahatanmu. Meminta maaflah karena sudah mencoba merampas tanah-tanah warga desa."Semu
Walter duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Sean duduk di kasur. Mereka tinggal di kediaman Ephraim. Rumah yang seharusnya milik Sean, kini menjadi milik Walter. Mengingat seluruh aset berharga milik Keluarga Ephraim sekarang sudah berganti nama menjadi Walter Valerie. Sean pun akan menggunakan marga yang sama jika memang ada orang asing menanyakan terkait nama lengkap Sean.Pernikahan Walter dan Alicia akan diadakan minggu depan. Sean bisa saja datang ke acara itu secara terang-terangan. Membiarkan Beck dan Alicia melihat keberadaannya. Namun Sean tidak melihat keuntungan dari itu. Maka Sean akan memilih untuk tidak datang. Supaya Walter bisa mengakses informasi lebih dalam mengenai Keluarga Eugenia. "Apa kamu masih ingat rencana pertamamu setelah menikah?" tanya Sean setelah Walter selesai memberikan laporan."Menusuk dada Beck menggunakan pisau lalu membuangnya ke danau?" tanya Walter membuka bungkus cemilan."Aku yang akan menusuk dadamu lebih dulu sebelum kamu melakukan itu padan
Pertemuan Keluarga Fletcher diadakan di sebuah gedung mewah yang sudah dipesan. Ada sekitar dua puluh orang yang hadir di acara itu. Orang-orang yang tunduk dan dibawah kendali kepala keluarga Fletcher.Alfred Fletcher. Pemimpin keluarga Fletcher. Laki-laki tua dengan rambut yang disemir hitam untuk menutupi ubannya. Dengan tubuh sedikit gemuk. Pusat dari kekayaan Keluarga Fletcher.Dan kini seluruh perhatian yang tadinya tertuju pada Alfred berganti pada seorang laki-laki dengan kemeja polos berwarna mocca dan outerwear model cardigan. Laki-laki itu datang dengan pakaian casual saat seluruh anggota Keluarga Fletcher menggunakan pakaian formal."Apa ini?" tanya Alfred saat Walter berdiri di hadapannya dengan seorang laki-laki tidak ia kenal."Apalagi kalau bukan memenuhi panggilanmu, Kepala Keluarga Fletcher?" tanya Walter balik."Dan sekarang saya sudah muncul di hadapan Anda. Apakah saya bisa kembali ke Korea?" tanya Walter. "Sepertinya taringmu mulai terlihat setelah kamu berhasil