Home / Romansa / Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin / Bab 1 Tukar Gaun Pengantin

Share

Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin
Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin
Author: Secret juju

Bab 1 Tukar Gaun Pengantin

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-04-21 10:39:05

Seline Agnia Yorin duduk di depan cermin dengan jari-jari saling meremas di atas pangkuannya. Telapak tangannya basah oleh keringat dingin. Napasnya terasa berat, dadanya sesak. Bayangan dirinya yang terpantul di cermin memperlihatkan sosok pengantin perempuan dengan riasan natural. Wajahnya tampak tenang, tapi hanya dia yang tahu, di balik tudung putih yang menjuntai lembut menutupi wajahnya, pikirannya sedang kacau.

Seharusnya ini bukan dia. Seharusnya, yang duduk di sini adalah Alana, sahabatnya.

Selin mengalihkan pandangannya ke sosok Alana yang berdiri di tepi jendela kamar, bersiap melarikan diri. Gaun pengantin sudah bukan miliknya lagi, melainkan Seline yang mengenakannya sekarang.

Rencana ini sudah mereka susun jauh-jauh hari.

Sejak awal, Alana menolak pernikahan yang diatur oleh orang tuanya. Dia punya pacar, dia punya pilihan sendiri. Hidupnya bukan sekadar skenario yang bisa ditulis orang lain.

Mereka bertukar pakaian tepat setelah sang makeup artist undur diri. Semua berjalan sesuai rencana—setidaknya sampai Seline merasa ragu.

Dengan gerakan cepat, dia meraih lengan Alana, menahan sahabatnya agar tidak langsung memanjat keluar jendela.

“Lana... kamu yakin?” suara Selin bergetar, berharap Alana berubah pikiran. Ada banyak hal yang bisa mereka hadapi bersama, tapi ini... ini terlalu gila.

Alana menoleh, kedua matanya berbinar meski wajahnya sudah tak lagi berhias makeup. Dia menggenggam tangan Selin yang dingin. “Percaya sama aku,” katanya lirih, tetapi tegas. “Pernikahan ini nggak akan lanjut setelah mereka tahu siapa kamu.”

“Tapi kalau—”

“Tenang aja,” Alana memotong. Bibirnya menyunggingkan senyum penuh arti. “Laki-laki itu gay.”

Selin terdiam. Jantungnya serasa berhenti sesaat.

Alana mengedip jahil. “Kalau pun mereka ngotot, ya... mungkin dia bakal lebih nyaman sama kamu daripada aku.”

Selin ingin tertawa, tapi tidak bisa. Bayangan di kepalanya terlalu mengerikan. Pernikahan ini bukan lelucon. Ini bukan drama komedi yang bisa selesai dengan satu adegan klimaks.

Alana melihat wajah Selin yang masih penuh kebimbangan, lalu mendekat dan menepuk pipinya lembut. “Aku nggak bisa terus-terusan hidup di bawah aturan mereka, Sel.” Suaranya lebih pelan kali ini.  “Aku pengen milih jalanku sendiri.”

Selin menelan ludah. Alana terdengar yakin. Sangat yakin.

Di luar, suara musik pernikahan sudah mulai dimainkan. Itu tanda bahwa waktu mereka semakin menipis.

Alana kembali bergerak ke jendela. “Aku pergi dulu.”

Selin hanya bisa menatap punggung sahabatnya yang perlahan menghilang di balik pintu. Sementara itu, di luar sana, dunia bersiap menyambut pengantin yang salah.

Seline berdiri di depan cermin, masih dalam balutan gaun pengantin yang seharusnya bukan miliknya. Jemarinya saling bertaut, dingin dan berkeringat. Ini bukan sekadar aksi nekat demi persahabatan—tidak sesederhana itu.

Alana membayarnya.

Sepuluh juta rupiah untuk satu hari menjadi pengantin palsu.

Awalnya, tawaran ini terdengar menggiurkan. Uang sebanyak itu bisa membantu keluarganya yang selalu dihimpit kesulitan. Seline lelah hidup miskin. Dia dan Alana memang sahabat, tapi mereka berasal dari dunia yang berbeda.

Alana, lahir dari keluarga kaya dan berpendidikan tinggi. Apa pun yang dia mau, bisa didapatkan dengan mudah—termasuk calon suami dengan spesifikasi premium. Ganteng, berasal dari keluarga terpandang, sukses. Sayangnya, Alana tidak pernah menginginkan semua itu. Dia punya pacar. Dia punya kebebasan yang ingin dia perjuangkan.

Sementara Seline... hidupnya selalu berkutat dengan uang yang tidak pernah cukup.

Dia tidak menolak ketika Alana meminta bantuan dan menawarkan bayaran. Apalagi, calon suami Alana bukan sembarang orang. Dari cerita Alana, laki-laki itu tampan dan berasal dari keluarga berada. Kalau pernikahan ini hanya batal, Seline tidak perlu cemas. Perannya selesai, dia menerima uangnya, dan hidup berjalan seperti biasa.

Tapi bagaimana kalau semuanya tidak berjalan sesuai rencana?

Bagaimana kalau keluarga laki-laki itu marah? Bagaimana kalau dia dituduh melakukan penipuan? Bagaimana kalau dia masuk penjara?

Jantung Selin berdetak lebih cepat. Hawa dingin menyelusup ke tengkuknya.

Di luar, alunan musik pernikahan semakin jelas. Itu tandanya waktu mereka hampir habis.

Mungkin... dia seharusnya ikut kabur seperti Alana.

Tangannya gemetar saat hendak bangkit, tapi—

Klek.

Pintu kamar terbuka.

Selin membeku di tempatnya.

Langkah kaki mendekat. Suara ketukan di pintu terdengar tegas sebelum seseorang membukanya dari luar.

Selin refleks menegang.

Seorang pria berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan formal berwarna gelap. Matanya tajam, ekspresinya serius.  Selin mengenali wajah itu—Mario, sepupu Alana. Orang yang dikirim untuk menjemput pengantin wanita dan mengantarnya ke altar.

“Sudah waktunya,” ucap Mario singkat.

Selin merasakan hawa dingin merayapi tulangnya. Ini adalah momen yang seharusnya berjalan sesuai rencana. Dia hanya perlu diam, mengikuti Mario, dan membiarkan pernikahan ini berjalan... sampai akhirnya terbongkar.

Tapi... tidak.

Tidak bisa.

Bibirnya terasa kering, tapi dia memaksa suaranya keluar. “Tunggu...”

Mario menghentikan langkahnya, menatapnya dengan dahi berkerut.

Selin menarik napas dalam, berusaha meredam getaran di dadanya. Perlahan, dia mengangkat tangannya, menyibak tudung putih yang menutupi wajahnya.  Mata mereka bertemu.

“Aku bukan Alana.”

Sunyi.

Mario.menatapnya, terkejut. Napasnya memburu. “Apa?”

“Aku bukan Alana,” ulang Seline, lebih tegas kali ini. “Aku menggantikannya.”

Dia tahu, dia baru saja melemparkan dirinya ke dalam masalah besar. Tapi lebih baik ketahuan sekarang daripada nanti, di depan altar, di hadapan ratusan pasang mata, di depan pria yang seharusnya menikahi Alana.

Mario masih terdiam, mencoba memahami situasi. Lalu, tanpa peringatan, dia berbalik dan berlari keluar.

Seline menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu.

Jantungnya berdegup kencang.

Apa yang akan terjadi setelah ini?

Dia berharap semuanya akan berakhir di sini. Bahwa setelah kebohongan ini terungkap, pernikahan akan batal begitu saja.

Tapi entah kenapa, firasatnya mengatakan... ini belum selesai.

Kekacauan pun pecah.

Orang tua Alana panik, suara mereka meninggi saat mereka berkali-kali mencoba menghubungi putri mereka yang entah di mana. Wajah mereka memerah karena emosi, jari-jari mereka gemetar saat mengetik pesan dan menelepon Alana yang tak kunjung menjawab.

Dan di tengah semua itu, Selin berdiri kaku, menjadi sasaran amarah.

“Kamu!” suara Ibu Alana bergetar menahan kemarahan. “Bagaimana bisa kamu melakukan ini?! Kamu sadar ini pernikahan, bukan main-main?!”

“Apa kau pikir kami tidak akan tahu?!” Ayah Alana ikut menimpali, nadanya penuh tuduhan.

Selin ingin membela diri, ingin mengatakan bahwa mereka juga salah karena memaksa Alana menikah. Tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokannya.

Dia hanya bisa diam, menerima hujan kemarahan.

Namun, di sisi lain ruangan, ada orang-orang yang jauh lebih tenang dari dugaan Selin.

Keluarga mempelai pria.

Seharusnya, mereka ikut marah, ikut menyalahkannya. Seharusnya, pengantin pria berdiri dan menuntut penjelasan. Tapi tidak. Mereka hanya duduk dengan ekspresi nyaris datar—kecuali satu orang.

Tatapan mempelai pria menusuknya, tajam dan dingin.

Selin merasa semakin tidak nyaman.

Lalu, sebuah suara memecah keributan.

“Saya mau pernikahan ini tetap dilangsungkan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 5 Pagi yang Canggung

    Bab 5 Pagi yang Canggung Elang duduk di stool bar dapurnya, menyesap wine dari gelas tinggi. Lampu-lampu rumah mulai dimatikan satu per satu, meninggalkan temaram cahaya yang berasal dari lampu gantung di atas meja dapur. Waktu sudah larut, tapi kantuk tidak juga menghampirinya. Pernikahan ini bukan keinginannya. Jika dia mau, dia bisa saja menolak. Tapi situasi memaksanya untuk menerima. Beberapa hari lalu, sebuah artikel berita menyebar luas, menuduhnya memiliki kelainan seksual. Isu itu didukung dengan foto dan video dirinya bersama seorang pria yang belakangan mengaku sebagai gay. Sialnya, pria itu mengklarifikasi bahwa berita tersebut benar adanya, dan Elang ikut terseret. Fakta bahwa dia masih melajang di usia 32 tahun, tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan mana pun, hanya memperparah spekulasi. Bukan hanya dirinya yang terkena dampaknya, tapi juga harga saham perusahaan keluarganya. Skandal ini mengguncang bisnis ayahnya, membuat kepercayaan kolega mereka menurun.

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 4 Terjebak di Pernikahan yang Salah

    Bab 4 Terjebak di Pernikahan yang Salah Seline berdiri di lorong panjang rumah mewah ini, matanya menyapu sekeliling dengan bingung. Rumah ini terlalu luas, terlalu sepi, dan terlalu asing. Dinding putih bersih, lantai marmer dingin di bawah telapak kakinya, serta lampu kristal besar yang menggantung di langit-langit tinggi membuat tempat ini lebih mirip museum daripada rumah. Dia menghela napas, mencoba mengingat arahan yang diberikan tadi. Seharusnya kamar Elang ada di ujung lorong. Tapi semua pintu terlihat sama. Alih-alih kembali ke ruang tamu untuk bertanya, Seline memilih menebak sendiri. Di ujung lorong, ada satu pintu yang sedikit terbuka. Dengan ragu, dia mengetuk pelan sebelum mendorongnya lebih lebar. “Elang?” Pria itu ada di dalam, duduk di kursi dekat jendela besar yang menghadap halaman belakang. Jas pernikahannya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih dengan lengan tergulung. Tanpa usaha apa pun, dia tetap terlihat rapi—dan entah kenapa, sedikit berwibawa. Elang m

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 3 Kesepakatan

    Bab 3 Kesepakatan Seline turun dari mobil dengan sedikit kesulitan. Gaun pengantinnya yang panjang menyulitkan gerakannya, ujung kain tersangkut di pintu, membuatnya harus sedikit membungkuk untuk melepaskannya. Tidak ada yang membantunya. Elang sudah lebih dulu melangkah pergi, seolah tidak peduli apakah istrinya bisa keluar dari mobil dengan baik atau tidak. Dibiarkan begitu saja, Seline merasa... tidak dianggap. Bukankah biasanya pengantin pria membantu pasangannya turun? Atau setidaknya menoleh untuk memastikan semuanya baik-baik saja? Tapi tidak dengan Elang. Pria itu berjalan santai menuju pintu rumah tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Seline menghela napas, menggigit bibirnya untuk menahan perasaan tidak nyaman yang mulai muncul di dadanya. Dia mengikuti langkah Elang dengan sedikit ragu, mengamati sekeliling rumah yang kini menjadi tempat tinggalnya. Udara dingin menyelusup di kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya meremang. Ada sesuatu tentang tempat ini

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 2 Pria itu Bernama Elang

    Bab 2 Pria itu Bernama Elang "Saya mau pernikahan ini tetap di langsungkan." Semua orang membeku. Mata mereka kini tertuju pada satu orang—Ibu Lusi, ibu dari mempelai pria. Seline menegang. Suara perempuan itu tenang, tapi ada ketegasan yang tidak bisa dibantah. “Apa?” Ayah Alana menatapnya, jelas tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ibu Lusi meliriknya sekilas, lalu kembali berbicara, kali ini matanya tertuju pada Selin. “Saya hanya butuh mempelai wanita untuk menjadi istri anak saya. Tidak harus Alana.” Jantung Seline berdegup lebih kencang. Tidak harus Alana? “Tapi kesepakatan kita—” Ayah Alana masih mencoba bernegosiasi, wajahnya penuh ketegangan. Ibu Lusi tersenyum tipis. “Tidak ada yang berubah dari kesepakatan awal, selama pernikahan ini tetap berlangsung.” Selin merasakan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya. Bukan ini yang seharusnya terjadi. Seharusnya, setelah kebohongan ini terungkap, pernikahan akan dibatalkan. Seharusnya, dia bisa pergi d

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 1 Tukar Gaun Pengantin

    Seline Agnia Yorin duduk di depan cermin dengan jari-jari saling meremas di atas pangkuannya. Telapak tangannya basah oleh keringat dingin. Napasnya terasa berat, dadanya sesak. Bayangan dirinya yang terpantul di cermin memperlihatkan sosok pengantin perempuan dengan riasan natural. Wajahnya tampak tenang, tapi hanya dia yang tahu, di balik tudung putih yang menjuntai lembut menutupi wajahnya, pikirannya sedang kacau. Seharusnya ini bukan dia. Seharusnya, yang duduk di sini adalah Alana, sahabatnya. Selin mengalihkan pandangannya ke sosok Alana yang berdiri di tepi jendela kamar, bersiap melarikan diri. Gaun pengantin sudah bukan miliknya lagi, melainkan Seline yang mengenakannya sekarang. Rencana ini sudah mereka susun jauh-jauh hari. Sejak awal, Alana menolak pernikahan yang diatur oleh orang tuanya. Dia punya pacar, dia punya pilihan sendiri. Hidupnya bukan sekadar skenario yang bisa ditulis orang lain. Mereka bertukar pakaian tepat setelah sang makeup artist undur diri. Semua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status