Home / Romansa / Kesesuaian Jiwa / Bagian Kelima

Share

Bagian Kelima

last update Last Updated: 2021-09-03 22:17:12

Aku dan Ali kembali masuk mobil hitam. Aku duduk diam di depan bagian samping sebelah kiri. Sementara Ali berada di kananku. Dia menyandarkan kepalanya di kemudi. Kami diam beberapa saat. Aku biarkan Ali memulai pembicaraan. Karena aku yakin atas kejadian barusan bisa jadi jiwanya terguncang. Tiba-tiba Ali menyodorkan tangannya, meminta berjabat tangan sambil mengatakan..

“Selamat, kamu beruntung sekali Iz..” Ali berkata kepadaku dengan air mata merembes ke mana-mana. Aku memilih tidak menyalaminya tapi langsung memeluknya. Beberapa menit kemudian, dia baru melepaskan pelukanku.

“Aku mengajakmu ke sini untuk mengantarku. Tapi takdir tertulis, Putri justru memilihmu. Itulah kenyataannya”

“Jika karena ini lalu kamu memilih berhenti berteman denganku. Maka aku tidak akan menerimanya!” Jawabku penuh emosional.

“Hey, jangan keliru! Kamu bodoh kalau tidak menerimanya. Putri anak yang baik, pintar, cantik, dan ternyata juga kaya. Dia sudah mengetuk hatimu, kalau kamu menutup pintu hatimu gara-gara aku. Kamu pasti menyesal”

“Aku juga belum ada rasa cinta..”

“Kamu sudah tahu kalau cinta bakal datang karena terbiasa. Sekarang berjanjilah kamu akan menerimanya”

“Kamu ini aneh. Apa maksudmu? Apa kamu mau menunjukkan kalau aku teman makan teman begitu?”

“Kamu yang aneh. Jangan kekanak-kanakan! Mungkin seumur hidup sekali ini kamu dapat kesempatan sebagus hari ini. Demi Allah dan demi aku sahabatmu, terimalah. Justru ketika aku tahu Putri bersama orang sepertimu aku jadi ikut bahagia”

Dari situ aku belajar lagi, karena seringkali orang kalap setelah tahu kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Lalu tiba-tiba menjadi tidak dewasa dengan memilih menghindar atau menjauh. Dan Ali tampil dengan gentle, dia rela dan bahkan meyakinkan aku agar menerimanya. Ah sahabatku Ali, ilmumu tingkat tinggi. Mungkin kamu akan disandingkan dengan perempuan yang benar-benar sesuai dengan kebesaran hatimu.

“Akan aku fikirkan..”

“Jangan sampai salah mengambil keputusan. Aku jadi tahu, pantas saja beberapakali  dia tanya tentang kamu Iz..”

“Oh ya? Kok kamu tidak pernah bilang?”

“Lah dia sendiri punya akun f******k-mu kok. Aku suruh tanya langsung saja ke orangnya”

“Emm, dia tidak pernah tanya. Aku juga tidak tahu kalau ternyata dia sudah berteman denganku”

“Nanti kamu chek, nama f******k-nya Reny Putri Salsabila”

***

Persis tiga jam setelah kejadian itu Putri yang memulai chat aku. Dan memang kami sudah berteman di f******k. Setelah aku chek, ternyata dia juga beberapa kali pernah like statusku. Sejak itu kami berdua jadi sering chatting, kemudian saling tukar nomor handphone, lalu teleponan, nyambung, ada chemistry. Yup, betul. Dua hari setelah pertemuan yang mendebarkan hati itu, aku memutuskan menerima Reny Putri Salsabila. Karena Ali juga menyuruh aku menerimanya, jadi tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya. Dan tiga minggu setelah itu kami berdua menikah. Berarti tidak sampai satu bulan aku mengenal Putri, dan sekarang dia sudah menjadi istriku.

Oh iya, sebenarnya sejak kecil Reny Putri Salsabila dipanggil Reny. Hingga suatu hari Reny sering sakit lalu mengganti panggilan namanya menjadi Putri. Sejak itu dia tidak kambuh lagi dari sakitnya. Alhasil setiap berkenalan dia selalu meminta dipanggil Putri. Hanya saja ayah, ibu, dan keluarga terdekatnya masih tetap memanggilnya Reny. Dan aku termasuk yang diminta untuk memanggilnya Reny, plus sayang.

Semua jodoh, tidak ditentukan oleh panjangnya masa berkenalan. Tetapi yang menentukan adalah kesesuaian jiwa. Kau adalah aku. Aku adalah kau. Dukamu dukaku. Dukaku dukamu. Sukamu sukaku. Sukaku sukamu. Cita-citamu cita-citaku. Cita-citaku cita-citamu. Senangmu senangku. Senangku senangmu. Bencimu benciku. Benciku bencimu. Kurangmu kurangku. Kurangku kurangmu. Kelebihanmu kelebihanku. Kelebihanku kelebihanmu. Milikmu milikku. Milikku milikmu. Hidupmu hidupku. Hidupku hidupmu.

***

Inilah kenyataan kisah sebelum pernikahan kami. Makanya terkadang tanpa disuruh, rasa bersalah tiba-tiba hadir menyusuri dadaku ketika teringat kisah itu. 

“Sudah puas dengan jawabanku sayang?” Tanya Reny.

“Sangat puas”

“Sekarang aku bertanya pertanyaan yang sama. Apa yang membuatmu yakin hingga akhirnya kamu mau menerima aku? Padahal aku tahu, sebenarnya kamu banyak pilihan. Tapi mengapa kamu masih tetap memilih bersamaku?”

“Sebab di chat f******k kamu bilang, bahwa kamu tidak pernah pacaran. Aku percaya itu. Dan itu-lah yang membuat aku yakin bahwa kau lah bidadari yang dikirimkan Tuhan hanya untukku.

“Istriku, ketahuilah aku juga sama sepertimu. Sungguh aku juga tidak pernah mempunyai pacar. Sengaja aku menyimpan diri secara khusus untuk orang yang sesuai bagiku untuk mengabdikan cinta. Dan aku rasa kamu lah orangnya”

“Kamu luar biasa romantis sayang”

Ku pandangi lekat-lekat wajah Reny sambil terus memuji keagungan Tuhan. Hasrat yang terlukis di wajahnya dapat kubaca dengan jelas. Setelah berdo’a diubun-ubun Reny. Kemudian aku mengecupnya.

Kami lalu memainkan melodi cinta paling indah dalam sejarah percintaan manusia, dengan mengharap jihad fi sabilillah, dan mengharap lahirnya generasi pilihan yang bertasbih mengagungkan asma Allah Azza wa Jalla di mana saja kelak mereka berada.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Seakan-akan bidadari itu seperti permata Yajut dan Marjan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Kedua Puluh Satu

    Sebelum menikah, aku sudah hidup bahagia. Karena aku yakin Allah selalu baik kepadaku di manapun aku berada dan dalam kondisi apapun diriku. Aku juga percaya, bahwa semua perkara orang yang beriman amatlah bagus. Allah memberi kabar baik, lalu aku bersyukur itu bagus. Allah memberi kabar buruk, yang sesungguhnya itu juga demi kebaikan diriku. Lalu aku bersabar, itu juga bagus. Maka setelah menikah tujuanku bukanlah mencari bahagia. Yang terjadi adalah aku dan istriku Reny saling berbagi kebahagiaan. Bukan saling menuntut kebahagiaan.Waktu melesat begitu cepat. Dan kebahagiaan kini bertambah sebab aku punya momongan. Buah hati itu kami beri nama Muhammad Abdullah. Nama panggilan Abdul atau lebih pendek lagi Dul. Usianya kini satu tahun delapan bulan. Setiap melihat Dul. Tanpa diperintah, bahagia menyeruak begitu saja mengisi jantungku. Dipompa oleh jantung dan kebahagiaan itu ikut mengalir layaknya aliran darah yang menyebar ke seluruh tubuh.“Gimana

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Kedua Puluh

    Pernah juga aku melihat ada staf yang tidak nyaman bekerja. Mudah saja melihatnya. Yaitu dari sikap, perilaku yang ditampilkan, dan tentu saja yang paling utama yakni mimik wajah. Karena pada wajah seseorang terkadang berbagai informasi dengan jelas terlihat di sana. Langsung saja aku menyuruh menghadap ke ruangku. Dalam ruangan.“Rizky, kamu tahu kenapa aku memanggilmu ke sini?”“Tidak tahu. Ada apa ya Pak?”“Begini ya Riz. Aku perhatikan kamu itu kok seperti tidak nyaman bekerja. Ada apa?” Tanyaku kepada Rizky.“Oh iya betul Pak. Sebenarnya saya bukan tidak nyaman dengan pekerjaannya. Tetapi saya tidak nyaman dengan staf-staf yang lain” Jawab Rizky.“Memang ada masalah apa kamu dengan staf yang lain?”“Mereka itu suka ngomong di belakang Pak. Saya dari awal sudah terasa. Hingga akhirnya saya dengar sendiri”“Mereka

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Kesembilan Belas

    Alhamdulillah aku diterima PNS pada Kementerian Agama. Bagian yang mengurus tentang Perlindungan Jama’ah Haji. Aku suka sekali pada devisi ini. Karena para jama’ah haji adalah tamu Allah. Dan aku ingin menjadi salah satu yang terbaik dalam melayani tamu-tamu Allah tersebut.Segenap jiwa, raga, dan hati aku hadirkan sebagai abdi negara. Bekerja dengan cinta, agar jerih payah tak terasa. Bekerja dengan cinta, agar bernilai ibadah. Tak menunggu waktu lama. Karirku meningkat. Awalnya staf biasa. Sekarang sudah jadi Kepala Bagian. Seperti yang ku bilang. Aku hanya berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain. Dan aku yakin takdir itulah yang dipilihkan Allah yang terbaik untuk diriku. Karena Allah yang paling tahu keadaan diriku, yang paling tahu kebutuhanku dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih Allahku. Dan aku juga sering memperhatikan staf-staf yang ada di bawahku. Bukan untuk menghakimi tapi untuk memotivasi mereka. Supaya mereka mengeluarkan potensi ter

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Kedelapan Belas

    “Bagaimana sayang ceritanya?” Kataku pada Reny.“Luar biasa. Senang sekali bisa baca cerita ini. Aku jadi ingin lebih banyak membaca karya-karya lain dari orang ini”“Nah, kan? Jadi ketagihan kan? Terus pelajarannya apa dari baca cerita tadi?” Tanyaku lagi.“Banyak sih pelajarannya. Salah satunya yang paling penting adalah dalam berumah tangga harus menjaga hubungan baik dengan Allah. Supaya hubungan kita dengan pasangan juga menjadi baik. Dan supaya hidup kita selalu dalam naungan cahaya Allah”“Mantab. Semoga kita kuat beribadah dan taat pada Allah sehingga cahaya-Nya selalu meliputi kita”“Aamiin..” Kami berdua hampir bersamaan mengucapkannya.“Nah, bacanya sudah selesai. Sekarang ayuk” Aku mengingatkan.“Kemana sayang?” Tanya Reny. Yang diingatkan malah lupa.“Loh? Kamu lupa y

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Ketujuh Belas

    Laki-laki itu bernama Anas. Kami bertemu di pengajian sebulan sekali yang diasuh Kyai Lukman Hakim. Oh iya tempat pengajiannya berada di masjid. Dan tidak ada sekat atau pembatas antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan. Hanya saja jarak antara laki-laki dan perempuan lumayan jauh. Laki-laki berada di bagian kanan sedangkan perempuan berada di sebelah kiri.Aku tak akan melupakan detail kejadiannya ketika pertama kali Anas memberanikan diri berkenalan denganku. Saat itu selesai pengajian, aku keluar dari masjid dan menuju mobil bersama anakku Fahri. Tiba-tiba.“Assalamu’alaikum. Permisi Bu”“Wa’alaikum salam. Iyah Pak?” Jawabku.“Emm, Ibu ikut pengajian tadi yaa?”Pertanyaan basa-basi. Sudah tahu kok bertanya.“Iyah betul. Ada apa Pak?”“Aaa.. Emm..” Bapak itu memegang bibir dengan ujung jarinya. Lama sekali ia dalam k

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Keenam Belas

    Dalam memperbaiki diri itu. Sebelumnya aku yang sering sholat di akhir waktu dan tidak berjamaah pula. Sekarang tidak demikian. Sebab melambat-lambatkan sholat sama dengan melambatkan terkabulnya doa, pertolongan, dan ampunan Allah. Aku benar-benar meningkatkan ibadah sholat. Melipatgandakan sedekah. Padahal sebelumnya jarang-jarang. Merutinkan puasa senin-kamis. Padahal sebelumnya hampir-hampir tidak pernah.Menakjubkan. Hanya dalam waktu enam bulan aku memperbaiki diri. Allah akhirnya memberi jawaban. Dia memberi mutiara hikmah. Mutiara hikmah yang pertama: Dia seperti berbisik, bukan di telingaku tapi ditransfer dalam pikiran dan ditancapkan di hatiku. Yaitu Allah memberiku pemahaman bagaimana “cahaya-Nya” bekerja.“Sungguh Allah Maha Pemberi. Pemberi kegelapan dan pemberi cahaya. Contoh kegelapan: Orang yang berharap jodoh, tapi tidak ketemu jodohnya. Apakah tidak ada orang yang perlu dengan jodoh? Apakah cuma dia sendiri sehingga tida

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Kelima Belas

    Jadi pertanyaan aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Terjawablah sudah. Sekali lagi, yah akhirnya kami bercerai! Aku pun kembali tinggal di rumah orang tua di Perumahan Citraland Bukit Palma. Sebenarnya Mama menyuruhku mempertahankan pernikahan demi Fahri. Tapi aku memilih pergi karena aku tak mau sakit lebih lama lagi. Hak asuh Fahri pun ada padaku. Walau aku dan Ridho kini sudah tidak menjadi suami-istri lagi, tetapi kami tetap orang tua buat Fahri. Sehingga aku tak pernah melarang Ridho mengunjungi Fahri.Solusi atas permasalahanku sudah ketemu. Tapi aku belum menemukan mutiara indah yang terkandung dalam peristiwa ini, seperti yang dikatakan Nisa. Dan arti surat Al-Baqarah ayat 216 yang diterangkan sahabatku itu kembali terngiang, “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”Sekitar

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Keempat belas

    Entah sudah keberapakali aku terpesona dengan kata-kata dari sahabatku itu. Kata-katanya telah menguatkan hati yang lelah, rapuh, mau roboh. Juga dapat mencairkan hati yang beku. Hatiku jadi lebih cair dan aku bertambah kuat sekarang.Nisa memang seperti itu. Dia selalu menolak memberi saran secara langsung, secara to the point. Dia tidak akan mau “menyuruh” kamu harus begini dan begitu. Sama sekali dia tidak ingin menggurui. Jadi pertanyaan yang ku ajukan kepadanya, aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Sebenarnya tidak terjawab.Dan memang seharusnya seperti itu bukan? Sebaiknya aku sendiri yang memutuskan harus bagaimana. Buat apa ada saran, tapi tidak dilakukan. Atau kalau dilakukan, tapi atas dorongan dari luar. Bukankah lebih baik memutuskan dan melakukan sesuatu itu atas dorongan dari dalam diri sendiri?Sudah satu minggu. Telepon di hapeku berdering lagi..“Iyah, hallo..” Akhirnya aku angk

  • Kesesuaian Jiwa   Bagian Ketiga belas

    Hari berjalan dengan cepat. Ini sudah enam hari sejak Ridho keluar dari rumah. Aku tak hanya bingung, bimbang, galau, juga ling-lung. Intensitas pertanyaan Fahri tentang Papanya juga semakin meningkat. Aku tak mampu berbohong lebih lama lagi. Kalau dibiarkan seperti ini terus, kalau dibiarkan berlarut-larut terus, akan berdampak pada Fahri. Suasana rumah yang tegang dan membuat takut penghuninya jelas tidak baik. Saat hatiku tak sanggup menanggung ini semua, ada angin segar menyapa. “Ada apa Nai? Kok galau terus” Kalimat itu tersusun menjadi dua pesan yang terkirim lewat media BBM. Pengirim pesan itu adalah sahabatku Nisa. “Kamu kok tahu?” Aku membalasnya. “Haha bagaimana tidak tahu? PM-mu (Personal Message) berbicara semuanya” Lalu aku membalas dengan emoticon menangis. Kemudian aku mengajak Nisa untuk bertemu nanti malam. Sahabatku itu mengiyakan setelah meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya. ***

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status