Share

Bagian Ketiga

Lalu benar ketika Reny mengatakan, Banyak juga aku temui sosok seperti kamu di kampus. Sebab saat Reny melabeli aku ganteng, rajin, pintar, puitis, ceria, populer, alim. Sebenarnya aku merasa tidak ada apa-apanya dengan sahabatku yang bernama Ali.

Iyah, Ali adalah sahabat terbaik semasa kuliah. Dia tinggal satu kos denganku. Aku tahu betul sosok seperti apa dia. Jika Reny melabeli aku alim, maka menurutku Ali jauh lebih alim. Buktinya, ketika panggilan kasih sayang-Nya berkumandang (suara adzan). Yang dengan panggilan itu hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati orang yang benar-benar tebal imannya. Orang yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca. Seperti karang yang tegak berdiri dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Atau seperti matahari yang jutaan tahun membakar tubuhnya untuk memberikan penerangan ke bumi. Tiada mengeluh sedetik pun menjalankan titah Tuhan.

Dan Ali adalah orangnya. Yang termasuk menyegerakan menghadap jika panggilan kasih sayang-Nya sudah terdengar. Dia benar-benar pemuda yang tidak dikalahkan oleh segala aktifitas lalu memilih mengabaikan panggilan. Lima kali panggilan diperdengarkan dalam sehari. Dia selalu menghadap tepat waktu pada tiap panggilannya. Sedangkan aku? Kadang-kadang menghadiri panggilan di akhir waktu. Kalah oleh aktifitas yang ku jalani. Dan masih banyak lalai.

 Kemudian jika Reny melabeli aku populer, maka menurutku Ali jauh lebih populer. Memang aku pernah menjadi ketua panitia dalam suatu acara. Lalu bagaimana dengan Ali? Malah dia menjadi ketua dalam suatu organisasi. Jika Reny melabeli aku ceria. Maka yang aku tahu Ali adalah teman yang paling ceria dan paling pintar menghidupkan suasana. Pokoknya banyak hal kelebihan Ali dibanding aku.

Aku jadi ingat kisah tentang Ali yang ternyata dapat merubah jalan hidupku. Kisahnya dimulai ketika aku dan Ali semester delapan. Saat itu libur hari raya idul fitri. Tentu saja posisiku sedang di rumah Gresik. Sedang Ali juga berada di rumahnya di Mojokerto.

“Assalamu’alaikum. Faiz, kamu lagi sibuk apa ini?” Suara Ali dari kejauhan. Dia berbicara lewat telepon. Aku ingat betul, saat itu H+3 atau tiga hari setelah hari raya.

“Wa’alaikum salam. Alhamdulillah lagi santai saja di rumah Al. Habis keliling silaturrahim ke rumah sanak saudara”

“Berarti aku tidak mengganggu yaa” Dia mulai basa-basi.

“Kalau kamu yang telepon, tidak mengganggu kok.. hehe. Iyah-iyah ada apa Al?”

Walaupun Ali sudah tahu kalau aku jarang menolak ajakannya, tapi dia selalu basa-basi. Dia seperti tidak mau kalau saja ajakannya itu menjadi beban. Terus bagaimana aku menolak ajakannya? Sedang Ali selalu mengajak ke dalam kebaikan? Ketika libur kuliah sabtu-minggu misalnya, biasanya aku menghabiskan waktu di kos. Ali malah mencetuskan ide yang membuatku susah untuk mengatakan tidak.

Seperti dia mengajak aku mengikuti pengajian Pak Agus Mustofa, penulis buku-buku best seller tasawuf modern itu. Atau mengajak jalan-jalan menikmati eksotisme Kota Pahlawan. Di lain waktu mengajak ke toko buku. Dan pada liburan yang lain mengajak aku berburu film berkualitas agar mendapat pelajaran.

Oh iya, ketika Ali mau mengajak. Selain dia menggunakan kata ajakan seperti “ayo”, dia juga selalu menggunakan kata “tolong”. Tak lupa juga dia akan menggunakan kata “terimakasih” jika sudah berhasil mengajak. Dan pada bagian akhir akan menggunakan kata “maaf” karena telah merepotkan. Sudah lama aku mengamati perilaku sahabatku itu. Aku rasa caranya itu cukup ampuh untuk membuat orang mau mengikuti ajakannya.

“Kalau besok kamu sibuk apa Iz?” Ali masih basa-basi juga.

“Langsung saja, mau apa? Aku sudah hafal gayamu broo.. hehe”

“Hehe.. Kira-kira besok bisa tidak kamu ke Surabaya?”

“Besok? Emm sebentar-sebentar, ada perlu apa dulu?”

“Besok, aku mau mengajak kamu ke rumahnya Putri. Tolong, bisa yaa?” Kata “tolong” pertama.

“Putri siapa?” Aku pura-pura tidak tahu.

“Yang waktu itu aku ceritakan ke kamu loh. Tidak mungkin kalau aku ke rumahnya sendiri. Jadi aku minta tolong sama kamu untuk menemani aku” Kata “tolong” kedua.

“Hehe iyah-iyah paham. Bercanda tadi. Ciyee tiba-tiba ada yang mau silaturrahmi.. Hihihi”

“Hehe silaturrahmi itu baik”

“Tapi besok aku tidak bisa Al. Kalau lusa bagaimana? Soalnya besok masih ada berkunjung satu lagi ke rumah saudara”

“Okee setuju, besok lusa yaa. Kita ketemunya di kampus jam 10:00 bagaimana?”

“Siap, jam 10:00 aku sudah sampai kampus”

“Siiip. Terimakasih banyak sahabat..” Kata “terimakasih” pertama.

“Okee deh”

“Maaf juga loh.. Sudah mengganggu waktu santainya tadi.. hehe” Sudah komplit. Tolong, makasih, lalu maaf.

“Hahaha biasa saja broo..”

“Okee. Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikum salam”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status