Permintaan yang susah untuk disanggupi oleh seorang istri benar benar dilontarkan oleh Nathan. Namun tak ada lagi jalan yang lain selain itu untuk menyelamatkan pernikahannya yang sedang diujung tanduk. Penolakan Alicia tak menyurutkan niat Nathan yang masih bersikeras untuk tetap memilih jalan itu. "Baiklah sayang, jika kamu memang tidak setuju tidak apa, aku tidak akan memaksamu. Berarti kita harus siap menerima konsekuensi dan resiko menghadapi ultimatum mama agar bisa segera memiliki cucu. Jika kita harus jujur ok kita hadapi mama, dan bersiaplah untuk menemani mama mengyrus perceraian kita. Aku hanya sedang berusaha sayang untuk mempertahankan rumah tangga kita dan mempertahankanmu apapun caranya." Hati Alicia seketika hancur menerima kenyataan jika suaminya masih tetap bersikeras untuk memilih perempuan lain untung memberinya keturunan. Menyadari ini semua karena dirinya yang tak mampu memberi keturunan, dan sikap mamanya yang menuntut terlalu keras kepada suaminya. "Bagaiman
"Saya gak akan mengurungkannya Fatma, sekarang saya akan pergi untuk menjelaskan semua ke Alicia tapi saya gak akan pernah mengurungkan niat saya untuk bisa mempunyai keturunan darimu." Nathan bergegas pergi setelah mengucapkan kata kata yang membuat Fatma tak habis pikir mengapa atasannya itu masih bisa bersikeras dengan niatannya disaat istrinya sedang naik pitam karena keputusannya. Terlihat Alicia telah memasuki taxi yang dia pesan. Nathan menuju kemobilnya dan mengejar Alicia hingga terhenti didepan rumahnya. Nathan menghentikan mobilnya, tak ingin dia menambah keributan, jika sampai mertuanya tau jika Alicia seperti itu karena permintaanya Dia berhenti di luar pagar, mencoba menghubungi Alicia namun berkali kali dia mencoba menghubunginnya istrinya selalu mereject panggilannya. Sadar jika istrinya masih dalam pengaruh emosi yang sedang memuncak dia tak mau menambah masalah dan hanya mengirimkan sebuah pesan kepada istrinya dan berharap istrinya akan bisa mengerti dengan keputus
Mata Nathan terbelalak saat mendengarkan pernyataan istrinya. Bagaimana bisa Alicia berani mengatakan pernyataan senekat itu padahal dia tahu bahwa dirinya tak mungkin akan bisa hamil. Mama Alicia tak tinggal diam seperti tidak terima dengan semua yang dikatakan Alicia. "Baguslah kalau begitu, mama tunggu sampai kamu bisa menunjukkan bahwa kamu benar benar hamil jika tidak minta suamimu itu untuk angkat kaki dari sini dan bersiap untuk melepasmu Alicia." Alicia memeluk erat suaminya. Menyadari semua yang terjadi adalah kesalahan dari mamanya yang selalu merendahkan dan menginjak harga diri Nathan sebagai seorang suami. "Maafkan mama sayang maafkan mama." Alicia menangis dan mencium tangan suaminya meminta maaf atas semua yanh dilakukan mamanya. "Sudahlah sayang aku sudah memaafkan mama, aku hanya tidak mau berpisah denganmu hanya itu. Apa yang sudah kamu katakan tadi sayang itu semua tidak akan mungkin terjadi bagaimana kamu bisa senekat itu mengatakan jika kamu menunjukkan tanda
"Fatma please tolong, jangan kamu batalkan aku mohon Fatma, kamulah satu satunya harapan kami." Alicia menangis memohon kepada Fatma. Sebagai sama sama seorang istri dia tau apa yang sedang dirasakan oleh Alicia, namun Fatma tak bisa mengiyakan semua permintaan Alicia. Berpikir panjang kedepan sebelum dia melangkah terlalu jauh, dengan tega dia masih bertahan menolak permintaan istri atasannya yang tengah memohon belas kasihannya."Maaf bu tapi saya tidak bisa saya tidak bisa melakukan itu semua, harus bagaimana saya melakukannya bu, itu akan menyakiti ibu sebagai seorang istri, dan juga akan menyakiti suami saya nantinya sama saja saya berselingkuh apalagi harus sampai hamil."Alicia tak hentinya memohon walaupun mendengar penolakn dari Fatma. Dia meyakinkan Fatma untuk tetap memenuhi apa yang sudah dia tawarkan. Perdebatan mereka berlangsung hingga malam, dan pada akhirnya Fatma meminta mereka memberikan waktu kepadanya untuk memikirkan kembali semua yang pernah dia tawarkan. Bingun
Merasa sudah tak mampu lagi untuk memikul beban ini sendiri, Fatma ingin menceritakan semuanya kepada ibu mertuanya namun dia tak sampai hati ketika melihat wajah ibu mertuanya. Berusaha sekuat tenaga untuk melalui ini semua sendiri untuk menerjang badai yang begitu kuat yang sedang menerpanya. Dengan pikiran penuh beban Fatma melangkah berjalan menuju tempat kerjanya, entah sampai kapan dia harus seperti ini setiap kali akan pergi bekerja selalu saja diawali deng dan kabar dari suaminya yang membuatnya tertekan. Menguatkan dirinya Fatma pergi menuju tempat kerjanya dengan langkah lunglai dan pikiran kosong, yang ada dalam benaknya hanyalah tuntutan suaminya yang memintanya membayar lunas semua hutang hutangnya. Dering ponsel berbunyi terus menerus mengiringi langkahnya menuju ruangannya, namun Fatma kali ini sudah hafal siapa yang sedang menghubunginnya, dia tak ingin beban pikirannya bertambah Fatma mencoba mengabaikan panggilan yang dia yakini pasti dari suaminya yang akan menceri
Harga dirinya sekarang sedang dipertaruhkan, entah apa yang akan terjadi Fatma hanya bisa pasrah menerima semua keadaan. Suaminya yang terus menekannya dengan permintaan yang diluar kemampuannya. Ucapan Nathan yang memintanya untuk segera membayar semua hutang suaminya membuat Fatma semakin tertekan, ingin rasanya dia menolak namun dia teringat mertua dan juga putri kecilnya yang mengharuskan dia untuk meneruskan semua ini. Disaat Fatma diam dan merenungi apa yang sedang terjadi padanya, Nathan tiba tiba datang memasuki ruangan setelah beberapa saat yang lalu keluar. Nathan mengajak Fatma bertemu istrinya untuk membicarakan semua ini. "Fatma, ayo sekarang kita ketemu dengan Alicia saya sudah sampaikan semuanya ke istri saya, kita segerakan agar permasalahan kita semua cepat selesai." "Baik pak." "Kamu telpon suamimu, bilang kalau kamu akan membayar hutang dia direnternir dan juga hutang sebagian di bank agar mertuamu bisa tenang. Fatma saya mohon maaf, bukan berarti saya ingin mer
Setelah Nathan dan Alicia berunding, mereka kembali kemeja bersama Fatma dan membicarakan apa yang akan mereka lakukan. Alicia menggenggam tangan Fatma dan tersenyum kepadanya. "Fatma kamu sudah yakin kan dengan keputusan kamu saat ini ?" "Saya yakin bu, karena saya juga sedang terdesak dan sangat membutuhkan sekali." "Ok, besok kita akan membayar sebagian hutang yangbharus kamu bayarkan dulu ya, dan untuk pelunasannya nanti setelah kamu berhasil melahirkan anak mas Nathan. Sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita akan memulai ini semua." Sambil berbicara Alicia menatap ke arah suaminya seakan bertanya apa yang harus dilakukan. "Apa yang harus saya lakukan bu, apa saya harus menikah dengan pak Nathan, saya sudah punya suami bu bagaimana bisa saya menikah dengan pak Nathan? tapi kalo saya tidak menikah berarti itu dosa besar." Perkataan Fatma membuat Alicia dan Nathan diam bingung karena bagaimana mungkin Alicia akan membiarkan suaminya menikah dengan wanita lain. Su
"Jadi kamu tunggu aja, kirim aku nomer rekeningnya aku akan kabari kamu jika sudah aku transfer." Jawab Fatma dengan tegas. Tanpa disadari ternyata ibu mertua Fatma dari tadi memperhatikan pembicaraan Fatma dan Haikal. "Nak, tadi suamimu yang telpon?" "Ya bu, itu tadi mas Haikal yang telpon." "Dia minta uang lagi?""Mas Haikal hanya mengingatkan tentang janjiku yang akan membayar hutang hutangnya hari ini." "Maafkan anak ibu Fatma, ibu minta maaf Fatma." Ibu mertua Fatma bersimpuh dihadapan Fatma sambil meminta maaf dengan berderai air mata. "Ibu berdiri ibu, jangan seperti ini bu, ibu tidak salah apa apa tolong jangan seperti ini bu. Bangun bu maafkan Fatma bu, maafkan suami Fatma yang telah menyusahkan ibu." Suasana berubah seketika menjadi penuh haru karena suara isak tangis mertua dan menanantunya akibat ulah Haikal. Fatma membangunkan ibu mertuanya yang duduk bersimpuh dihadapannya. "Bu maafkan Fatma ya, Fatma mohon ridhoi Fatma dan maafkan Fatma ya bu." Fatma meminta maaf