Share

Ketetapan Cinta
Ketetapan Cinta
Penulis: Rona Indriyani

Bab 1

Seorang wanita berparas cantik mengenakan dress navy selulut dengan balutan blazer berwarna senada sedang berjalan memasuki gedung berlantai tiga puluh satu milik perusahaan City Grup. Senyum manis itu menyapa karyawan dengan ramahnya. Wanita berkulit putih itu memasuki lift dan menekan angka dua puluh delapan.

Tingg

Terdengar bunyi berdenting, yang menandakan pintu lift terbuka. Setelah pintu terbuka wanita itu berjalan santai menuju ruang Manager. Kemudian dia membuka pintu lalu menuju meja kerja dan meletakkan tas miliknya.

Ruangan yang luas dan nyaman itu menjadi tempat kerjanya untuk mengeluarkan ide briliant. Wanita cerdas dan ulet itu saat ini menduduki posisi Manager di perusahaan tersebut. Jejak karir yang cermelang di usianya yang masih dua puluh lima tahun.

“Banyak juga dokumen yang harus aku cek hari ini.” gumam Dila sambil menatap beberapa dokumen di mejanya.

Wanita itu lalu membuka satu persatu dokumen tersebut untuk di cek apakah datanya sudah lengkap atau ada yang kurang. Saat membuka dokumen lainnya, wajah wanita itu berubah dengan terangkatnya alis kirinya. Tertera dalam kertas tersebut bertuliskan Perjanjian Kerja Sama dengan PT. Mahendra Sejahtera.

Perusahaan itu merupakan milik Baskoro Mahendra yang tak lain adalah Ayah dari Melia, rival Dila waktu SMA. Kebetulan Ayah Melia juga pemilik yayasan Sekolahnya dulu, perseteruannya dengan Melia yang menjengkelkan itu tersimpan dengan baik di otak Dila. Menurut Dila, Melia adalah orang pengecut dan pendusta.

Tok tok

Terdengar ada yang mengetok pintu ruangannya, segera Dila mempersilahkan pengetok pintu itu masuk.

“Ibu nanti dijadwalkan metting jam 10.00 siang dengan PT. Mahendra Sejahtera di restoran Grenada,” ucap Heni yang merupakan Sekretaris Dila.

“Oke, kamu siapkan dokumen yang diperlukan dan satu pesan saya jangan sok panggil saya Ibu, Heni,” sahut Dila tak suka jika di panggil dengan julukan Ibu.

“Baik Bu, aku hanya engga enak aja panggil nama pas di kantor. Aku kan profesional .” Ucap Heni tertawa lalu meninggalkan ruangan Dila.

“Gaya kau memang.” Teriak Dila sambil menggelengkan kepalanya.

Heni adalah wanita manis berkulit kuning langsat dengan rambut ikal yang merupakan teman dan terbilang dekat dengan Dila. Dimata Heni Dila adalah atasan yang baik dan juga Dila dikenal dengan sosok yang menyenangkan. Heni memanggil Dila dengan sebutan Ibu saat mereka metting atau saat bersama dengan Direktur Utama. Dan waktu berada di luar kantor Heni memanggilnya Dila tanpa embel-embel Ibu. 

Saat ini jam menunjukkan pukul 09.25 WIB, Dila yang ditemani Heni turun kelantai satu lalu menuju ke restoran Grenada untuk metting dengan menaiki mobil civic miliknya. Tidak membutuhkan waktu yang lama sampai di restoran karena jalannya tidak macet. Kemudian Dila dan Heni berjalan dengan anggunnya menuju meja no dua belas. Terlihat perwakilan dari PT. Mahendra Sejahtera sudah datang yang diwakili oleh Melia dan dua rekan kerjanya.

“Mungkin ini reuni yang paling terkesan!” gumam Dila karena untuk pertama kalinya ia akan melihat Melia.

“Selamat siang Ibu, silahkan duduk.” Mereka menyapa dan menyalami Dila dan Heni.

Dila dan Heni mengangguk lalu duduk di kursi yang kosong. Setelah duduk, Dila melihat satu persatu perwakilan dari PT. Mahendra Sejahtera, dan tatapan mata itu tertuju pada seorang wanita yang sangat dikenalnya waktu SMA dulu, dia adalah Melia. Wanita yang dulu pernah membuatnya takut pada sekolah.

“Bagaimana keadaanmu?” sapa Melia pada Dila.

Dila terdiam sejenak untuk menguatkan hatinya menghadapi Melia,“seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja!” jawab Dila tenang.

“Sepertinya sekarang kamu terlihat lebih stylist dan kamu terlihat seperti orang kaya, atau mungkin kau berlagak seperti orang kaya?” sambung Melia dengan pertanyaan sinis pada Dila.

“Memang sekarang aku orang kaya dengan karir yang cermelang, tidak sepertimu yang selalu jadi benalu!” jawab Dila dengan kalimat sindiran.

“Ternyata jadi OKB membuatmu menjadi orang yang sombong!” Melia semakin memancing emosi Dila.

“Yaa orang kaya sepertiku memang harus menyombongkan diri agar bisa membuatmu iri!” sahut Dila pada Melia tak kalah menusuk.

“Saya tidak punya banyak waktu untuk melayani obrolan tidak bermutu, langsung saja kita mulai metting atau metting ini kita tunda!” lanjut Dila dengan ucapan yang mampu membuat Melia terdiam.

“Sepertinya dia sekarang mulai berani padaku, lihat saja nanti.” Gumam Melia.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
CatLyn
Bab 2 udah dikunci??
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status