Share

Bab 5

Salah satu tempat istrahat favoritku adalah Mushollah, bahkan sejak kejadian itu! Aku sering bolos kelas dan hanya menghabiskan waktu untuk tidur.

Meskipun sering di tegur oleh para Guru dan mengancam akan memberikan surat panggilan lagi kepada orang Tuaku__aku tidak perduli sama sekali, aku sudah kebal.

“Ciang! Lerry, memanggilmu!" Merasa terganggu dengan suara yg khas itu__aku segera bangkit! Ternyata De’Fretes__jujur saja__aku ingin sekali menampar De'fretes. Setiap kali melihatnya__tanganku sangat gatal__jika saja aku belum terlanjur mengenalnya__pasti sudah ku lakukan__aku masih menghargai mereka karena bagaimanapun mereka adalah teman - temanku__terlepas dari situasi yang saat ini aku alami__mereka semua adalah temanku.

Tanpa berbasa basi lagi, aku segera mengikutinya__aku tau kenapa Lerry memanggilku. Bahkan kali ini dia ingin agar aku mengaku dan segera mengganti ponselnya. Hubungan yang tadinya baik – baik saja kini berubah menjadi permusuhan.

“Langsung saja! Untuk apa kau memanggilku?" Tidak ingin buang - buang waktu! Aku langsung bertanya saat kami berhadapan.

“Aku dan De’fretes sudah tau siapa pelakunya! Orang pintar itu telah memberitahuku seperti apa ciri-ciri orang yang mencuri ponselku!" Mendengar perkataannya, aku langsung mengumpat.

Aku tidak tahan lagi dengan semua perlakuannya, urusan ini benar – benar membuatku sakit kepala! omong kosong macam apa ini.

Dari perkataannya sudah jelas bahwa dia memanggilku untuk mengatakan bahwa ciri-ciri yang diberikan Dukun sialan itu mengarah padaku. Firasatku memang benar. Melihat raut wajahku yang sudah merah__Lerry dan De'ferets mundur beberapa langkah__sedikit saja kehilangan kontrol__pasti akan terjadi keributan disini__untunglah itu tidak terjadi.

“Kau benar – benar keterlaluan, bagaimana mungkin kau memanggilku hanya untuk mengatakan omong kosong itu! Sekalipun kau memanggil polisi untuk menangkapku, aku tidak akan pernah mengaku. Bahkan jika seluru manusia yang ada di muka bumi ini memaksaku! Aku tetap tidak akan mengaku. Urat maluku masih terlalu tebal untuk melakukan perbuatan itu. Kondisi keluargaku yang miskin sudah lebih dari cukup untuk membuatku malu, aku tidak ingin menambahnya lagi.”

Aku masih menguasai emosiku! Tapi saat mendengar dia begitu berani menyinggung keluargaku yang miskin__aku nyaris menghajarnya. Meskipun dia memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dariku, aku tidak takut. Aku juga tau kenapa selama ini mereka bergabung denganku__mereka tau betul orang seperti apa aku ini. Semenjak SMP, aku sudah punya cukup pengaruh untuk membentuk kelompok anak – anak nakal.

Dan itu terbawa - bawah sampai SMA. Seketat apapun peraturan sekolah ini, tetap saja masih ada celah untuk membuat rusuh. Dan membuat rusuh adalah keahlianku. Bagi mereka aku adalah tameng. Kami melakukannya hanya untuk mendapat pengakuan.

Bel tanda masuk telah berbunyi, kami segera bubar. Tak terima dengan ucapanku, Lerry langsung melaporkan diriku ke kantor Wakil Kepala sekolah__aku segera di panggil.

Aku sudah bisa menebak akan kemana arah percakapan kami. Saat tiba di ruang Wakil Kepala Sekolah, aku langsung di sodorkan pertanyaan dari Wakil Kepala Sekolah__"Apakah benar aku yang mencuri ponselnya Lerry?"

Belum sempat aku menjelaskan semuanya, Lerry langsung angkat bicara. Alangkah terkejutnya Wakil Kepala Sekolah saat mendengar penjelasan Lerry. Aku hanya tersenyum kecut.

Yang membuat Wakil Kepala Sekolah terkejut adalah bagaimana mungkin Lerry pergi ke Dukun hanya untuk mencari tau siapa pelakunya. Tanpa panjang lebar lagi, Beliau bertanya lagi padaku dan aku menjelaskan semua kronologinya dengan sebenar – benarnya. Tidak lebih, tidak kurang.

Bahkan untuk meyakinkan Beliau! Aku sampai harus bersumpah jika aku bukan pelakunya dan itu sudah lebih dari cukup bagi Beliau untuk mengambil keputusan. Tak lama kemudian kami di suruh kembali ke kelas.

Tadinya aku pikir masalah ini telah selasai dan hanya perlu menunggu waktu sampai semuanya kembali normal. Tapi aku keliru__sepulang Sekolah__aku yang cukup terkejut__diam – diam Lerry telah memanggil atau lebih tepatnya sudah menghubungi salah satu Ketua Geng dari Sekolah lain. 

Nama Ketua Geng itu adalah Stelon. Aku tidak akan pernah melupakan orang itu, bahkan setelah aku pindah dari SMA Negeri 1 Ambon__aku masih terus mencarinya.

Saat aku keluar dari halaman Sekolah, aku mendengar seseorang memanggilku dari gedung tua, gedung itu hanya berjarak kurang lebih 20 meter dari Sekolah kami.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status