Share

Bab 6

Author: Ciang #17
last update Last Updated: 2021-08-06 01:29:45

Cukup bagus untuk di jadikan tempat nongkrong__aku menurut saja saat melihat orang itu memanggil ku. Awalnya aku tidak mengenal sosok itu, tapi melihat Lerry dan teman – teman yang lain juga berada di sampingnya, bisa kupastikan sosok itulah yang bernama Stelon T.

Dan tentu saja aku sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan si Stelon ini__Sang Ketua Geng dari STM kudamati.

Dia memintaku masuk kedalam salah satu ruangan__ruangan itu cukul tertutup__terlihat seperti ruangan security. Entah siapa pemilik gedung ini! Sayang sekali jika gedung seluas ini tidak diperhatikan! Lerry dan Teman – teman yang lain menunggu kami di luar__tepatnya di depan pintu__hanya aku dan Stelon yang berada di dalam ruang itu__melihat posisi ku__akhirnya aku sadar__aku sedang di kepung.

Tanpa basa basi lagi! Dia langsung masuk ke inti pembicaraan, apalagi yang harus di bicarakan jika bukan soal ponselnya Lerry yang hilang!

Dia terlihat begitu yakin menuduhku__memintaku untuk segera mengembalikannya__mencoba menekan diriku__seakan - akan dia sedang berada disana saat peristiwa itu terjadi__benar – benar orang yang aneh.

Tentu saja aku menolak tuduhannya mentah - mentah! Meskipun dengan status sebagai ketua geng, sudah pasti dia akan memojokan diriku dan jika aku masih tetap bersikeras, bukan tidak mungkin dia akan menggunakan kekerasan atau lebih parahnya lagi mereka akan mengeroyok ku.

Dan itu benar – benar terjadi. Saat aku sedang menjelaskan semuanya dengan pandangan mengarah ke tempat lain! Tanpa aku sadari, seketika dia melayangkan pukulan di pelipisku bagian kiri__pukulan yang benar - benar cepat__aku tidak sempat menghindar.

Menyadari itu__aku segera mundur beberapa langkah__segera berlari__berusaha keluar dari ruangan itu. Bukan main__Lerry dan teman – teman yang lain langsung menghadangku__mereka mengepungku.

Entah kenapa pemandangan ini membuatku menyadari sesuatu__ternyata status Stelon sebagai ketua geng membuat Lerry dan teman – temannya menjadi berani__selama aku mengenal mereka, baru kali ini mereka terlihat ingin melawanku.

Tatapan mereka penuh dengan dendam__ingin segera menghabisiku__sejujurnya, andai saja saat ini aku ditemani 2 atau 3 orang teman__dengan senang hati aku akan melayani mereka semua__fakta bahwa aku hanya sendiri__bisa di pastikan aku akan babak belur. Aku tidak akan sanggup melawan mereka sendirian__logisnya__modal nyalai saja tidak akan cukup.

Di selah - selah kecemasanku__aku sedang berpikir bagaiman caranya aku bisa kabur dari kepungan mereka__kalau pun terpaksa__aku bisa saja melawan mereka sambil berusaha meloloskan diri, tapi itu sama saja dengan bunuh diri! Belum lagi keberadaan Stelon__seakan memberi mereka dorongan__aku tidak bisa menganggap remah situasi ini.

Melihat kecepatannya__aku sadar jika rumor yang beredar tentang Stelon tidak di buat - buat. Aku pernah mendengar jika tak ada orang yang berani berduel dengannya. Kekuatan dan staminanya sangat bagus__setidaknya itulah yang pernah kudengar dari Lerry__saat hubungan pertemanan kami masih baik - baik saja.

Dan karena masalah ponsel itu, aku harus berurusan dengannya__'Sial! Kenapa aku harus mengalami kejadian seperti ini?' Aku membatin dalam hati.__Lerry benar - benar sudah keterlaluan! Entah apa yang merasuki otaknya sampai harus berbuat sejauh ini.

Stelon segera menyusul__sempurna sudah posisiku__aku terkepung! Aku membalikan tubuh ku__Stelon mengangkat kaki kanannya lurus ke atas__melihat posisi kuda - kudanya yang sempurna__aku merasa tidak akan sanggup menahan tendangan itu. Satu - satunya cara adalah menghindar. Sebelum serangannya benar - benar mengarah padaku__tiba - tiba terdengar suara asing dari jauh__

“Hey! Apa yang kalian lakukan disini? Kenapa kalian belum pulang?” Orang itu segera datang mendekati kami__suaranya membuat Lerry dan teman - temannya terkejut, hanya Stelon yang terlihat santai.

“Mereka semua ingin menghajarku Om” aku langsung molantarkan kalimatku__terlihat seperti penakut untuk alasan tertentu tidaklah masalah bagiku. Di lain waktu aku akan membalas mereka! Aku tidak pernah terima jika ada yang memukulku, siapapun dia pasti akan aku balas.

“Tidak Om, kami hanya ingin membuat dia mengaku!” Lerry langsung mengelak.

“Mengaku apa?” Om itu menyelidik.

“Mengaku jika dialah yang telah mencuri ponselku” jawab Lerry.

“Harus berapa kali aku katakan, Lerry! Aku tidak mencuri ponselmu. Jika aku benar - benar mencurinya! Kenapa aku masih berada disekolah yang sama denganmu? Kenapa aku tidak pindah?”

Stelon yang tidak senang mendengar ucapanku langsung mendeket, dia terlihat ingin melayangkan pukulannya tanpa memperdulikan situasi! Tapi kali ini dia langsung di hadang oleh Om, yang menurutku bagaikan pahlawan di siang bolong.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 35

    Alhamdulillah setibanya di Ambon, beliau langsung di bantu oleh Ayahnya Ahmad. Rumah pengungsi yang di janjikan pemerintah benar – benar dibangun, dengan ukuran 2×3m per unit. Sebagian orang mungkin akan bertanya – tanya mengapa rumah pengungsi yang dibangun terlalu kecil! Apa jadinya bila satu kepala keluarga berjumlah 4 atau 5 orang atau bahkan lebih. Karena ukurannya yang terbilang kecil, ada sebagian warga yang memilih untuk mencari tempat tinggal di tempat lain. Entah itu dengan mengontrak rumah atau hanya sekedar mencari kerabat dekat. Meskipun terbilang kecil setidaknya ada hunian, bukan! Kebetulan saat itu Ayahnya Ahmad adalah kepala RT di komplek pengungsian. Ibuku diberikan satu unit. Biar bagaimanapun, Ibuku adalah korban dari kerusuhan kota Ambon dan sudah seharusnya beliau mendapatkan bagiannya. *** Setelah Ibu menjelaskan keadaan kami. Alahamdulillah pamanku tidak keberatan, toh juga si Adit hanya mampir. Beliau meminta agar Ibuku tidak perlu repot – repot mengurus si

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 34

    Sebelum matahari terbit, aku langsung menuju pasar. Pagi ini aku sendirian, aku tidak mengajak Fahri ataupun Umar. Mereka masih tidur. Terlalu pulas untuk dibangunkan. Lagipula tidak ada lagi taruhan diantara mereka. Juli juga tidak pernah lagi bermalam disini. Dan itu membuat Umar tidak mempunyai partner untuk bertaruh dengan Fahri. Orang – orang mulai memadati pasar. Dari pedagang, pembeli hingga orang – orang yang hanya sekedar mampir untuk memanjakan mata. Semuanya menyatuh dalam satu frame.Ratusan kata terdengar samar – samar ditelingaku. Ada yang sedang menawar harga barang karena ingin membeli, ada juga yang hanya sekedar iseng menawar seakan ingin membeli dan itu sudah menjadi seni layaknya musik pengantar. Seakan ingin memberikan sentuhan terakhir, suara roda dua dan empat tidak luput dari perhatianku. Bukan karena itu mobil sport atau harley davidson, akan sangat lucu jika itu benar - benar terjadi. Itu hanyalah angkutan umum dan ojek yang selalu setia menunggu penumpang.

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 33

    “Apa istrimu memang selalu seperti itu! Atau,, apa karena aku membeli ini?” aku segera melontarkan pertanyaan saat aku turun dari motornya sambil menunjukan ponsel yang baru saja aku beli beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya aku sudah ingin bertanya sejak aku masih berada di rumahnya, tapi urung karena aku rasa itu akan terlihat sedikit tidak sopan, aku juga tidak ingin membuat suasana menjadi canggung. Dan aku rasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk bertanya. Sejujurnya aku tidak akan terlalu perduli jika saja ini terjadi kepada orang lain. Tapi biar bagaimanapun dia adalah iparku, istri dari kakak kandungku. Aku tidak bisa diam saja sebagaimana biasanya aku bersikap. Kebetulan di halaman rumah ada beberapa kursi, kami segera duduk. Dia merabah sak celananya, meraih bungkusan rokok, mengambil sebatang. Pangkal bibirnya mengapit bagian filter kemudian menyalahkan pematik sebelum satu tarikan itu menyemburkan asap yang cukup menutup sebagian wajahnya. “Aku rasa pertanyaanmu suda

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 32

    Menerutku, pemicunya tidak lain adalah karena hubungan darah. Alih – alih memikirkan hubungan darah, skenario terburuknya bahkan kalian akan di peralat. Berbisnis dengan keluarga lebih cenderung berakhir dengan perselisihan. Rasa was – was tidak akan terhindarkan. Ya, tapi kembali lagi, selama bisa me_manage hubungan darah dalam bisnis, aku rasa semuanya akan baik – baik saja. Lain lagi ceritanya jika membangun sebuah bisnis dan bekerja sama dengan orang luar, kedua bela pihak akan saling terbuka dan berusaha meminimalisir kesalah pahaman. Pritoritasnya adalah kepercayaan. Dari pada hanya sekedar memanfaatkan keuntungan pribadi, mereka akan lebih cenderung meningkatkan progres usaha yang di jalankan. Kalaupun ada yang berani bermain di belakang, itu karena memang dari awal sudah di rencanakan. Tapi kemabli lagi kepada diri sendiri. Selama tidak ada niatan untuk memanfaat kerabat atau pun orang luar! Tidak akan ada keriguan yang berarti. Setidaknya semuanya akan baik – baik saja, buk

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 31

    Aku tidak perduli bagaimana sistem gaji disini khususnya bagi pedagang orang buton yang menyimpan gaji karyawan dengan iming – iming akan di berikan saat mereka pulang kampung atau paling tidak harus bertahan selama 3 tahun dengan imbalan akan di bantu menjajaki usaha dengan bantuan modal. Jadi begini! Pertama, setelah karyawan kios mampu bertahan selama 3 tahun. Mereka akan diberikan tanggung jawab untuk menjalankan sebuah usaha. Dalam hal ini mereka akan di berikan kios untuk di jalankan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Mulai dari biaya kontrak kios hingga barang – barang yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasar. Kedua, mereka akan di minta untuk mengisi barang – barang yang di butuhkan. Karena baru akan memulai sebuah usaha. Mereka tidak di berikan pilihan selain mengambil barang dari sang Bos. Setelah semua keperluan sudah terlaksana, Barulah sang Bos dan karyawan akan menghitung semua biaya yang di keluarkan. Biasanya, seorang karyawan di gaji Rp. 300.000/bulan. K

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 30

    Saat aku menatap salah satu di antara mereka, aku tersenyum sambil sedikit membungkukan badan, berlalu mengikuti Kakak Ku. Selanjutnya aku asyik menonton melihatnya memasak.Fahri sudah pernah memberitahuku soal Kakak ku yang jago memasak. Dia menyalahkan kompor, menyiapkan wajan, tak lupa juga menuangkan minyak goreng.Aku mengamatinya dengan cermat, barangkali saja aku bisa sedkit belajar. Sambil menunggu minyak di panaskan. Dia menuangkan tepung bumbu di baskom mini, sepertinya dia akan membuat filet udang.Pyak,, pyak,, pyak!Suara itu terdengar mendominasi saat udang yang memang sudah di baluri tepung bumbu berenang ke dalam minyak yang sudah panas. Sambil menunggu, Perhatiannya teralihkan, dia mengambil pisau dan talenan.Mengiris beberapa bawang, cabe dan tomat. Tidak akan berlebihan jika aku berkata bahwa aku sedang menyaksikan perlombaan memasak, hanya saja kontestan yang mengikuti lomba hanya dia sendiri. Hehehe!Dia mengambi

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 29

    Ada begitu banyak gadis di pasar baru. Dan diantara mereka belum ada yang membuat jantungku berdebar, atau paling tidak membuatku tertarik. Ya, mungkin karena di hatiku masih ada Qilla. Meskipun aku belum mendengar kabar tantang Qilla, rasanya terlalu naif jika aku mengatakan bahwa aku tidak merindukannya. Aku sangat rindu padanya. Meskipun dia tidak pernah lagi mengabariku, aku pasti akan mencarinya setibaku di Ambon nanti. Entah 1, 2 atau 3 tahun berada disini aku tetap akan mencarinya. Aku butuh penjelasan. Lagi pula tidak akan semudah itu menghilangkan perasaan yang sudah tertanam selama 3 tahun. Namun, Seakan semua perasaanku untuk Qilla tidak berarti apa – apa! Gadis itu mampu menyihirku hanya dengan mendengar suara dan namanya. Aku masih tidak begitu mengerti dengan apa yang aku alami saat ini! Rasanya terlalu rumit. *** Beberepa keluarga berkumpul di bagian belakang. Mereka sedang asyik nonton TV. Pemandangan yang tidak begitu berbeda deng

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 28

    Siapa sebenarnya gadis ini? Mengapa hatiku seolah – olah sedang mencarinya! Apa karena aku kesepian? Ah, tidak! Menurutku itu bukan alasan yang tepat. Di pasar baru, Sentani, aku sering melihat banyak gadis. Selain para anak mudah, ada juga gadis – gadis yang merantau atau paling tidak, mereka mengikuti keluarga mereka untuk datang kesini. Ada yang fokus melanjutkan pendidikan, ada juga yang sekedar menjaga kios untuk mencari pengalaman. Mereka adalah gadis – gadis Buton yang baru menapakan kaki di kota. Bicara soal karakter, mereka masih terlampau jauh dengan gadis – gadis kota. Mereka masih harus banyak belajar. Lupakan soal attitude! Aku pribadi tidak begitu tertarik dengan mereka. Bukan karena aku membenci mereka! Tapi aku pernah berjanji tidak akan menjalin hubungan asmara dengan gadis Buton, dan aku tidak punya alasan yang jelas untuk itu. Ya, meskipun begitu, aku mengakui 4 dari 10 di antaranya masih terlihat sedap di pandang. It

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 27

    Selama ini aku tidak pernah berinteraksi langsung dengan mereka. Lebih tepatnya aku belum mengenal Kakak Ipar ku dengan baik. Meskipun aku selalu menyetor hasil penjualan barang kepadanya selama Kakak ku berada di Ambon. Aku hampir tidak pernah berbasa – basi dengannya. Jarak antara rumah Kakak ku dan tempat tinggalku sebenarnya tidak terlala jauh. Masih bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Kebetulan satu arah dengan pasar baru, Sentani. Dia hanyalah seorang pria yang menurutku terlalu malas untuk berjalan. Itu bisa di lihat dari tubuhnya yang gempal dan perutnya yang semakin buncit. Apa jadinya jika aku memiliki tubuh yang sama dengannya. Memikirkannya saja membuatku merasa ngeri. Mereka tinggal di sebuah ruko. Jika aku tidak salah, panjang bangunannya kurang lebih 20 meter dan untuk lebarnya sendiri aku tidak begitu yaikin berapa meter! Karena semakin kebelakang, bangunannya semakin lebar. Yang jelas lebar pintu depannya mungkin sekitar 5 atau 6

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status