Share

Bab 17

Aku harus tetap tenang. Jangan grogi. Jangan panik.

"Ini ... Rindu bawa baju olahraga, Bu. Sama buku-buku yang mau dikembalikan ke perpustakaan." Aku menjawab setenang mungkin.

"Iya, ibu juga cuma asal bicara. Mana mungkin kamu mau minggat. Kamu kan gak punya siapa-siapa. Bapakmu juga gak tau di mana."

Aku mengangguk, lalu meraih Rindi dari pangkuan ibu. Kegendong bayi berusia hampir satu tahun itu.

"Kakak pergi dulu, ya. Rindi main yang anteng." Mataku berkaca-kaca menatap wajah lucu Rindi. Kuciumi wajahnya untuk yang terakhir kali.

"Maafkan kakak Rindi. Kakak sangat menyayangimu. Tapi kakak harus pergi," batinku menjerit.

Aku kembali meletakkan Rindi di pangkuan ibu, lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Rindu." Seruan Om Haryo menghentikan langkahku. Aku berbalik, menatap malas pada laki-laki itu.

Om Haryo menghampiriku. "Ini, ambil lah. Buat jajan di sekolah." Lelaki berkumis tipis itu mengulurkan selembar uang berwarna merah.

"Mas, kamu itu terlalu manjain Rindu. Ngapain ngasih uan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status