Share

Bab 32

Tak bisa dipungkiri, kerinduan akan kampung halaman sudah tak terbendung. Tapi, ke mana aku akan pulang? Ke rumah ibu pun rasanya tidak mungkin. Tak ingin lagi rasanya bertemu dengan laki-laki bejad yang hampir mengoyak kehormatan diriku. Padahal, bayangan ibu dan Rindi yang sudah semakin bertumbuh sudah menari-nari di pelupuk mata. Ah, betapa aku merindukan mereka.

"Rin ... Rindu, kok, malah bengong?" Riana mengibaskan tangannya di depan wajahku.

"Eh, maaf," jawabku gugup.

"Gimana tawaran kak Raihan tadi. Mau gak?" Riana kembali bertanya.

"Lihat nanti saja, ya. Lagi pula, aku juga tidak punya siapa-siapa yang akan dikunjungi di kampung halaman. Kecuali--." Aku menunduk. Tenggorokanku rasanya tercekat untuk melanjutkan perkataan.

"Kecuali apa?" tanya Riana seolah penasaran.

"Kecuali makam nenekku, Ri," jawabku sendu. Air bening sudah menggenang di sudut mata. Hati ini masih saja bersedih jika mengingat tentang nenek.

"Maafkan aku, ya, Rin, sudah membuatmu bersedih," ujar Riana penuh r
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status