Share

Bab 6

"Di pernikahan ini, bukan cuma kamu yang berkuasa, Evan. Aku butuh uang kamu, tapi kamu juga butuh aku. Kalau kamu enggak bisa berubah, sedikit aja menghargai aku, lupakan niat kamu dapat anak dari aku."

Usai mengatakan itu, Kia melompat dari atas mobil. Benar-benar melompat hingga tubuhnya terlempar, berguling dan menghantam entah apa.

Perempuan itu meringis setelah tubuh berhenti berguling. Ia bangkit untuk duduk. Sakit. Lutut, lengan, siku, kepala, semuanya. Ia menoleh ke belakang, mobil Evan berhenti.

Mengumpulkan tenaga, menghalau semua rasa sakit, Kia berdiri. Meski pergelangan kakinya sakit, perempuan itu berlari menjauh dari sana. Ia tak ingin Evan berhasil mengejar. Kalau pria itu memang berusaha mencarinya.

Jalanan malam itu cukup ramai, tetapi lancar. Kiandra yang sudah beberapa menit berlari, memutuskan untuk berhenti sejenak di salah satu trotoar. Evan sudah tak terlihat. 

Perempuan itu berjongkok, mengatur napas, air matanya jatuh karena sakit dari luka lecet di tubuh. Kia bingung. Harus ke mana ia kabur sekarang? Tempat siapa yang bisa ia tuju?

Pulang? Jelas orang tua akan mengusirnya, dikatai istri tak tahu diri seperti yang sudah-sudah diterima saat Kia mengadu dirinya lelah dengan Evan.

Menyewa kamar kost? Kiandra tak punya uang. Sial. Evan benar. Kia tak bisa apa-apa tanpa sokongan pria itu.

Di tengah kekalutan itu, Kia melihat sebuah motor yang berisi dua pria berhenti di depannya. Salah satu lelaki datang menghampirinya.

"Mbaknya kenapa? Kenapa nangis?" Laki-laki tinggi itu membuka helm. Menatap iba pada perempuan terluka dan menangis di hadapan.

Kia langsung meraih lengan orang itu. "To--tolong saya, Pak. Sa--saya butuh kabur dari sini. Saya mau kabur, tapi enggak punya uang."

Laki-laki tadi berjongkok. Menatapi wajah perempuan di hadapan. Menilai apakah orang itu cukup sadar atau tidak.

"Rumah Mbaknya di mana? Mau saya antar ke sana?"

Kia menggeleng kuat. "Saya mau kabur. Ke mana aja, asal bukan pulang ke sana. Tolong saya, Pak. Saya janji bisa kerjakan apa aja sebagai ganti."

Laki-laki itu menggaruk kening. "Nama saya Damar," ucapnya sembari berpikir. Jujur saja, ia tak tega melihat perempuan kurus yang punya  terlukauka itu. Mungkin saja perempuan itu memang sedang butuh bantuan. Menghindari kejaran seseorang, mungkin?

"Tolong saya. Bawa saya ke mana aja." Kiandra memohon. Erat ia genggam lengan pria berkulit putih itu.

"Saya juga orang baru di sini, Mbak. Saya mau ke rumah saudara saya yang tinggal di sini."

"Saya enggak akan merepotkan, Pak. Saya cuma butuh tempat untuk bersembunyi beberapa hari." Kia menghapus air mata dengan punggung tangan.

Satu-satunya harapan untuk bisa kabur dari Evan, hanya pria asing di hadapan. Jika lelaki itu setuju membawanya, maka Kia yakin inilah jalan untuk lepas dari jerat si suami.

Sebuah keberuntungan, Kia melihat lelaki asing itu mengangguk. "Saudara saya itu baik. Semoga dia enggak masalah saya bawa Mbak ke sana."

Lelaki itu membayar ongkos ojeknya tadi. Setelahnya, menghentikan taksi dan mereka pun berangkat.

"Ke alamat ini, ya, Pak?" Laki-laki itu menunjukkan ponselnya pada si supir taksi.

Perjalanan itu mungkin sekitar sepuluh menit. Bodohnya Kia, ia tak memerhatikan jalan dengan benar. Perempuan itu sungguh terkejut saat taksi itu masuk ke pekarangan sebuah rumah yang sangat dikenalnya.

"Ini rumah saudara saya itu, Mbak. Sepupu saya."

Kia termangu dengan perasaan dongkol. Ditatapnya rumah di hadapan dengan perasaan tak percaya. Tak lama kemudian, dua orang keluar dari rumah itu.

"Damar?" Si perempuan yang keluar dari rumah menyapa sepupunya.

Damar menghampiri dan memeluk perempuan itu. "Udah lama enggak ketemu, Lid."

Orang yang Damar hampiri menatap heran pada Kia.

"Oh, ini. Mbak ini aku ketemu di jalan. Butuh tempat tinggal untuk sementara. Kamu enggak keberatan, 'kan?" jelas Damar sambil menatap sungkan pada suami sepupunya.

Hening beberapa detik, lalu sebuah tawa terdengar. Milik pria yang tadi keluar dari rumah itu. Pria yang berdiri di samping sepupu Damar.

"Aku penasaran kamu mau kabur ke mana lagi setelah ini, Ki."

Kia menepis lengan si tuan rumah yang merangkul bahunya. Si berengsek Evan. Sepupu yang Damar maksud, sialnya adalah Lidia.

Si malang Kiandra kembali ke rumah yang sangat ingin ia tinggalkan.

"Menipuku soal pil kontrasepsi. Berusaha kabur sampai dua kali. Jangan kira setelah ini kamu bisa mengelak dari akibatnya, Ki." Mata Evan menatap penuh ancaman pada Kiandra. Kali ini, sungguh. Ia tak akan melepaskan perempuan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status