Share

4 Tidak Pantas untuk Ditangisi

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-07 17:55:43

“Tidak punya malu, apakah karena kamu segitunya tidak laku, terus kamu memilih selingkuh sama suami orang?”

“Aku tidak selingkuh!”

“Terus ini apa peluk-peluk suami orang lain?”

“Lila, cukup.” Gio menukas. “Nia benar, dia tidak selingkuh.”

“Oh, kamu membela pelakor ini!” Kalila berseru dengan suara keras. “Apa tidak ada laki-laki lain yang bisa kamu dekati selain suami orang, Nia?”

Sumpah demi apa pun, menyebut nama wanita itu saja rasanya begitu jijik bagi Kalila.

“Jaga suaramu, Lila. Jangan fitnah!” bantah Gio, khawatir kalau-kalau ada orang yang mendengar perdebatan mereka.

“Aku tidak fitnah, dia memang pelakor kan? Kamu sampai mati-matian membelanya seperti ini ... Sekarang kamu pilih, istri sah kamu atau selingkuhan?”

“Aku bukan selingkuhan!” jerit Nia tertahan, membuat situasi semakin runyam karena satu-dua orang yang kebetulan berada di halaman kini memusatkan perhatian ke arah mereka.

“Nia, kamu juga jangan teriak!” desis Gio gusar. “Kalian ini bisa tidak tahan emosi?”

“Tidak, Mas. Kamu harus memilih sekarang juga ....”

“Tentu saja Mas Gio akan memilihku, setidaknya dia tidak akan meninggalkan aku demi kamu.” Nia tersenyum mengejek.

Kalila diam saja, tapi tatapan matanya terarah kepada Gio yang masih berdiri rapat dengan si pelakor.

“Seandainya bisa memilih, tentu aku akan memilih Nia.” Jawaban Gio akhirnya terlontar dari bibirnya, membuat tubuh Kalisa seolah tidak bertulang.

“Kamu lebih memilih dia, Mas?”

“Ya, kamu mau dengar jawabanku kan? Inilah jawaban jujur dariku.” Gio mengangguk tegas, tidak peduli bagaimana perasaan Kalila terhadapnya.

Toh mereka bisa ke jenjang yang lebih serius karena perjodohan yang sudah diatur oleh neneknya.

“Aku ini istri kamu, Mas. Kenapa ....”

“Karena Nia adalah istri aku juga.”

Blarrr!

Bak tersambar petir di siang bolong, Kalila memejamkan mata sejenak setelah Gio mengakui status Nia yang sebenarnya.

“Dia ... istri kamu? Terus ... aku ini apa bagimu?”

“Kamu adalah ....”

“Kamu itu istri kedua!” sela Nia penuh kemenangan. “Sadar diri makanya!”

Kalila menatap Gio tidak percaya, dan untuk pertama kali selama interaksi mereka, pria itu membuang muka darinya.

“Aku istri kedua, itu ... itu tidak benar kan?” ucap Kalila dengan suara bergetar.

“Begitulah ...” Nia semakin mempererat pelukannya pada lengan Gio, sesuatu yang tidak mungkin bisa Kalila lakukan. “Akulah istri pertama Gio, jadi sangat wajar kalau aku diprioritaskan.”

“Jawab, Mas!” sentak Kalila tertahan. “Kamu laki-laki bukan?”

“Oke, Nia memang istri pertamaku! Sedangkan kamu hanya istri kedua, puas?” Gio menoleh dan menatap Kalila dengan garang.

Mata Kalila memanas penuh emosi, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk meluapkan seluruh rasa yang kini berkecamuk di dalam dada.

“Baiklah, kalau begitu aku pulang duluan!” Kalila berbalik tepat ketika titik-titik kristal bening itu luruh dari kedua matanya yang lentik, dia berjalan cepat meninggalkan pasangan suami istri yang dia kira adalah pasangan peselingkuh pada awalnya.

“Lila!”

“Apa sih, Mas? Biarkan saja perempuan itu pergi, pelakor kok teriak pelakor!” cibir Nia tanpa rasa bersalah sama sekali.

“Bukan itu masalahnya, Nia!”

“Terus? Jangan bilang kalau kamu mulai mencintai istri kedua kamu itu?” Nia melotot.

“Bukan begitu juga ...” Gio mengacak rambutnya gusar.

“Ya sudah, kita nikmati saja momen-momen romantis di sini sebelum besok kamu pulang sama dia.”

Gio berdecak pelan. “Aku minta pengertian kamu sedikit saja, aku harus menemui Lila untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya terjadi antara kita.”

Nia melepas tangannya, kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi cemberut.

“Kalau begitu cepat kejar dia, hibur dia dan peluk dia kalau perlu.”

“Aku tidak akan melakukan itu, aku hanya mau menjelaskan permasalahan kita.” Gio mencoba membujuk.

“Terserah.”

“Nanti malam kita bertemu lagi, aku janji.”

Nia tidak merespons.

“Aku tahu kamu istri yang baik dan bisa diandalkan,” puji Gio. “Aku pergi, ya?”

Mau tak mau, Nia mengangguk.

***

Bisa-bisanya dia, Kalila mengusap pipinya berkali-kali untuk membendung laju air mata yang tidak henti menetes.

Gio sama sekali tidak pantas untuk ditangisi, Kalila tahu itu. Namun, rasa sesak di dada sudah seperti batu yang mengimpit paru-parunya hingga dia susah untuk bernapas.

Setibanya di kamar penginapan, tangis Kalila luruh membanjir tanpa bisa ditahan lagi.

“Bisa-bisanya aku jadi istri kedua ...” ratap Kalila dengan suara yang teredam di sela-sela sedu sedan. “Kenapa, Nek? Kenapa tidak jujur soal status pernikahan cucumu?!”

Kalila memeluk dirinya sendiri, dia tidak tahu sampai berapa lama tangisan itu terus berlangsung hingga dia ketiduran.

Ketika tersadar kembali, Kalila mendapati Gio sudah duduk di sofa dan menghadap televisi yang menyala. Dia bergegas pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, biar bagaimanapun dia tidak ingin bekas-bekas air mata ini sampai dilihat Gio.

Tidak ingin menunggu waktu lama, Kalila segera memasukkan baju-baju dan barang lainnya ke dalam koper.

Tidak dipedulikannya Gio yang melayangkan tatapan menghakimi ke arahnya seakan mempertanyakan keputusan Kalila.

“Siapa yang suruh kamu untuk beres-beres?”

“Tidak ada.”

Gio geram sekali karena Kalila tidak mendiskusikan terlebih dahulu apa yang ingin dia lakukan.

“Kita masih ada waktu satu hari untuk bulan madu kita,” kata Gio mengingatkan. “Nenek akan curiga kalau kita pulang sekarang.”

Kalila tetap memasukkan barang-barangnya ke dalam koper tanpa ingin buru-buru menanggapi ucapan Gio.

“Kamu lanjutkan saja bulan madu kamu, aku tidak melarang ....”

“Terus kenapa kamu malah pulang?”

“Memangnya ada gunanya aku di sini?” Kalila lantas menatap Gio. “Tidak ada, kan?”

Gio terdiam sejenak.

“Tapi kalau kamu pergi, nenek akan bertanya macam-macam.”

“Kamu tinggal bilang kalau kamu sedang bersama istri kamu itu,” ujar Kalila enteng.

“Yang nenek tahu, istri aku itu adalah kamu.”

“Jadi? Nenek kamu sendiri tidak tahu kalau Nia itu adalah istri kamu juga?”

Gio menggeleng perlahan.

“Baguslah,” ucap Kalila sembari menutup rapat kopernya. “Dengan begitu aku akan lebih mudah untuk mengajukan perceraian, aku yakin kalau nenek akan memaklumi alasan aku.”

“Cerai? Kamu pikir semudah itu bercerai?”

“Mudah saja kalau dua-duanya sepakat untuk berpisah,” sahut Kalila sambil memandang Gio dengan hambar.

Perasaan yang baru akan bersemi, kini seolah layu sebelum berkembang.

“Kamu tahu kan kalau nenekku sudah usia senja, dia punya beberapa penyakit dan resikonya akan sangat besar kalau dia menerima kabar perceraian ini?” Gio mencoba bernegosiasi.

“Itu bukan tanggung jawab aku ....”

Brakk!

Gio menendang koper dengan keras, membuat Kalila sedikit terkejut dengan sikapnya.

“Kamu itu ya, benar-benar definisi perempuan tidak tahu diri. Kamu lupa siapa yang sudah mengangkat derajat ekonomi orang tua kamu? Kamu lupa?”

Kalila terdiam, pandangannya terarah lurus ke lantai.

“Nenekku! Apa kamu tidak bisa sedikit saja menutupi masalah ini supaya kesehatan nenek aku baik-baik saja?” tanya Gio geram dan bernada intimidasi.

Bersambung—

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status