Share

5 Hanya Menikah Siri

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-05-07 17:57:03

“Nenekku! Apa kamu tidak bisa sedikit saja menutupi masalah ini supaya kesehatan nenek aku baik-baik saja?” tanya Gio geram dan bernada intimidasi.

“Kamu minta aku untuk menutupi pernikahan kamu yang lainnya?” Kalila menatap Gio tak percaya. “Kenapa kamu tidak jujur saja sama nenek kamu?”

Gio menarik napas panjang.

“Aku sama Nia hanya menikah siri, aku butuh waktu untuk memberi tahu nenekku.”

Kalila merasa bimbang, di sisi lain dia merasa telah ditipu mentah-mentah oleh pria yang bergelar suaminya. Namun, di sisi lain ada perasaan seorang wanita baik hati yang telah banyak berjasa besar terhadap keluarganya.

Mana yang harus Kalila pilih?

“Kamu beri tahu nenek sekarang saja, aku siap mundur dan jadi saksi.”

“Kamu tidak paham situasinya, Lila!” bentak Gio frustrasi. “Sudahlah, kamu tinggal menurut saja dan aku akan mencukupi semua kebutuhan kamu selama kamu jadi istriku, oke?”

Kalila tersenyum miring. “Kamu berusaha membujukku?”

“Terserah apa katamu, yang jelas aku tidak bisa menceraikan kamu sekarang. Nanti di saat yang tepat, kita pasti akan bercerai. Aku juga tidak mencintai kamu kok,” sinis Gio sambil memandangi Kalila dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Aku tetap mau bercerai.”

“Kamu!” Wajah Gio memerah. “Ikuti rencanaku, atau aku akan buat orang tuamu hidup miskin seperti sedia kala.”

Kalila terperanjat, tidak menyangka jika Gio akan bertindak sekejam itu dengan mengancamnya sedemikian rupa.

“Orang tuaku juga mertua kamu, Mas.”

“Aku tahu, hitung saja sudah berapa banyak jasa yang dilakukan nenekku untuk orang tuamu.”

“Itu adalah urusan nenek dengan orang tuaku, kenapa jadi kamu yang mengungkitnya seakan meminta balasan?” tanya Kalila tidak terima.

“Karena aku adalah cucunya, dia berharap aku bisa bahagia jika menikah sama kamu. Tapi kenyataannya apa?” Gio menatap tajam Kalila. “Melihat wajahmu saja sudah bikin aku sangat muak.”

Ada yang luka, tapi tidak berdarah. Itulah yang Kalila rasakan saat ini, ucapan Gio tidak ubahnya seperti belati yang ditancapkan berulang kali di atas luka yang belum mengering.

“Terus kenapa kita tidak bercerai saja?” tanya Kalila antara tersinggung dan juga sakit hati.

“Kamu ini bukan hanya polos, tapi bodoh. Kamu tidak dengar aku tadi bilang apa?”

“Aku ....”

“Nenek sudah berumur, aku khawatir kesehatannya terganggu kalau kita bercerai sekarang.” Gio menegaskan. “Jadi aku terpaksa mempertahankan pernikahan kita, setiap bulan aku akan kasih nafkah sesuai kewajiban. Ingat, hanya nafkah lahir. Jangan bermimpi untuk mendapatkan nafkah batin dariku ....”

Astaghfirullah, jerit Kalila dalam hati. Pernikahan macam apa ini? Sudah dijadikan istri kedua, tidak dicintai, dan dipaksa untuk meneruskan pernikahan.

“Hari ini jangan banyak tingkah, aku mau ke penginapan Nia. Besok aku akan datang ke sini untuk jemput kamu,” pesan Gio lagi sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Kalila seorang diri.

Selama beberapa saat, Kalila masih bergeming. Dia tidak mengira jika dunianya yang semula baik-baik saja bisa terbalik seratus delapan puluh derajat seperti ini.

Dulu, Giordano Reihansyah datang baik-baik bersama ibunya dan sang nenek ke rumah orang tua Kalila untuk mempersuntingnya.

Sebagai anak penurut, Kalila mau-mau saja dijodohkan dengan Gio. Apalagi saat itu dia cukup terkesan dengan karakter yang diperlihatkan calon suaminya, yakni tidak banyak cakap dan menuntut.

Namun, kini Kalila tahu bahwa apa yang Gio perlihatkan pada keluarganya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan besar yang dia sembunyikan.

***

Yana menjemput pasangan suami istri itu sesuai jadwal yang telah disepakati.

“Nenek tanya apa saja?”

“Kenapa ponsel Tuan dan istri tidak bisa dihubungi,” jawab Yana memberi tahu seraya membukakan pintu mobil.

“Kamu tidak bicara macam-macam tentang lokasi bulan madu kami?”

“Saya tidak berani, Tuan. Nenek Anda tetap mengira kalau Anda sedang berlibur di pantai Pattaya ....”

“Bagus.”

Kalila diam saja ketika Gio duduk di sampingnya, pikiran wanita itu masih penuh dengan fakta tidak terduga jika dia ternyata menjadi istri kedua.

Setibanya di rumah, nenek menyambut mereka dengan pelukan hangat dan rentetan pertanyaan tentang bulan madu yang telah dia siapkan jauh-jauh hari.

Termasuk soal cicit.

“Jadi kapan nenek bisa menggendongnya?”

Wajah Kalila seketika berubah pias, dia tidak akan mungkin mempersembahkan seorang cicit pun karena Gio sampai detik ini belum bersedia menyentuhnya.

“Bu, biarkan mereka istirahat dulu. Perjalanan mereka sangat jauh, pasti capek dan butuh tidur.” Seorang wanita dengan tampilan berkelas menengahi, dia adalah ibu kandung Gio alias mertua Kalila.

“Ah iya, kamu benar, Soraya.” Nenek mengangguk-angguk setuju dan membiarkan Kalila berlalu pergi ke kamar bersama Gio.

“Kamu mau istirahat dulu atau ....”

“Urus saja diri kamu sendiri,” tukas Gio tidak senang di saat Kalila mencoba untuk memperhatikannya.

“Oh, oke.” Kalila terpaksa menerima jawaban itu. “Sebelumnya, tolong hapus kunci layar ponselku.”

Gio berdecak. “Merepotkan sekali kamu ini.”

“Suruh siapa kamu menerapkan kunci layar di ponselku?”

“Jangan berani menjawab kalau suami sedang bicara!”

Kalila sontak diam, Gio merebut ponsel itu dan menghapus kunci layar yang sempat dia terapkan untuk mencegah istrinya berkomunikasi dengan orang lain selama bulan madu.

Sebelum Kalila sempat mengucapkan terima kasih, Gio sudah keburu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dia memilih untuk langsung mengistirahatkan tubuh di tempat tidur, berharap matanya dapat terpejam dan melupakan sejenak masalah besar yang sudah menantinya.

Menjadi yang kedua, betapa mengenaskan rasanya ....

Dan Kalila pun akhirnya terlelap.

“... tentu saja jadi, kamu tidak perlu khawatir ... kita akan tetap pergi liburan ke pantai Pattaya ....”

Di antara sadar dan tidak, samar-samar Kalila mendengar suara Gio yang sedang berbincang dengan ponsel yang menempel di telinganya.

“Sudah aku bilang, kita tidak bisa bertindak buru-buru ... Dia memang istri sahku, tapi hati dan perasaanku bukan buat dia. Kamu tidak usah khawatir, oke?”

Kalila tetap memejamkan mata, ucapan Gio selalu tidak pernah gagal membuat hatinya teriris perih.

Menikah karena perjodohan ternyata membuat hidup menderita, pikir Kalila setengah menyesal. Namun, untuk mundur pun dia juga merasa tidak punya kuasa.

“Aku ingin membicarakan tentang pernikahan kita dan hal-hal apa saja yang harus kamu lakukan,” kata Gio di saat dia mendatangi Kalila malam itu.

“Hanya aku saja yang akan melakukan? Melakukan apa?”

“Apa saja yang aku suruh, itu sudah tugas seorang istri kan?”

Kalila menyipitkan matanya. “Kamu menganggapku istri?”

“Ya, setidaknya di arsip negara.”

Jawaban telak Gio lagi-lagi tidak enak didengar, tapi Kalila berusaha biasa saja.

“Kalau nenek tanya soal pernikahan kita, kamu harus cerita yang baik-baik tentang kita. Bilang saja kalau kamu sangat bahagia, atau ... kita sudah mulai saling mencintai.”

Kalila nyaris muntah mendengarkan instruksi Gio, yang sangat mustahil untuk dilakukan.

“Sampai kapan aku harus berpura-pura?”

“Sampai aku bilang sudah waktunya untuk diakhiri.”

Bersambung—

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iqbal Maulana
cari aja cowok baru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status